Sekripsi Pemilihan Ekstrakurikuler
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
untuk mengembangkan kemam puan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Untuk meraih out
put pendidikan sebagaimana yang diharapkan tentu saja harus melalui
proses yang diselenggarakan dan dikelola dengan sebaik-baiknya. Pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,
dan kemajemukan bangsa. Selain itu, pendidikan diselenggarakan sebagai satu
kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multi makna. Program
ekstrakurikuler merupakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di luar jam
efektif sekolah dan disesuaikan dengan kebutuhan, pengetahuan, pengembangan,
bimbingan dan pembinaan peserta didik agar memiliki kemampuan dasar penunjang.
Setiap kegiatan dalam ekstrakurikuler diarahkan dalam upaya memantapkan
pembentukan kepribadian peserta didik.
Di sisi
lain, minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan
dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan minat bukan saja dapat mempengaruhi
tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan
dan memperoleh sesuatu. Sehingga, semua kegiatan sekolah termasuk kegiatan
ekstrakurikuler tentu akan berjalan lancar apabila ada minat dari siswa. karenanya,
apabila dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa mempunyai minat dan perhatian
besar terhadap objek yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh lebih baik.
Sementara itu,
di SMPN 3 Depok Sleman agar kegiatan ekstrakurikuler yang ada dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan maka disediakan layanan informasi agar siswa dapat memahami tentang berbagai macam
informasi yang terkait dengan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.
Layanan informasi dalam hal ini diperlukan untuk mengetahui arah dan tujuan
yang ingin dicapai.
Prayitno (2001: 83)
yang mengungkapkan bahwa “layanan informasi yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan siswa menerima dan memahami berbagai informasi yang
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk
kepentingan siswa”. Sehingga, diharapkan siswa dapat memanfaatkan layanan
informasi mengenai kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Diharapkan dengan
adanya layanan informasi kegiatan ekstrakurikuler tersebut, siswa dapat
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan minatnya dan dapat
mengembangkan bakat yang dimiliki siswa.
Sementara itu, kegiatan
ekstrakurikuler yang ada di SMPN 3 Depok Sleman telah diselenggarakan oleh
sekolah dan disediakan berbagai fasilitas yang mendukung kegiatan, namun minat
para siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler masih rendah. Sebagai
contoh kegiatan ekstrakurikuler olah
raga basket, hanya diikuti oleh
kurang dari dua puluh orang siswa kelas VII dari target ideal
minimal lebih dari dua
puluh orang siswa kelas VII yang
mengikutinya. Begitu juga dengan kegiatan ekstrakurikuler seni tari, hanya diikuti oleh kurang dari dari dua puluh orang siswa yang
mengikuti kelas VII, padahal target yang mengikuti bisa lebih dari dua
puluh orang siswa kelas VII. Hal inilah
yang menjadi kegelisahan dan ketertarikan tersendiri dari penulis untuk
meneliti lebih jauh dan mendalam dalam penelitian ini.
B.
Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang
permasalahan sebagaimana diuraikan di atas maka dapat diidentifikasikan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Rendahnya minat siswa kelas VII di SMPN 3 Depok Sleman untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
2. Peran guru Bimbingan Konseling dalam
meningkatkan minat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pada siswa Kelas VII di SMPN 3 Depok Sleman masih belum
optimal.
3. Layanan informasi sebagai upaya bimbingan
dan konseling di SMPN 3 Depok Sleman
dalam meningkatkan
minat siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler masih belum optimal.
4. Upaya-upaya strategis guru Bimbingan
Konseling untuk meningkatkan minat siswa Kelas VII di SMPN 3 Depok Sleman mengikuti kegiatan ekstrakurikuler melalui layanan informasi belum
maksimal.
C.
Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan maka penelitian
ini dibatasi pada masalah layanan informasi sebagai upaya yang dilakukan oleh guru
Bimbingan Konseling SMPN 3 Depok untuk meningkatkan minat siswa Kelas VII mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah sebagaimana diuraikan tersebut, maka penelitian ini akan
mengacu pada rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana upaya yang dilakukan guru bimbingan dan
konseling di SMPN 3 Depok Sleman untuk meningkatkan minat siswa kelas VII
mnegikuti kegiatan ekstrakurikuler?
2.
Faktor apa saja yang menjadi pendukung kegiatan
ekstrakurikuler di SMPN 3 Depok Sleman?
3.
Faktor apa saja yang menghambat kegiatan ekstrakurikuler
di SMPN 3 Depok Sleman?
4.
Bagaimana minat siswa
kelas VII untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler?
5.
Bagaimana layanan informasi yang dibuat guru Bimbingan
dan Konseling dalam meningkatkan minat siswa kelas VII untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler di SMPN 3 Depok?
E. Tujuan
- Tujuan
Penelitian
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
a.
Untuk mengetahui faktor apa yang menjadi pendukung kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 3 Depok.
b.
Untuk mengetahui faktor yang menjadi dan penghambat
kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 3 Depok.
c.
Untuk
mengetahui bagaimana minat siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
d.
Untuk mengetahui bagaimana layanan informasi yang dibuat guru
Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan minat siswa kelas VII untuk mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 3 Depok.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi pemikiran bagi kajian pendidikan terutama untuk Bimbingan
Konseling.
- Manfaat
Praktis
a. Secara praktis hasil penelitian ini dapat
dijadikan pertimbangan bagi sekolah dalam usaha peningkatan efektifitas
kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan
peneliti lain yang berminat mengkaji masalah minat siswa dalam kegiatan
ekstrakurikuler.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Tinjuan Mengenai Minat
1.
Pengertian Minat
Slameto (2003: 180) mengatakan bahwa ”minat adalah suatu
rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada
yang menyuruh”. Winkel (1991: 30) mengartikan “minat sebagai kecenderungan yang mantap dalam diri subyek yang merasa
tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam
dunia tersebut”. Syah (2003: 151) mendefiniskan “minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”. Gie (1995: 272)
mengatakan bahwa “minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu
campuran perasan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan
yan mengarahkan individu pada suatu pilihan kegiatan tertentu”. Pengertian minat yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut
dapat dikatakan bahwa di dalam minat ada ketertarikan, rasa suka atau
kecenderungan pada suatu hal.
Sardiman (1992: 76) mendefinisikan bahwa ”minat sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat
ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan dan
kebutuhannya sendiri”. Witherington (1990:
124) mengatakan bahwa “minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu objek
seseorang, suatu soal atau suatu situasi yang mengandung sangkut paut dengan
dirinya”. Ahmadi (1998: 151) mengatakan bahwa “minat adalah
sikap jiwa orang seseorang termasuk ketiga fungsi jiwanya yang tertuju pada
sesuatu, dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang terkuat”. Berpijak dari
pengertian tersebut maka seseorang
dikatakan berminat terhadap suatu objek, apabila orang tersebut menyadari akan
objek itu.
Sabri
(1995: 84) mengatakan bahwa “minat adalah kecenderungan untuk selalu
memperhatikan dan
mengingat sesuatu secara terus menerus, minat ini erat kaitannya dengan
perasaan senang”. Pengertian ini mengandung arti bahwa minat itu terjadi karena
sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat kepada sesuatu berarti ia sikapnya
senang kepada sesuatu.
Marimba
(1980: 79) “minat adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan
sesuatu itu, pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu”.
Shalahuddin (1990: 95) mendefinisikan “minat adalah perhatian yang mengandung
unsur-unsur perasaan”. Definisi mengenai minat ini berarti bahwa minat
berkaitan erat dengan perasaan seseorang terhadap suatu hal yang dikaitkannya
dengan kebutuhan yang ingin dipenuhinya.
Beberapa pengertian dari para ahli dapat disimpulkan
bahwa minat adalah kecenderungan untuk memperhatikan sesuatu yang
mendorong seseorang terlibat dalam
suatu
pekerjaan atau kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhannya dengan rasa senang.
2.
Aspek-aspek minat
Seperti
yang telah di kemukakan bahwa minat dapat
diartikan kecenderungan untuk
memperhatikan sesuatu yang mendorong seseorang terlibat dalam suatu pekerjaan atau kegiatan belajar untuk mencapai tujuan atau memenuhi
kebutuhannya dengan rasa senang.
Hurlock
(1990: 422) mengungkapkan bahwa “minat merupakan hasil dari pengalaman atau
proses belajar”. Minat yang diperoleh melalui adanya suatu proses belajar
dikembangkan melalui proses menilai suatu objek yang kemudian menghasilkan
suatu penilaian-penilaian tertentu terhadap objek yang menimbulkan minat
seseorang.
Penilaian-penilaian
terhadap objek yang diperoleh melalui proses belajar itulah yang kemudian
menghasilkan suatu keputusan mengenal adanya ketertarikan atau
ketidaktertarikan seseorang terhadap objek yang dihadapinya. Lebih jauh Hurlock
(1990: 422) mengemukakan bahwa “minat memiliki dua aspek yaitu aspek kognitif
dan aspek afektif”. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a.
