Skip to main content

APATISME


MAKALAH APATISME

Dosen pengampu : Dody Hartanto, S.Pd., M.Pd.






Disusun oleh:

Aji Ilham Fahrurrozi   (08001091)

Semester VI/ C


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2012



BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Dalam konteks pendidikan, banyak ditemukan berbagai permasalah, baik dari segi belajar, karir, pribadi, maupun social. Seorang pelajar seharusnya memiliki semangat untuk belajar yang lebih dari pada mereka yang tidak menjadi pelajar. Contohnya seperti mahasiswa yang mempunyai semangat tinggi untuk lulus, menyandang gelar Sarjana dan kemudian bekerja sesuai dengan profesianya. Kehidupan mahasiswa yang beragam dan unik, serta dalam setiap langkahnya membawa cerita yang berbeda. Ada beragam sisi yang bisa dilihat, sisi yang mampu membawa setiap insan mahasiswa yang terlibat di dalamnya untuk bercengkrama, berdiskusi, berpolitik kampus, ataupun hanya sekedar datang dan pulang tanpa membawa kesan.
Pada proses belajar, seorang mahasiswa pasti mempunyai kendala baik dalam diri pribadi, dari segi akademik, finansial maupun social. Hal ini merupakan sepenggal kecil permasalah yang terjadi di jenjang perguruan tinggi. Berbagai macam masalah yang muncul membuat mahasiswa stress dan memunculkan berbagai sikap yang kurang baik dari dalam diri mahasiswa, salah satu contohnya yaitu sikap apatisme. Yaitu sikap tidak peduli atau acuh terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Apatisme sudah mulai banyak menghinggapi sikap dan tindakan kaum-kaum muda intelektual bangsa dalam menilai suatu permasalahan yang terjadi di dalam dunia pendidikan seperti  kampus dan secara bersamaan mampu memaksa kampus sebagai wadah pendidikan profesional untuk memenuhi berbagai macam tuntutan mahasiswa yang ada.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan apatisme?
2.      Bagaimana ciri-ciri orang yang apatisme?
3.      Apa penyebab dari sikap apatis?
4.      Apa ampak sikap Apatisme?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Apatisme
Apatisme adalah kata serapan dari Bahasa Inggris, yaitu apathy. Kata tersebut diadaptasi dari Bahasa Yunani, yaitu apathes yang secara harfiah berarti tanpa perasaan. Sedangkan menurut AS Hornby dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English: apathy is an absence of simpathy or interest. Dari definisi-definisi di atas, maka dapat ditarik satu benang merah definisi apatisme, yaitu hilangnya simpati, ketertarikan, dan antusiasme terhadap suatu objek.
Apatis sebelumnya digunakan untuk menyelidiki hubungan antara konstruk dan ciri kepribadian di kalangan mahasiswa perguruan tinggi AS. Tingkat yang sama dari apatis yaitu, keduanya secara signifikan lebih rendah dari yang diperoleh oleh mahasiswa Jepang. Analisis menunjukkan validitas konstruk dari skala sikap apatis untuk digunakan peserta dengan berbahasa Inggris, dan menyoroti kesamaan yang menarik dan perbedaan antara Amerika Utara dan mahasiswa Jepang.
Hasilnya  (a) menunjukkan perbedaan antara sikap apatis dan konstruksi kepribadian lainnya, (b) menunjukkan bahwa sikap apatis terdiri dari komponen emosional, sosial, dan berorientasi tujuan, dan (c) menunjukkan perbedaan budaya dalam transisi dari remaja ke dewasa.
Kesamaan teoritis dan klinis antara apatis dan sifat-sifat seperti depresi, ada bukti bahwa sikap apatis adalah kognitif, neurologis, dan perilaku berbeda dari depresi. Apatis mencerminkan kurangnya minat dan emosi, yang bertentangan dengan komponen emosi negatif khas depresi (Frankl, 1969; Handelman, 1999; Levy, Cummings, Fairbanks, Masterman, Miller, Craig, Paulsen, & Litvan, 1998; Marin, 1997 ; Marin, Biedrzycki, & Firinciogullari, 1991; Marin, Firinciogullari, & Biedrzycki, 1993). Mahasiswa dengan apatis tingkat tinggi  lebih  mengalami  kesadaran diri dan citra diri negatif (Munekata, 1997), dan memiliki motivasi kurang untuk menghadiri kuliah (Lee, 2004).
Okada (1995) berpendapat bahwa sikap apatis bisa menjadi fase yang berkembang dalam menanggapi situasi stres, seperti lingkungan perguruan tinggi pada  tahun pertama. Menurut Coffield (1981), apatis adalah "reaksi terhadap kondisi sosial bahwa siswa menemukan" (hal. 13). Bukti menunjukkan bahwa keterasingan akademis biasanya dapat meningkatkan terhadap remaja akhir atau dewasa awal, ketika individu dihadapkan dengan tugas berat meninggalkan keamanan keluarga dan terus maju dengan hidup sendiri (Guernina, 1992; Handelman, 1999).
Siswa apatis mungkin lebih terwakili di antara mereka yang digambarkan sebagai "kegagalan-akseptor." Siswa-siswa ini cenderung kurang kompeten dalam kebiasaan belajar, menunjukkan ketidakpedulian, pengunduran diri dan penarikan. Para siswa muncul "mengundurkan diri atau paling tidak pasif dalam menghadapi tantangan akademis" (Covington & Roberts, 1994, hal. 167).
Menurut definisi diatas dapat di simpulkan bahwa sikap apatis merupakan sikap acuh tak acuh atau ketidak pedulian, sehingga menimbulkan penarikan diri terhadap suatu objek tertentu yang tidak disukainya.