Aspek
kognitif
Aspek ini didasarkan atas konsep yang dikembangkan
seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun
aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari dari
lingkungan.
b.
Aspek
afektif
Aspek afektif ini adalah konsep yang membangun konsep
kognitif dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang
menimbulkan minat. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam memotivasikan
tindakan seseorang.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa minat siswa terhadap mata pelajaran atau kegiatan ekstrakurikuler yang dimiliki siswa
bukan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari melalui proses penilaian kognitif
dan penilaian afektif siswa yang kemudian dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain, jika proses
penilaian kognitif dan afektif seseorang terhadap objek minat adalah positif
maka akan menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat.
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Minat
Salah
satu pendorong
dalam keberhasilan suatu kegiatan adalah adanya minat yang tinggi. Minat tidak
muncul dengan sendirinya akan tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi
minat siswa. Sebagaimana dikatakan oleh Shalahuddin (1990: 98) bahwa beberapa
faktor yang dapat mendorong timbulnya minat yaitu sebagai berikut::
- Adanya
kebutuhan
Dalam hal ini
minat yang ada dalam diri seseorang merupakan petunjuk langsung dari adanya
kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam dirinya. Seorang siswa yang membutuhkan
penghargaan misalnya, maka siswa tersebut akan mengembangkan minatnya itu pada
semua aktivitasnya, baik dalam sekolah maupun di luar sekolah sebagai upaya
untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Maka dari itu seyogyanya sekolah memberi
kesempatan pada siswa, agar dapat menyelurkan minatnya melalui aktivitas
positif di sekolah.
- Adanya
keinginan atau cita-cita
Keinginan atau cita-cita juga mempengaruhi minat siswa terhadap suatu
pelajaran atau kegiatan. Cita-cita adalah perwujudan dari minat seseorang dalam prospek kehidupan
di masa yang akan datang.
- Pengaruh
kebudayaan
Dalam
hal ini hubungan antara minat dan kebudayaan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut Shalahuddin
1)
Minat
sebagian besar adalah hasil dari perkembangan dorongan untuk aktif dan
keinginan untuk melatih fungsi-fungsi baik fungsi fisik maupun mental.
2)
Seringkali
keinginan atau hal-hal yang tidak diinginkannya adalah hasil dari tekanan
kebudayaan. Maka jika seseorang ingin menyelami kebudayaan, maka akan
memperoleh penghargaan dan ganjaran dari masyarakat.
3)
Sifat
egosentrik dari sesuatu minat dan adanya koreksi antara minat dan
kecakapan-kecakapan khusus menunjukkan bahwa kebanyakan minat adalag berasal
dari usaha-usaha seseorang untuk melakukan sesuatu yang membawa sukses.
4)
Tugas-tugas
dan pelajaran di sekolah, sering menimbulkan minat baru. Prinsip umum dari
minat adalah bahwa minat seorang siswa itu berpusat pada aktivitas yang
menimbulkan kepuasan dan mengurangi ketegangan.
- Adanya
pengalaman
Minat
juga dapat timbul karena pengalaman seseorang. Sebagai contoh jika keluarga
suka membaca buku maka hal ini bisa menimbulkan minat pada anak-anak untuk
membaca.
Dari apa uraian tersebut maka dapat dikatakan bahwa yang
mendorong adanya minat bagi seseorang antara lain faktor kebutuhan, cita-cita,
kebudayaan dan pengalaman.
Slameto (1991:187) mengatakan bahwa minat
dapat timbul karena empat faktor sebagai berikut:
- Bahan Pelajaran
Faktor yang dapat membangkitkan dan merangsang minat adalah
faktor bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Bahan pelajaran yang
menarik minat siswa, akan sering dipelajari oleh siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan pelajaran yang tidak menarik minat
siswa tentu akan dikesampingkan oleh siswa. Maka dari itu, minat mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang
dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar
dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.
- Sikap guru
Guru (pembina kegiatan) juga salah satu obyek yang dapat
merangsang dan membangkitkan minat belajar siswa. Sehingga dapat dikatakan
bahwa guru juga dapat menjadi pendorong keterarikan siswa terhadap suatu
pelajaran atau kegiatan.
- Perhatian
keluarga
Pada
dasarnya keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan minat
seorang siswa terhadap pelajaran atau kegiatan tertentu. Sehingga
dalam proses perkembangan minat diperlukan dukungan
perhatian dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua.
- Pengaruh
teman pergaulan
Melalui pergaulan seseorang akan dapat terpengaruh arah minatnya, khususnya
teman akrabnya. Khusus bagi remaja, pengaruh teman ini sangat besar karena
dalam pergaulan itulah remaja memupuk pribadi dan melakukan aktifitas bersama-sama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan yang
mereka alami.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang menjadi faktor
minat dalam hal ini adalah abhan pelajaran, siap guru, perhatian keluarga dan
pengaruh teman pergaulannya.
Dikatakan oleh Crow & Crow (1988: 352) bahwa ”minat dapat timbul karena dipengaruhi oleh lingkungan,
bakat dan hobi yang dimiliki seseorang”. Adapun uraiannya adalah sebagai
berikut:
a.
Pengaruh lingkungan
Minat dapat diperoleh dari pengalaman seseorang di lingkungan tempatnya
tinggal. Dalam hal ini lingkungan sangat berperan dalam
tumbuhnya minat siswa terhadap pelajaran atau kegiatan tertentu.
b.
Adanya
bakat
Melalui bakat seseorang akan memiliki minat. Sebagai contoh bila
seseorang sejak kecil memiliki bakat menyanyi, secara tidak langsung ia akan
memiliki minat dalam hal menyanyi. Jika seseorang dipaksakan untuk menyukai
sesuatu yang lain, kemungkinan akan membencinya atau merupakan suatu beban bagi
dirinya. Oleh karena itu, dalam memberikan pilihan baik sekolah maupun
aktivitas lainnya sebaiknya disesuaikan dengan bakat dimiliki.
c.
Hobi
Bagi setiap orang hobi merupakan salah satu hal yang
menyebabkan timbulnya minat. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki hobi
terhadap matematika maka secara tidak langsung dalam dirinya timbul minat untuk
menekuni ilmu matematika, begitupun dengan hobi yang lainnya.
Dari uraian tersebut dimengerti bahwa faktor yang
mempengaruhi minat dia antaranya adalah adanya pengaruh lingkungan, adanya
bakat dan hobi seseorang.
4.
Indikator Minat
Ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar
yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar di kelas maupun di
rumah. Sebagaimana dikatakan oleh Imran (1996: 87) bahwa ”yang
menjadi indikator minat di antaranya adalah perasaan senang, adanya perhatian
dalam belajar, sikap guru dan adanya manfaat”. Adapun urainnya adalah sebagai
berikut:
a.
Perasaan
Senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka
terhadap pelajaran atau kegiatan ekstrakurikuler misalnya, maka siswa harus terus
mempelajari ilmu yang berhubungan dengan pelajaran atau kegiatan tersebut. Sama
sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.
b.
Perhatian
dalam Belajar
Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator dari
minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa
seseorang terhadap pengamatan,
pengertian dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu.
Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan sendirinya
akan memperhatikan objek tersebut. Misalnya, seorang
siswa menaruh minat terhadap pelajaran atau kegiatan ekstrakurikuler tertentu,
maka siswa
tersebut akan berusaha untuk
memperhatikan penjelasan dari guru atau pembina kegiatan Imran .
c.
Sikap
Guru atau Pembimbing yang Menarik
Tidak semua siswa menyukai suatu pelajaran atau kegiatan
ekstrakurikuler karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya
terhadap bidang pelajaran atau kegiatan tersebut karena pengaruh dari guru,
pembina, teman atau bahan pelajaran yang menarik. Walaupun demikian
lama-kelamaan jika siswa mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata
pelajaran atau kegiatan niscaya siswa bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia
tergolong siswa yang berkemampuan rata-rata. Hal ini sebagaimana dikemukakan
oleh Brown (dalam Imran,1996: 88) bahwa tertarik kepada guru, artinya tidak membenci
atau bersikap acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan,
mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada
guru, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin
identitas dirinya diketahui oleh orng lain, tindakan kebiasaan dan moralnya
selalu dalam kontrol diri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya
kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya.
d.
Adanya
Manfaat dan Fungsi
Adanya manfaat dan fungsi dari pelajaran atau kegiatan
ekstrakurikuler juga merupakan salah satu indikator minat
Imran (1996: 88). Karena setiap pelajaran atau kegiatan jelas
mempunyai manfaat dan fungsinya. Adanya manfaat dari suatu kegiatan atau pelajaran ini dapat
menjadi pendorong adanya minat. Sebagai contoh siswa yang senang mengikuti
kegiatan ektrakurikuler teater yang dipicu kebutuhannya untuk dapat belajar
mengenai teknik berakting.