B.     Ciri-ciri Sikat Apatis
1.      Tidak mau menghargai usaha orang lain.
2.      Menutup jalan bagi dialog.
3.      Selalu ragu-ragu dalam bertindak.
4.      Tidak bisa bekerjasama dengan orang lain.
5.      Tidak mempunyai emosi, lesu dan impasif.
6.      Cuek dan tidak menghiraukan orang lain.
7.      Curiga berlebihan terhadaporang lain.


C.     Penyebab Sikap apatisme
Apatis tampaknya menjadi salah satu penyakit dari populasi mahasiswa yang hadir. Selanjutnya, karena kebanyakan dari mahasiswa  tidak menanyakan dalam kelas, mahasiswa tersebut pasif, bosan, apatis tidak patologis. Pada titik ini, Frankl (1969) berpendapat bahwa, daripada menjadi patologi, itu adalah reaksi umum terhadap situasi sosial total individu (mahasiswa) ketika berjumpa. Ini adalah reaksi terhadap meningkatnya pengangguran, pasar tenaga kerja, sebuah pertanyaan serius nilai-nilai tradisional, peningkatan waktu luang, dan peningkatan yang dirasakan dalam mengendalikan kehidupan individu. Pada masalah ini, Frankl (1967) menunjukkan, individu yang sedang mengevaluasi dirinya dan sedang mengalami sikap aptisme tersebut.
Penyebab apatis tampaknya tidak begitu jelas, tetapi rasionalnya orang-orang yang cenderung apatis biasanya karena ia pernah mengalami sakit hati kepada seseorang ataupun merasa jenuh atau bosan terhadap suatu objek tertentu, sehingga munculah sikap patisme yaitu sikap yang acuh atau tidak peduli terhdap suatu objek tertentu.
D.    Dampak Sikap Apatis
Menurut penilitian bahwa dampak sikap apatis yaitu digambarkan sebagai "kegagalan-akseptor." Mahasiswa ini cenderung kurang kompeten dalam kebiasaan belajar, menunjukkan ketidakpedulian, pengunduran diri dan penarikan. Muncul para Mahasiawa muncul "mengundurkan diri atau paling tidak pasif dalam menghadapi tantangan akademis" (Covington & Roberts, 1994, hal. 167). Menurut Halleck (1967) "Perjuangan untuk menemukan komitmen mungkin karakteristik dari sebagian besar mahasiswa, namun mahasiswa teralienasi yaitu orang yang di ambang meninggalkan mencari komitmen (hal. 642).
Menurut beberapa teori di atas bahwa sikap apatis ini di definisikan sikap seorang individu yang kurang berkompeten, menunjukan sikap ketidak pedulian terhadap suatu hal dan cenderung menarik diri dari masalah tersebut atau mencari komitmen yang lain yang disenangi individu tersebut.


BAB III
KESIMPULAN

Sikap aptis merupakan sikap yang acuh dan tidak perduli terhadap suatu objek tertentu, adapun penyebab dari sikap apatis yaitu salah satunya karena bosan atau jenuh terhadap suatu objek tertentu, sehingga ia menjadi acuh dan kurang peduli.
Penulis menarik kesimpulan bawah sikap aptis ini dapat dialami oleh setiap individu dan bagaimana tergantung dari individu itu sendiri menyikapinya. Karena dengan adanya sikap apatis ini dapat merugikan dirinya sendiri bahkan orang lain dan lingkungan sekitarnya, dan sifat apatis biasanya hanya tertarik kepada kebiasaan lama. Kurangnya ketertarikan pada hal yang baru, sehingga orang apatis menjadi orang yang kurang kreatif, hal ini lah yang dapat merugikan dirinya sendiri. Adapun dalam kegitan belajar di kampus atau kegiatan belajar mahasiswa yang terkadang mengalami kejenuhan dan kurangnya motivasi sehingga kelesuan dalam hidupnya terjadi.
Dengan tingkat yang lebih tinggi kompetensi interpersonal dan hubungan dengan lingkungan perguruan tinggi, sikap optimistis juga memiliki tingkat stres dan kurang motivasi terlihat bahwa lingkungan akademik yang menyediakan "mendukung, membantu, mendorong komunikasi dan perilaku" kekuatan ego kalangan mahasiswa, atau pengetahuan dan komitmen untuk suatu tujuan dan upayanya, apatis mahasiswa juga dapat diatasi agar  ketidakamanan, keraguan diri, pasif, ketidakterhubungan, isolasi sosial, dan motivasi diri rendah lebih dapat berkurang di kalangan mahasiswa.