B.
Kegiatan Ekstrakurikuler
1.
Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler
Pada
dasarnya pendidikan adalah suatu proses untuk mengembangkan seluruh aspek
kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup.
Dengan kata lain pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas,
tetapi juga berlangsung pula di luar kelas. Zuhairini (1995: 149) mengatakan
bahwa “pendidikan bukan hanya bersifat formal saja, namun jua mencakup pula
yang non formal”. Dengan demikian tugas pendidikan tidak hanya meningkatkan
kecerdasan, melainkan mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia khususnya
peserta didik.
Departemen Pendidikan Nasional menilai
bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah bagian dari pengembangan diri dan
merupakan kegiatan belajar yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka (Departemen
Pendidikan Nasional, 2007: 1). Dalam hal ini kegiatan ekstrakurikuler bisa
dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah dalam rangka memperluas wawasan
atau kompetensi tertentu, untuk meningkatkan dan menerapkan pengetahuan dan
kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran.
Daien dan Kusuma (1988: 123)
mengungkapkan bahwa “kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan-kegiatan
pelajaran yang diselenggarakan di luar
jam pelajaran biasa, umumnya dilaksanakan pada pagi hari bagi sekolah
yang masuk sore dan dilaksanakan pada sore hari bagi sekolah yang masuk pada
pagi hari”. Kegiatan ekstrakurikuler ini merupakan kegiatan di luar jam
pelajaran biasa dan dilakukan dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan
peserta didik mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan
bakat dan minat serta dalam upaya melengkapi pembinaan manusia Indonesia
seutuhnya.
Sahertian (1994: 132) memberikan
pengertian lain mengenai kegiatan ekstrakurikuler sebagai berikut:
“kegiatan
di luar jam pelajaran biasa (termasuk dalam hal ini waktu libur) yang dilakukan
di sekolah maupun di luar sekolah dengan tujuan memperluas pengetahuan peserta
didik mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan
minat peserta didik serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya”.
Departemen Pendidikan Nasional menilai
bahwa “kegiatan ekstrakurikuler adalah bagian dari pengembangan diri, dan
merupakan kegiatan belajar yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka” (Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, 2007: 1).
Kegiatan ekstrakurikuler bisa dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah
dalam rangka memperluas wawasan atau kompetensi tertentu, untuk meningkatkan
dan menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai
mata pelajaran.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat
ditarik satu kesimpulan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan
yang diprogramkan sekolah untuk diikuti oleh para peserta didik di luar jam
pelajaran yang ada dalam kurikulum, dan ditujukan untuk mengembangkan potensi,
bakat, minat, menambah wawasan dan keterampilan peserta didik. Pada umumnya
kegiatan ekstrakurikuler yanga da di sekolah meliputi kegiatan olahraga, seni,
agama, kepanduan atau Pramuka dan kegiatan penelitian ilmiah.
2.
Macam-macam Kegiatan Ekstrakurikuler
Dari penjelasan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di
luar jam pelajaran termasuk pada hari libur, dengan maksud untuk perluasan
wawasan, mendorong pemberian nilai atau sikap, dan memungkinkan lebih lanjut
berbagai mata pelajaran yang dipelajari.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995: 41)
menjelaskan bentuk-bentuk kegiatan yang tergolong ekstrakurikuler adalah
sebagai berikut:
a.
Lomba
Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR),
b.
Pramuka,
c.
PMR,
d.
Koperasi
Sekolah,
e.
Olahraga
prestasi / rekreasi,
f.
Kesenian
tradisional / modern,
g.
Cinta
alam dan lingkungan hidup,
h.
Kegiatan
bakti sosial,
i.
Peringatan
hari-hari besar,
j.
Jurnalistik,
k.
Patroli
Keamanan sekolah.
Bentuk-bentuk kegiatan sebagaimana
disebutkan dia atas, merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mengembangkan bakat,
minat dan kepribadian siswa dibidang keagamaan, sosial, pendidikan dan
kesenian.
Dalam buku petunjuk pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler sebagai jalur pembinaan kesiswaan (1996: 6-10) materi kegiatan
ekstrakurikuler secara umum mencakup hal-hal sebagai berikut:
a.
Pembinaan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b.
Pembinaan
kehidupan berbangsa dan bernegara
c.
Pembinaan
pendidikan bela Negara
d.
Pembinaan
kepribadian dan budi pekerti
e.
Pembinaan
berorganisasi pendidikan, politik dan kepemimpinan
f.
Pembinaan
ketrampilan dam kewiraswastaan.
Materi-materi kegiatan ekstrakurikuler
sebagaimana diuraikan di atas dipelajari oleh siswa melalui beberapa jenis
kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.
Berdasarkan cakupan materi tersebut di
atas, Sutisna (1998: 68) merinci jenis kegiatan ekstrakurikuler yang biasanya
ada di sekolah sebagai berikut:
a.
Organisasi
murid seluruh sekolah
b.
Organisasi
kelas dan organisasi tingkat kelas
c.
Kesenian,
tari-tarian, band, karawitan, nyanyian bersama, dll
d.
Klub-klub
hobi (fotografi, hastakarya, dll)
e.
Pidato
dan drama (pidato, debat dan diskusi)
f.
Kegiatan-kegiatan
sosial
g.
Klub-klub
yang berpusat pada mata pelajaran
h.
Atletik
dan sport
i.
Publikasi
sekolah
j.
Organisasi
yang disponsori secara kerja sama
Dalam buku petunjuk pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler sebagai jalur pembinaan kesiswaan (1996: 3) disebutkan mengenai
kegiatan ekstrakurikuler sebagai
berikut:
a. Siswa dapat memperdalam dan memperluas
pengetahuan, mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan
bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya dalam arti:
1)
Beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2)
Berbudi
pekerti luhur
3)
Memiliki
pengetahuan dan ketrampilan
4)
Sehat
jasmani dan rohani
5)
Berkepribadian
yang mantap dan mandiri
6)
Memiliki
rasa tanggung jawab dan kemasyarakatan dan kebangsaan
b. Untuk lebih memantapkan pendidikan kepribadian
serta untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program
kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.
Dari penjelasan mengenai petunjuk
pelaksanaan tersebut dapat dipahami bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang
diadakan di sekolah adalah untuk memantapkan kepribadian siswa yang berdasarkan
pada budi pekerti luhur dan ketaqwaam terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Sutjipto dan Mukti (1992: 39)
mengungkapkan bahwa maksud dari
diadakannya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah adalah sebagai berikut:
“untuk
memperluas pengetahuan siswa, menambah ketrampilan, mengenal hubungan antara
berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, menunjang pencapaian
tujuan intrakurikuler serta melengkapi usaha pembetukan manusia seutuhnya”.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah pada dasarnya dimaksudkan untuk menyalurkan
bakat dan minat siswa, sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan
intrakurikuler sebagai upaya pembentukan manusia seutuhnya.
3.
Minat Siswa Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler yang dimengerti
sebagai kegiatan tambahan yang diprogramkan sekolah untuk diikuti oleh para
peserta didik di luar jam pelajaran yang ada dalam kurikulum, dan ditujukan
untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, menambah wawasan dan keterampilan
peserta didik. Sementara minat sebagaimana pendapat Marimba (1980: 79)
dimengerti sebagai “kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada
kepentingan dengan sesuatu itu, pada umumnya disertai dengan perasaan senang
akan sesuatu itu”. Dalam hal ini minat
erat kaitannya dengan kepantingan akan sesuatu dari pelajaran atau kegiatan
yang diikuti.
Berdasarkan pengertian mengenai kegiatan
ekstrakurikuler dan minat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa minat terhadap
kegiatan ekstrakurikuler adalah keinginan siswa untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler dengan dorongan dalam diri siswa dan dorongan yang muncul dari
lingkungan sekitar, seperti pengaruh dari orang tua, guru pembimbing, teman
sebaya. Minat dapat menjadi pendorong dalam merealisasikan cita-cita, tanpa
adanya minat seseorang tidak akan berhasil dalam aktifitas pendidikan,
pekerjaan, dan masalah-masalah yang lain.
Kartono (1990:
111) menjelaskan bahwa ”perhatian merupakan reaksi umum
dari individu
dan kesadaran yang menyebabkan bertambahnya aktivitas,
daya konsentrasi, dan pembatasan kesadaran terhadap satu objek”. Perhatian sangat dipengaruhi oleh perasaan dan suasana
hati, dan ditentukan oleh kemauan. Perhatian dianggap sebagai akibat dari
kemampuan psikis yang disebut minat. Crow
and Crow (dalam Djamarah 2002: 158) mengatakan minat sebagai berikut:
”minat merupakan kemampuan untuk memberi stimulasi yang
mendorong siswa untuk memperhatikan seseorang, barang atau kegiatan, atau
sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli
oleh kegiatan itu sendiri”.
Dari pengertian
tersebut dapat dipahami bahwa minat akan menjadi stimulasi bagi siswa untuk
memperhatikan atau mengikuti suatu kegiatan.
Loekmono
(1994: 63)
mengatakan bahwa ”minat merupakan salah satu hal yang ikut menentukan
keberhasilan seseorang dalam segala bidang baik dalam studi, kerja dan
kegiatan-kegiatan lain”. Minat
pada suatu bidang tertentu akan memunculkan perhatian yang spontan terhadap
bidang tersebut. Adanya minat tidak hanya memunculkan perhatian saja tapi akan
mempermudah bagi seseorang untuk memunculkan konsentrasi pada bidang atau
kegiatan yang dijalaninya.
Konsentrasi seperti
dikatakan oleh Gie (2000: 142) sebagai ”pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan
semua hal lainnya yang tidak berhubungan kegiatan tersebut”. Pada dasarnya konsentrasi merupakan akibat dari perhatian
yang bersifat spontan yang ditimbulkan oleh minat terhadap sesuatu hal. Maka
dari itu, setiap siswa dengan
mengembangkan minat terhadap kegiatan ekstrakurikuler, dapat berangsur-angsur memperbesar kemampuan
konsentrasinya pada keberhasilan tujuan diadakannya
kegiatan ekstrakurikuler.
Karenanya kegiatan ekstrakurikuler yang
diprogramkan sekolah harus sesuai dengan minat dan potensi siswa yang
bervariasi. Selain itu, materi dalam kegiatan ekstrakurikuler berguna sebagai
sarana pendalaman pengetahuan sesuai dengan bidang yang dipilih, sehingga minat
dan potensi siswa dapat berkembang secara optimal.
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Minat Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler
Minat pada diri seseorang terjadi
melalui proses. Siswa memiliki minat dari pembawaannya kemudian memperoleh
perhatian dan berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga minat tumbuh dan
berkembang. Menurut Suryabrata (2002: 233) bahwa “minat dipengaruhi dua faktor
yaitu faktor intern dan ekstern”. Faktor intern meliputi faktor-faktor
kebutuhan pribadi, keinginan dan cita-cita individu. Kebutuhan menuntut untuk
dipenuhi sehingga minat terhadap suatu kegiatan ekstrakurikuler atau kreatifitas
akan muncul, begitu juga dengan keinginan dan cita-cita yang harus dicapai
menjadikan individu selalu mendekatkan diri dengan tujuan dan minatnya. Faktor
ekstern meliputi pengaruh kebudayaan, pengalaman dan kemungkinan, lingkungan
sekitar, orang tua, teman sebaya dan informasi yang diperoleh dari guru
pembimbing di sekolah. Kemungkinan yang dapat menuntut untuk berbuat suatu
aktifitas, sehingga siswa yang ada didalamnya mununtut dirinya untuk
mendekatkan dan menimbulkan minat pada kegiatan ekstrakurikuler tersebut,
begitu juga dengan pengalaman. Pengalaman yang pernah diterimanya dalam
keluarga misalnya akan menggugah anak-anak tersebut berbuat sesuatu.
Minat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor yang datang dari dalam diri individu (intern) juga dapat dipengaruhi
oleh faktor yang datang dari luar individu (ekstern) misalnya di sekolah guru
bimbingan dan konseling memberikan pemahaman pada siswa mengenai minat, bakat,
dan kemampuan yang ada dalam diri siswa dan membantu siswa dalam memilih
kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan yang
dimilikinya, pengaruh dari orang tua misalnya orang tuanya seorang atlet
kemudian orang tuanya meminta anaknya menekuni olah raga juga dan menyarankan
agar anaknya mengikuti ekstrakurikuler salah satu bidang olah raga, pengaruh
dari teman sebaya misalnya rata-rata teman sebayanya mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler Pramuka kemudian siswa tersebut ikut-ikutan masuk Pramuka
walaupun awalnya tidak berminat dalam kegiatan Pramuka.
Berdasarkan
uraian di atas dapat simpulkan bahwa minat siswa terhadap kegiatan
ekstrakurikuler dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor yang
mempengaruhi minat siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler dalam penelitian ini
adalah faktor ekstern atau faktor yang muncul dari luar diri siswa, meliputi
pengaruh dari guru pembimbing dan pemberian informasi yang disajikan secara
menarik yang berisi tentang kegiatan ekstrakurikuler.
5.
Menumbuhkan Minat Siswa terhadap
Kegiatan Ekstrakurikuler
Sebagaimana telah dijelaskan di atas,
minat merupakan suatu sikap batin atau kecenderungan dalam diri seseorang, maka
tumbuhnya minat itu bermuara pada berbagai dorongan batin (motives). Berbagai
motif harus digerakkan sehingga dapat menjadi sebuah motivasi yang kuat untuk
mencapai tujuan. Maka dari itu menumbuhkan berbagai motif perkembangan minat
tentu ada metode-metode dan tehnik-tehnik yang dapat dipelajari dan dijalankan
oleh siswa. Menurut Woodley (dalam Gie, 1995: 136) mengungkapkan bahwa “hanya
ada satu cara bagi siswa untuk mengembangkan minat itu yaitu dengan mempelajari
secara sungguh-sungguh dan baik”.
Oleh karena itu, kegiatan
ekstrakurikuler yang diselenggrakan sekolah tentu membutuhkan minat yang besar
dari para siswa agar mencapai tujuan yang diinginkan. Siswa yang tidak berminat
terhadap kegiatan ekstrakurikuler dapat diusahakan agar mempunyai minat yang
lebih besar dengan jalan menjelaskan hal-hal yang menarik berguna bagi
kehidupan dan hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta berkaitan dengan
hal-hal yang disukainya.
Berkaitan dengan minat sesorang terhadap
sesuatu Santrock (2003: 269) mengungkapkan bahwa “biasanya dalam kehidupan
seseorang terkait satu hal dan lain hal
dipengaruhi oleh guru yang pernah mengajarnya”. Dari pernyataan tersebut maka
minat siswa dapat saja berkembang atau dikembangkan melalui bimbingan dan
pengarahan dari guru mata pelajaran maupun guru bimbingan dan konseling sesuai
dengan tujuan bimbingan dan konseling, yang terkait dengan aspek akademik
(belajar) salah satunya yaitu memiliki motif yang tinggi untuk belajar
sepanjang hayat dan tujuan yang terkait dengan aspek karir yaitu memiliki
pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan
pekerjaan.
Dengan demikian minat siswa untuk
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah tidak lepas dari pengaruh guru
Bimbingan dan Konseling yang ada di sekolah. Dalam hal ini guru bimbingan dan
konseling memberikan pemahaman kepada siswa mengenai minat, bakat, potensi
serta kemampuan yang dimiliki siswa, sehingga dapat membantu siswa untuk
memilih kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat siswa dan membantu
siswa untuk mengembangkan minat, bakat yang dimiliki siswa.
Selain itu, menumbuhkan minat siswa
terhadap kegiatan ekstrakurikuler juga bisa dikembangkan melalui layanan
informasi. Layanan informasi yang ada harus disajikan dengan menarik dan jelas
dalam isi dan penyampaiannya, layanan informasi harus tepat dan akurat. Layanan
informasi ini bisa dilakukan dengan pemberian leaflet yang berisi tentang
pentingnya kegiatan ekstrakurikuler, pengertian, tujuan dan manfaat mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler. Leaflet diberikan kepada siswa agar siswa mengetahui
kegiatan ekstrakurikuler dan lebih memahami minat, bakat yang ada dalam diri,
dan menyalurkan minat bakatnya melalui kegiatan ekstrakurikuler. Pemberian
informasi juga bisa menggunakan media pemutaran film yang menggambarkan proses
sesuatu kegiatan, tujuan pemutaran film yaitu menumbuhkan dan mengembangkan
perhatian dan minat siswa. Pemutaran film yang berkaitan dengan pengembangan
minat, bakat, potensi, dan kemampuan yang dimiliki siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa tumbuhnya minat siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler dapat
dipengaruhi dari luar diri siswa, di antaranya dari pembimbing, teman sebaya,
dan lingkungan sekitar. Dalam penelitian ini difokuskan pada layanan informasi
sebagai upaya bimbingan dan konseling dalam meningkatkan minat siswa kelas VII
untuk mengikuti kegaitan esktrakurikuler.
C.
Layanan Informasi
1.
Pengertian Layanan Informasi
Pengertian layanan informasi dikatakan
oleh Prayitno (2001: 83) sebagai berikut:
“sebagai
layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa (klien) menerima dan
memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi
jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan
keputusan untuk kepentingan siswa itu sendiri”.