DAFTAR PUSTAKA


Bjornsen, dkk. (2007). Apathy And Personality Traits Among College Students: A Cross-Cultural Comparison. Jurnal Pendidikan,Volt 41  
 Coffield, K. (1981). Student Apathy: A Comperative Study. Jurnal Psikologi ,
26-28.
http://kupu-kupu-ku.blogspot.com/2011/04/pesimisoptimisapatis.html diakses pada hari jum’at, 13 April 2012 jam 16.30 WIB.









Comments

  1. The Best Sports toto Bet on - Sporting100
    There are 메리트 카지노 가입 쿠폰 also 메리트 카지노 조작 plenty of other ways to bet online. Some of 토토사이트 them include a 카지노 사이트 sportsbook, online casino, and betting site. If you are looking for a way to 카지노 사이트

    ReplyDelete

Post a Comment

Tinggalkan Komentar Anda

Popular posts from this blog

MEMBUAT POPUP CARD PERMAINAN TRADISIONAL

Popup card adalah jenis kartu kreatif yang memiliki elemen atau gambar yang muncul secara tiga dimensi (3D) saat kartu dibuka. Biasanya digunakan untuk berbagai kesempatan, seperti ulang tahun, pernikahan, ucapan terima kasih, atau perayaan lainnya. Keunikan popup card terletak pada efek kejutan yang muncul saat kartu dibuka, membuatnya lebih menarik dibandingkan kartu biasa. Bahan yang Dibutuhkan : Setiap siswa membawa: Kertas karton atau kertas tebal 3 jenis warna bebas Gunting atau cutter. Lem atau perekat. Pensil, penghapus, penggaris Buatlah POPUP Card seperti video dibawah ini Kemudian pada setiap sisinya di beri gambar print Egrang Engklek Lompat karet Gobak sodor Bakiak Lompat bambu CATATAN ! SETIAP KELOMPOK MEMBUAT 4 MACAM POPUP CARD SEPERTI VIDEO DIATAS BOLEH MENCARI REFERENSI LAIN DI YOUTUBE  SATU ANGGOTA KELOMPOK MEMBUAT VIDEO PROSES PEMBUATAN POPUP CARD KEMUDIAN DI EDIT DAN DI POST DI TIKTOK MENGGUNAKAN HASHTAG #spenskes #p5kearifanlokal #p5permainantradisional

Sosialaisasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

TEMA KEARIFAN LOKAL TOPIK PERMAINAN TRADISIONAL           Kearifan lokal merupakan suatu bentuk kearifan lingkungan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat berupa tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan tempat atau daerah hidupnya. Sebagai salah satu bentuk perilaku manusia, kearifan lokal bukanlah suatu hal yang statis, melainkan berubah sejalan dengan waktu atau dinamis, tergantung dari tatanan dan ikatan sosial budaya yang ada di masyarakat.           Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah 34 provinsi yang kaya dengan keberagaman budaya seperti kesenian, rumah adat, senjata perang, pakaian tradisional, hingga permainan tradisional. Permainan tradisional merupakan salah satu bentuk budaya yang memiliki kaitan erat dengan masyarakat. Permainan tradisional juga memiliki kandungan filosofi dan nilai-nilai sejarah tertentu tergantung masing-masing daerah di seluruh Indonesia. Beragam c...

ASESMEN DIAGNOSTIK P5 - KEARIFAN LOKAL

 ASESMEN DIAGNOSTIK PROYEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) TEMA KEARIFAN LOKAL TOPIK PERMAINAN TRADISIONAL Asesmen Diagnostik adalah sebuah penilaian yang dilakukan secara khusus untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, dan kelemahan peserta didik. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui di mana letak kesulitan atau kesalahpahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran, sehingga guru dapat memberikan pembelajaran yang lebih tepat dan efektif. Mengapa Asesmen Diagnostik Penting? Mempermudah Proses Pembelajaran: Dengan mengetahui area yang belum dikuasai siswa, guru dapat menyusun rencana pembelajaran yang lebih tertarget. Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran: Pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa akan lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman dan prestasi. Memberikan Umpan Balik yang Lebih Baik: Hasil asesmen diagnostik dapat memberikan umpan balik yang spesifik kepada siswa, sehingga mereka mengetahui area yang perlu diperbaiki. Membantu...