Layanan
informasi dalam pengertian tersebut dilakukan sebagai upaya untuk memberikan
berbagai informasi kepada klien yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
memutuskan sesuatu.
Rahman (2003: 47) mengatakan bahwa
layanan informasi merupakan “layanan yang berupa pemberian informasi pemahaman
kepada siswa tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani tugas dan
kegiatan di sekolah dan untuk menentukan serta mengerahkan tujuan hidup”. Gunawan
(1992: 23) mendefinisikan layanan informasi sebagai “layanan yang memungkinkan
siswa menerima dan memahami untuk membuat keputusan yang bebas dan bijaksana
dari informasi yang tersedia”. Layanan informasi dalam pengertian ini ditujukan
sebagai upaya agar siswa lebih memahami akan suatu informasi.
Berkaitan dengan layanan informasi Winkel
dan Hastuti (2007: 316) mengungkapkan sebagai berikut:
“layanan
informasi diadakan untuk membekali siswa dengan pengetahuan tentang data dan
fakta di bidang pendidikan sekolah, bidang pekerjaan dan bidang perkembangan
pribadi sosial, supaya siswa dapat belajar tentang lingkungan hidupnya sehingga
lebih mampu mengatur dan merencanakan kehidupannya sendiri”.
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan
bahwa layanan informasi diberikan pada siswa adalah untuk membekali siswa
dengan berbagai pengetahuan dalam berbagai bidang sehingga dapat mengatur atau
merencanakan kehidupannya.
Jika berkaitan dengan kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah, maka layanan informasi memungkinkan berbagai
informasi penting diberikan kepada siswa. Sehingga setelah mendapatkan
informasi diharapkan siswa dapat merencanakan kegiatan ekstrakurikuler apa yang
sesuai dengan minat, bakat, potensi dan kemampuannya. Dikatakan oleh Gunawan
(1992: 88) bahwa “informasi yang dimuat dalam layanan informasi harus valid dan
harus dapat digunakan oleh siswa untuk membuat berbagai keputusan dalam
kehidupan siswa”. Berkaitan dengan pengertian ini, informasi yang tersedia bagi
siswa dapat berupa informasi tentang pekerjaan, pendidikan atau sosial pribadi.
Berbagai definisi di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa layanan informasi sebagai bantuan yang disampaikan oleh
informan berupa penerangan baik secara lisan maupun tulisan melalui media cetak
atau elektronik berupa pengetahuan suatu hal dengan menjelaskan
keterangan-keterangan tertentu.
2.
Materi Layanan Informasi
Berdasarkan
beberapa pengertian mengenai layanan informasi di atas menunjukkan bahwa
layanan informasi merupakan pemberian pemahaman kepada siswa tentang berbagai
informasi seperti informasi pendidikan, jabatan, sosial, pribadi untuk
menentukan dan mengarahkan tujuan hidup, dalam hal ini layanan informasi yang
diberikan pada siswa adalah layanan informasi di bidang pribadi agar siswa
lebih memahami minat, bakat, kemampuan yang dimiliki siswa. Informasi yang
diberikan harus valid dan dapat digunakan siswa sebagai pengambilan keputusan
dalam kehidupan mereka serta dapat memungkinkan siswa menerima dan memahami
berbagai informasi seperti informasi belajar, sosial, karir dan jabatan,
pribadi untuk menyalurkan dan mengembangkan bakat, minat dan potensi yang
dimiliki siswa.
Adapun mengenai isi
dari layanan informasi dapat dibedakan dalam bebeberapa jenis sebagaimana
dikatakan oleh Rahman (2003: 47)
di antaranya antara lain; ”Pertama, informasi bidang pribadi. Kedua, informasi
bidang sosial. Ketiga, informasi bidang belajar. Keempat,
Informasi bidang karir”. Adapun uraiannya adalah sebagai
berikut:
a.
Informasi bidang pribadi
Beberapa masalah yang
diinformasikan kepada siswa berkaitan dengan bidang pribadi antara lain :
1)
Pemahaman dan pengembangan bakat dan
minat
2)
Pengembangan sikap hidup yang sehat dan
efektif
3)
Problem masa remaja dan cara
mengatasinya
4)
Perkembangan psiko seksual remaja
5)
Emosi dan cara pengendaliannya
b.
Informasi bidang sosial
Beberapa bahan yang
dapat disampaikan kepada siswa berkaitan dengan bidang sosial antara lain:
1)
Problem pergaulan antar remaja dan cara
pengendaliannya
2)
Hak dan kewajiban sebagai anggota
sekolah dan masyarakat
3)
Etika pergaulan antara pria dan wanita
4)
Pengenalan dan pemahaman norma agama,
adat, sosial, hukum
c.
Informasi bidang belajar
Beberapa hal yang perlu
diinformasikan berkaitan dengan bidang belajar antara lain sebagai berikut:
1)
Pemilihan bidang studi
2)
Pemilihan sekolah, fakultas, jurusan
3)
Penyesuaian diri dengan program studi
4)
Penyesuaian diri terhadap suasana
belajar
5)
Penyesuaian diri dengan materi pelajaran
dan tugas belajar
d.
Informasi bidang karier
Informasi bidag karier
yang baik sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut :
1)
Struktur dan kelompok pekerjaan atau
jabatan utama
2)
Uraian tugas masing-masing jabatan
pekerjaan
3)
Kualifikasi tenaga yang diperlukan untuk
masing-masing jabatan
4)
Cara-cara dan prosedur penerimaan
5)
Kondisi kerja
6)
Kesempatan untuk pengembangan karier
7)
Fasilitas penunjang, dsb.
Berdasarkan uraian di atas, dalam
penelitian ini layanan informasi yang menjadi fokus peneliti adalah layanan
informasi bidang pribadi khususnya pemahaman dan pengembangan bakat dan minat
siswa. Hal ini terkait dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini
yaitu upaya yang dilakukan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan minat
siswa kelas VII SMPN 3 Depok Sleman mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
Menurut Gunawan (1992: 91-93) “materi layanan
informasi dapat dikategorikan dalam tiga golongan yaitu informasi pendidikan,
informasi pekerjaan dan informasi sosial pribadi”. Adapun Winkel (2007: 318)
mengungkapkan sebagai berikut:
“data
dan fakta sebagai materi dalam layanan informasi biasanya dibedakan menjadi
tiga tipe dasar yaitu pertama, informasi mengenai pendidikan sekolah
yang mencakup semua data mengenai variasi program pendidikan. Kedua, informasi
mengenai dunia pekerjaan yang ada di masyarakat. Ketiga, informasi
tentang proses perkembangan manusia muda serta pemahaman terhadap sesama
manusia mencakup semua data dan fakta mengenai tahap-tahap perkembangan serta
lingkungan hidup fisik dan psikologis, bersama dengan hubungan timbal balik
antara perkembangan kepribadian dan pergaulan sosial diberbagai lingkungan
masyarakat.”
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
materi yang ada pada layanan informasi mencakup data dan fakta mengenai
pendidikan, karier dan kepribadian.
Prayitno (2001: 84) mengungkapkan bahwa
materi umum yang dapat diangkat melalui layanan informasi meliputi hal-hal
berikut:
a.
Informasi
pengembangan pribadi
b.
Informasi
kurikulum dan proses belajar mengajar
c.
Informasi
pendidikan tinggi
d.
Informasi
jabatan
e.
Informasi
kehidupan keluarga, sosial kemasyarakatan, keberagamaan, sosial budaya dan lingkungan.
Dari pendapat
tersebut dapat dipahami bahwa layanan informasi yang diadakan oleh bimbingan
dan konseling mencakup materi mengenai kepribadian, pembelajaran, karier dan
sosial.
Berdasarkan
beberapa pengertian mengenai layanan informasi di atas menunjukkan bahwa
layanan informasi merupakan pemberian pemahaman kepada siswa tentang berbagai
informasi seperti informasi pendidikan, jabatan, sosial, pribadi untuk
menentukan dan mengarahkan tujuan hidup, dalam hal ini layanan informasi yang
diberikan pada siswa adalah layanan informasi di bidang pribadi agar siswa
lebih memahami minat, bakat, kemampuan yang dimiliki siswa. Informasi yang
diberikan harus valid dan dapat digunakan siswa sebagai pengambilan keputusan
dalam kehidupan mereka. serta dapat memungkinkan siswa menerima dan memahami
berbagai informasi seperti informasi belajar, sosial, karir dan jabatan,
pribadi untuk menyalurkan dan mengembangkan bakat, minat dan potensi yang
dimiliki siswa.
3.
Fungsi dan Tujuan Layanan Informasi
Prayitno (2001: 82-83) mengungkapkan
bahwa layanan informasi secara umum bertujuan untuk “membekali individu dengan
bebagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk
mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidaupan sebagai pelajar,
keluarga dan anggota masyarakat”. Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi
digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar,
mengambangkan cita-cita,
menyelenggarakan kehidupan sehari-hari dalam mengambil keputusan. Adapun fungsi
utama bimbingan yang didukung oleh jenis layanan informasi adalah fungsi pemahaman
dan pencegahan.
Berdasarkan pada uraian di atas, dapat
dipahami bahwa layanan informasi sangat dibutuhkan siswa. Berkaitan dengan
kegiatan ekstrakurikuler maka layanan informasi akan dapat membantu siswa mendapat informasi yang akurat mengenai
kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Diharapkan dengan informasi
tersebut siswa dapat membuat rencana ekstrakurikuler apa yang sesuai dengan
minat, bakat dan potensinya agar bisa dikembangkan. Adanya layanan informasi
tersebut siswa dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan dirinya. Dengan
materi yang tepat dan benar dalam pemberian informasi dapat membantu siswa
untuk berpikir lebih rasional tentang perencanaan masa depan dan tuntutan
penyesuaian daripada mengikuti sembarang keinginan tanpa memperhitungkan
kondisi dirinya.
4.
Sasaran Layanan Informasi
Uraian mengenai tujuan dan fungsi layanan
informasi sebagaimana dijelaskan di atas, dapat dipahami betapa pentingnya
layanan informasi bagi siswa. Adapun mengenai sasaran dari layanan informasi
yang bersifat umum diungkapkan oleh Gunawan (2001: 89) di antaranya sebagai
berikut:
a.
Mengembangkan
pandangan yang luas dan realistis mengenai kesempatan-kesempatan dan
masalah-masalah kehidupan pada setiap tingkatan pendidikan.
b. Meningkatkan kesadaran akan kebutuhan dan
keinginan yang aktif untuk memperoleh informasi yang tepat mengenai pendidikan,
pekerjaan dan sosial pribadi.
c. Mengembangkan ruang lingkup yang luas
mengenai kegiatan pendidikan, pekerjaan dan sosial pribadi.
d. Membantu siswa untuk menguasai teknik untuk
memperoleh dan menafsirkan informasi agar siswa semakin maju dalam mengarahkan
dan memimpin dirinya sendiri.
e. Mengembangkan sifat dan kebiasaan yang akan membantu
siswa dalam mengambil keputusan, penyesuaian yang produktif dan memberikan kepuasan
pribadi.
f. Menyediakan bantuan untuk membuat pilihan
tertentu yang progresif terhadap aktivitas khusus sesuai dengan kemampuan bakat
dan minat individu.
Dari poin-poin yang disebutkan di atas
dapat dipahami bahwa secara umum sasaran layanan informasi adalah untuk
membantu siswa mengembangkan dan meningkatkan kesadaran mengenai kegiatan atau
pendidikan sehingga dapat menentukan pilihan yang terbaik bagi dirinya.
Sasaran yang sifatnya khusus bagi siswa
sekolah menengah seperti diungkapkan oleh Gunawan (2001: 90) sebagai berikut:
a.
Memberikan
pengertian mengenai lapangan pekerjaan yang luas di masyarakat.
b.
Mengembangkan
sarana yang dapat membantu siswa untuk mempelajari secara intensif beberapa
lapangan pekerjaan dan pendidikan yang tersedia dan yang selektif.
c.
Membantu
siswa agar lebih mengenal atau dekat dengan kesempatan kerja dan pendidikan di
lingkungan masyarakatnya.
d.
Mengembangkan
perencanaan sementara dalam bidang pekerjaan dan pendidikan yang di dasarkan
pada belajar eksplorasi diri.
e.
Memberikan
teknik-teknik khusus yang dapat membantu para siswa untuk menghadap
kebutuhan-kebutuhan dan masalah-masalah setelah meninggalkan sekolah seperti
memperoleh pekerjaan, melanjutkan program berikutnya atau membentuk rumah
tangga.
Dari penjelasan tersebut di atas dapat
diketahui bahwa sasaran yang sifatnya khusus bagi sekolah terkait dengan
layanan informasi adalah untuk mengembangkan pengertian mengenai berbagai hal
sehingga siswa dapat melakukan perencanaan pendidikan atau karier dengan baik.
Melalui layanan informasi dengan sasaran
di atas konselor atau guru bimbingan dan konseling dapat merencanakan
kegiatan-kegiatan layanan informasi yang sangat membantu siswa untuk lebih
mengenal informasi pendidikan, pekerjaan dan sosial pribadinya.
5.
Ciri Layanan Informasi sebagai Layanan
Bimbingan dan Konseling
Layanan informasi pada dasarnya
digunakan sebagai bahan pertimbangan siswa untuk memutuskan sesuatu. Dikatakan Winkel
dan Hastuti (2007: 324-325) layanan informasi setidaknya memuat ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Bahan informasi harus tepat dan akurat yaitu
menggambarkan keadaan yang nyata dan kongkrit pada saat bahan itu disusun, oleh
karena itu, bahan yang disusun sejumlah tahun yang lalu, mungkin tidak
seluruhnya tepat lagi (up to date). Mengingat perkembangan pesat di dunia
pekerjaan dan di dunia pendidikan serta keseluruhan pergeseran dalam cara
memandang kehidupan manusia. Kriteria itu tidak mudah untuk dipenuhi,
seandainya tidak tersedia bahan informasi paling baru, petugas bimbingan harus
menyadarkan siswa akan hal itu dan menunjukkan bagian-bagian yang sudah tidak
berlaku lagi.
b. Bahan informasi harus jelas dalam isi dan
cara menguraikannya, sehingga pihak pemakai mudah menangkapnya. Oleh karena
itu, bahan informasi yang cocok untuk mahasiswa belum tentu cocok untuk
kalangan siswa pendidikan menengah apalagi dasar.
c. Bahan informasi harus relevan bagi siswa
dijenjang pendidikan tertentu, mengingat kebutuhan pada tingkat fase
perkembangan tertentu. Informasi yang relevan dapat membebaskan siswa dari keterkaiatan
pola pikir yang kaku, dapat memperluas cakrawala pandangnya.Bahan informasi
harus disajikan secara menarik, sehingga menimbulkan perhatian dan minat siswa
untuk mempelajari dan mengolahnya.
d. Bahan-bahan yang disajikan oleh orang-orang
harus bebas dari segala faktor subjektif yang mengaburkan ketepatan dan
kebenaran dari informasi itu, informasi yang diberikan harus jelas, tepat dan
sesuai dengan jenjang pendidikan tertentu.
e. Bahan informasi harus berguna dan bermanfaat
bagi siswa dijenjang pendidikan menengah. Meskipun tidak semua siswa akan
mengambil manfaat yang sama, namun harus ada jaminan bahwa bahan informasi akan
berguna untuk siswa.
f. Layanan informasi bimbingan dan konseling
harus disebar luaskan kepada siswa, agar siswa lebih memahami pentingnya
layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Siswa yang mempunyai masalah tidak
ragu-ragu untuk meminta bantuan kepada pembimbing.
Berdasarkan pada pernyataan di atas,
maka layana informasi yang diadakan oleh bimbingan dan konseling secara umum
harus memuat ciri informasi yang akurat, jelas,
relevan, bermanfaat dan disebarluarkan dengan berbagai cara di kalangan
siswa.
6.
Pelaksanaan Layanan Informasi yang
Efektif Untuk Mengembangkan Minat Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler
Untuk mendukung pencapaian tujuan
layanan informasi, maka layanan informasi harus dilaksanakan dengan baik. Nurihsan (2006: 19). Mengungkapkan bahwa “Secara umum
layanan informasi diadakan sebagai layanan yang memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh individu dengan tujuan agar individu memiliki pengetahuan yang
memadai”. Menurut
Winkel dan Hastuti (2007: 316) mengungkapkan bahwa
“ada
tiga alasan pokok mengapa layanan informasi merupakan usaha vital dalam
keseluruhan program bimbingan yang terencana dan terorganisasi. Adapun urainnya
adalah sebagai berikut:
a.
Siswa
pada dasarnya membutuhkan informasi yang relevan sebagai masukan dalam
mengambil keputusan mengenai pendidikan lanjutan sebagai persiapan memangku
jabatan di masyarakat.
b.
Pengetahuan
yang tepat dan benar membantu siswa berpikir lebih rasional tentang perencanaan
masa depan dan tuntutan penyesuaian daripada mengikuti sembarangan keinginan
saja tanpa memperhitungkan kenyataan dalam lingkungan hidupnya.
c.
Informasi
yang sesuai dengan daya tangkapnya, menyadarkan siswa akan hal-hal yang akan
berubah dengan bertambahnya umur dan pengalaman”.
Dari uraian mengenai pentingnya layanan
informasi tersebut dan dikaitkan dengan upaya meningkatkan minat siswa untuk
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler maka dapat dikatakan bahwa layanan informasi
yang efektif adalah layanan yang memberikan informasi yang dapat membantu siswa
untuk lebih mudah membuat pilihan, perencanaan dan mengambil keputusan untuk
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan bakat, minat dan potensinya.
Winkel (1997: 320) mengungkapkan bahwa “pelaksanaan layanan informasi dapat
ditempuh dengan pelayanan
individual dan pelayanan kelompok”. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:
a.
Pelayanan individual
Pelaksanaan
layanan informasi yang diberikan oleh guru pembimbing kepada seorang siswa yang
meminta bantuan dalam memecahkan masalahnya, membantu siswa dalam memilih
kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan yang
dimiliki siswa, membantu siswa dalam merencanakan karir sesuai dengan bakat dan
kemampuan siswa.
b.
Pelayanan kelompok
Pelaksanaan
layanan informasi yang diberikan oleh guru pembimbing kepada sekelompok siswa
yang meminta bantuan dalam menyelesaikan masalahnya yang berhubungan dengan
kegiatan ekstrakurikuler. Penggunaan layanan informasi ini lebih efisien
diprogram dan dikelola dengan baik
Bentuk-bentuk layanan informasi menurut Sukmadinata
(2003: 238) yaitu sebagai
berikut:
a.
Secara
lisan dengan memberikan ceramah, pejelasan secara lisan apakah perorangan,
kelompok kecil atau kelompok besar.
b.
Secara
tertulis baik dalam
bentuk buletin, leaflet atau brosur, booklet, atau buku-buku pedoman.
c.
Informasi
disampaikan dengan penggunaan media elektronika seperti film, kaset, radio,
video atau komputer.
Dari penjelasan tersebut dapat dipahami
bahwa layanan informasi dapat berbentuk informasi secara lisan, tertulis atau
melalui perangkat elektronik.
Berdasarkan dari bentuk-bentuk layanan tersebut,
maka guru Bimbingan Konseling dapat melaksanakan layanan sesuai dengan materi
yang akan diberikan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Layanan informasi yang
efektif akan berpengaruh pada peningkatkan minat siswa terhadap kegiatan
ekstrakurikuler.
D.
Inti Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada upaya
bimbingan dan konseling dalam meningkatkan minat siswa kelas VII SMPN 3 Depok
Sleman mengikuti kagiatan ekstrakurikuler melalui layanan informasi.
Sebagaimana telah diuraikan bahwa minat dapat dipengaruhi faktor interen dan
ekstren. Berkaitan dengan hal ini layanan informasi dijadikan sebagai pendorong
dari luar (faktor ekstren) meningkatnya minat siswa untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler. Layanan informasi yang menjadi fokus penelitian ini adalah
informasi bidang pribadi khususnya pemahaman dan pengembangan bakat dan minat
siswa yang ada di SMPN 3 Depok Sleman.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
Metode penelitian yang dimaksud di sini adalah
seperangkat pengetahuan mengenai langkah-langkah sistematis dan logis tentang
pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,
diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. Untuk
memperoleh data yang diharapkan dari penelitian ini, maka penulis menggunakan
metode sebagai berikut:
A. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach) yang dilakukan
di SMPN 3 Depok Sleman. Penelitian ini bersifat kualitatif
karena tidak menggunakan mekanisme statistika untuk mengolah data. Bogdan dan
Tylor yang dikutip Moleong (1996: 3) mengatakan bahwa ”metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis”. Sehingga yang perlu dilakukan adalah menguraikan
sumber-sumber yang diperoleh dan memberikan gambaran secara jelas dan
sistematis tentang berbagai hal yang berhubungan dengan topik yang akan
dibahas.
Penelitian
kualitatif tidak bertujuan untuk menguji hipotesis tetapi berusaha mengumpulkan
data empiris, dari data tersebut ditemukan pola-pola yang mungkin dapat
dikembangkan menjadi teori. Adapun karakteristik dari qualitative research
sebagaimana diungkapkan oleh Bogdan dan Biklen (1982:27) di antaranya adalah ”pertama,
lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung dan manusia adalah alt
(instrument utama). Kedua, penelitian bersifat deskriptif-analitis.
Ketiga, tekanan penelitian berada pada proses daripda hasil. Keempat,
analisis data dilakukan dengan cara induktif”.
Dengan pendekatan kualitatif maka penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan upaya yang dilakukan oleh guru Bimbingan
Konseling untuk meningkatkan minat siswa kelas VII SMPN 3 Depok Sleman
Yogyakarta mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah melalui layanan
informasi.
B. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal
yaitu upaya Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan minat siswa kelas VII
SMPN 3 Depok Sleman mengikuti kegiatan ekstrakurikuler melalui layanan
informasi.
C. Definisi Operasional Variabel
Minat
adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Winkel (1991: 30) mengungkapkan bahwa pada
dasarnya minat adalah ”kecenderungan yang mantap dalam diri subyek yang merasa
tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam
dunia tersebut” .
Kegiatan ekstrakurikuler adalah “bagian
dari pengembangan diri dan merupakan kegiatan belajar yang dilakukan di luar
jam pelajaran tatap muka” (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 1). Kegiatan ekstrakurikuler
bisa dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah dalam rangka memperluas
wawasan atau kompetensi tertentu, untuk meningkatkan dan menerapkan pengetahuan
dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran.
Menurut Gunawan (1992: 23) “layanan
informasi adalah layanan yang memungkinkan siswa menerima dan memahami untuk
membuat keputusan yang bebas dan bijaksana dari informasi yang tersedia”.
Dengan
diberikan layanan informasi oleh bimbingan dan konseling kepada siswa tentang
kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat meningkatkan minat siswa kelas VII SMPN 3 Depok Sleman untuk mengikuti kegiatan esktrakurikuler.
D. Penentuan Subjek
Unit
analisis penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 3 Depok Sleman.
1.
Populasi
penelitian
Menurut Arikunto (2006: 130)
“populasi adalah seluruh subyek penelitian.” Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh anggota SMPN 3
Depok Sleman.
2.
Sampling
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria
tertentu. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah sebagai
berikut:
a.
Siswa
1)
Duduk kelas VII SMPN 3 Depok Sleman pada tahun ajaran
2010/2011
2)
Terdaftar
sebagai peserta aktif kegiatan esktrakurikuler di sekolahnya.
3)
Bersedia menjadi responden.
4)
Dalam keadaan sehat jasmani dan
rohani sehingga akan diperoleh data yang valid.
b.
Kepala sekolah
1)
Terdaftar sebagai kepala
sekolah SMPN 3 Depok Sleman pada tahun 2010/2011.
2)
Bersedia menjadi responden.
3)
Dalam keadaan sehat jasmani dan
rohani sehingga akan diperoleh data yang valid
c.
Guru Bimbingan dan Konseling
1)
Tercatat sebagai guru bimbingan
dan konseling SMPN 3 Depok Sleman pada tahun 2010/2011.
2)
Bersedia menjadi responden.
3)
Dalam keadaan sehat jasmani dan
rohani sehingga akan diperoleh data yang valid.
d.
Guru Pembimbing
Ektstrakurikuler
1)
Tercatat sebagai pembimbing
ekstrakurikuler di SMPN 3 Depok Sleman pada tahun 2010/2011.
2)
Bersedia menjadi responden.
3)
Dalam keadaan sehat jasmani dan
rohani sehingga akan diperoleh data yang valid.
3.
Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian atau
wakil dari populasi yang akan diteliti. Setelah ditentukan cara pengambilan
sampel (sampling) berdasarkan kriteria, maka dapat ditentukan sampel dalam
penelitian ini yaitu kepala sekolah, guru bimbingan dan konseling, guru pembimbing
ekstrakurikuler dan siswa kelas VII SMPN 3 Depok Sleman. Meningat banyaknya jumlah siswa dan terbatasnya waktu
penelitian maka sampel siswa dalam penelitian ini hanya diwakili oleh satu
siswa dari masing-masing jenis kegiatan ektrakurikuler.
E. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dan informasi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik-teknik
kualitatif, seperti observasi, wawancara dan dokumentasi. Proses pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan secara langsung dan pencatatan secara
cermat serta sistematis terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan
yang diteliti Arikunto (1986:113). Pengumpulan data dengan metode ini digunakan untuk melihat secara
langsung proses pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 3 Depok Sleman.
b. Wawancara
Menurut Nasution (1996: 113) ”wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang bertujuan untuk
memperoleh informasi yang jelas dan diinginkan”. Pengumpulan data dengan wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah untuk memperoleh informasi yang jelas dari orang-orang di lapangan
penelitian yang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 3 Depok Sleman.
Informasi yang diperoleh dari
orang-orang yang dijadikan informan atau narasumber. Dikatakan oleh Moloeng (2006: 90) “narasumber adalah
orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi
latar penelitian”. Narasumber dalam penelitian ini terdiri
dari kepala sekolah, pembimbing kegiatan ekstrakurikuler dan siswa yang aktif
mengikuti ekstrakurikuler di SMPN 3 Depok Sleman.
Sementara teknik
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Menurut
Bungin (2007: 108) “wawancara mendalam
adalah wawancara yang dilakukan dengan cara tanya jawab dan bertatap muka secara langsung antara
pewawancara dengan orang yang diwawancarai dengan menggunakan pedoman wawancara”.
Pedoman wawancara digunakan agar
pertanyaan tidak keluar dari lingkup penelitian sehingga informasi yang diperoleh benar-benar sesuai
dengan fokus penelitian. Model wawancara mendalam dalam penelitian ini
digunakan untuk memperoleh informasi dari kepala sekolah, pembimbing kegiatan
esktrakurikuler dan siswa yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di SMPN
3 Depok Sleman.
c. Dokumentasi
Mnurut Arikunto (1986: 206) pengumpulan data melalui dokumentasi ini “merupakan metode
pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa
catatan-catatan, surat-surat, dokumen-dokumen dan lainnya”. Data dari
dokumentasi dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen yang dimiliki SMPN 3 Depok Sleman,
foto-foto kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 3 Depok Sleman.
d. Angket
Dalam penelitian kualitatif Alwasilah (2002, 151) “angket atau kuesioner
bisa dilakukan dengan bentuk pilihan ganda atau pertanyaan terbuka (subjek
menjawab dengan menguraikan jawaban dibawah pertnyaan yang diajukan)”. Angket
dalam penelitian kualitatif digunakan untuk mengetahui opini, sikap atau
persepsi subjek. Angket yang digunakan peneliti dalam penelitian ini berupa
pertanyaan terbuka.
Angket ini merupakan pertanyaan
terbuka untuk mengetahui minat siswa kelas VII untuk mengikuti kegiatan
esktrakurikuler. Penyebaran angket dilakukan dan dilaksanakan pada satu kelas
yang akan mewakili yaitu kelas VII.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen yang
digunakan berupa pedoman wawancara (interview guide), pedoman observasi,
pedoman dokumentasi dan angket. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada
kepala sekolah, guru Bimbingan dan Konseling, siswa kelas VII dan pembimbing
ekstrakurikuler. Wawancara dilakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler, bagaimana minat siswa dalam mengikuti kegiatan
esktrakurikuler, dan bagaimana layanan informasi yang dibuat oleh guru
Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan minat siswa mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler.
Angket
minat siswa sebagai instrument penelitian digunakan untuk melengkapi data
wawancara siswa mengenai minat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Angket ini
bukan angket pengukuran sebagaimana dalam penelitian kuantitatif. Akan tetapi
angket dalam penelitian ini adalah angket pengungkapan. Dalam hal ini angket
berupa uraian pertanyaan untuk mengetahui bagaimana minat siswa terhadap
kegiatan ekstrakurikuler, dan opini siswa mengenai layanan informasi yang
dibuat oleh bimbingan dan konseling. Angket dalam penelitian ini disebar kepada
satu kelas yang mewakili kelas VII.
Adapun
kisi-kisi angketnya adalah sebagai berikut:
KISI- KISI ANGKET MINAT EKTRAKULIKULER
INDIKATOR
|
SUB INDIKATOR
|
NO ITEM
|
1.
Aspek Minat
2.
Aspek kognitif
3.
Aspek afektif
4.
Faktor yang mmpengaruhi minat siswa
5.
Pelaksanaan kegiatan
|
a.
Mengikuti Ekstrakurikuler
b.
Adanya rasa senang
c.
Adanya ketertarikan
a.
Pengetahuan tentang kegiatan ekstrakurikuler yang
di ikuti
a.
Sikap siwa dalam mengikuti kegiatan
a.
Faktor dari dalam diri siswa
b.
Faktor dari luar diri siswa
a.
Sikap pembimbing
b.
Manfaat mengikuti ekstrakurikuler
|
1
2
3
4
5,6
7
8
9
10
|
Angket ini merupakan pertanyaan
terbuka untuk mengetahui minat siswa kelas VII untuk mengikuti kegiatan
esktrakurikuler. Penyebaran angket dilakukan dan dilaksanakan pada satu kelas
yang mewakili yaitu salah satu kelas VII.
Pedoman
observasi sebagai instrument penelitian untuk memperoleh data observasi
mengenai bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, bagaimana layanan
informasi yang dibuat oleh gurur Bimbingan dan konseling, bagaimana sarana dan
prasarana kegiatan yang ada.
Pedoman
dokumentasi sebagai instrument penelitian digunakan untuk mengetahui profil
sekolah dan data mengenai layanan informasi dari guru bimbingan dan konseling.
G. Teknik Keabsahan Data
Agar
data yang didapat validitasnya tinggi maka setelah wawancara dan mengkaji data
sekunder akan dilakukan analisis dengan teknik Triangulasi. Menurut Moleong (2006: 248) “triangulasi adalah membandingkan dan
mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif”. Untuk memastikan kebenaran
data, dilakukan teknik triangulasi/gabungan agar kepastian dapat terjamin.
Melalui teknik ini keabsahan data dapat dicapai dengan cara:
- Membandingkan antara hasil observasi lapangan dengan data sekunder
2.
Membandingkan antara hasil
observasi lapangan dengan hasil wawancara
3.
Membandingkan data sekunder
dengan hasil wawancara
Teknik
triangulasi dalam menguji atau memeriksa keabsahan data/informasi dilakukan
dengan cara cross check ketiga data yang diperoleh dalam rangka menguji
kebenaran dari ketiga data/informasi tersebut. Secara teknis Moleong (2006: 278)
menyatakan bahwa “analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber yaitu hasil wawancara, pengamatan, dokumen, gambar,
foto, peta dan sebagainya”. Kemudian dilanjutkan mereduksi data dengan jalan
membuat abstraksi. Abstraksi ini merupakan usaha untuk membuat inti rangkuman
informasi, proses dan pernyataan yang perlu diperhatikan dan dijaga agar tetap
berada di dalam lingkup penelitian.
Dalam
penelitian ini, peneliti melakukan triangulasi data dengan cara cross chek
data antara hasil observasi dengan data sekunder, hasil observasi dengan hasil
wawancara dan data sekunder dengan hasil wawancara baik terhadap guru Bimbingan
dan Konseling maupun terhadap siswa sehingga data terjaga keakuratannya dan
dapat dipercaya.
H. Teknik Analisis Data
Dikatakan
Moloeng (2006: 103) metode analisis data adalah “suatu proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola kategorisasi dan satuan uraian dasar, sehingga
dapat ditemukan dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
oleh data”.
Metode
analisis data kualitatif dalam pandangan Miles dan Huberman (1986: 16) memiliki beberapa prosedur sebagai berikut:
a.
Reduksi
Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemfokusan
dan penyederhanaan data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data yang releven
dengan masalah yang sedang diteliti. Setelah data terkumpul yang diperoleh dari
hasil wawancara, observasi, catatan maupun data pendukung lainnya yang
ditemukan, dikumpulkan dan diklasifikasikan dengan membuat catatan-catatan
ringkasan untuk menyesuaikan menurut hasil penelitian. Data yang telah
disederhanakan dan dipilih kemudian disusun secara sistematis ke dalam suatu
unit dengan sifatnya masing-masing data dan menonjolkan hal-hal yang bersifat
pokok dan penting. Unit-unit data yang telah terkumpul dipilih kembali dan
dikelompokan sesuai dengan kategori yang ada sehingga dapat memberikan gambaran
yang jelas dari hasil penelitian.
b.
Penyajian Data
Data
yang sudah dikumpulkan kemudian disajikan dalam bentuk tulisan deskriptif agar
mudah dipahami secara keseluruhan dan juga dapat ditarik kesimpulan untuk
melakukan penganalisisan dan penelitian selanjutnya.
c.
Kesimpulan atau Verifikasi
Hasil
penelitian yang telah terkumpul dan terangkum harus diulang kembali dengan
mencocokkan pada redaksi data dan penyajian data, agar kesimpulan yang telah
dikaji dapat disepakati untuk ditulis sebagai laporan yang memiliki tingkat
kepercayaan yang benar.
Dengan
demikian setelah data yang telah terkumpul kemudian dilakukan penyederhanaan
dan pemfokusan data. Setelah itu data disajikan dalam bentuk uraian untuk
kemudian ditarik sebuah kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah
penelitian ini.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui upaya yang dilakukan bimbingan dan konseling untuk
meningkatkan minat siswa kelas VII SMPN 3 Depok untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler melalui layanan informasi. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif, sehingga penelitian hanya mendeskripsikan mengenai realitas yang
terjadi di lapangan yang disajikan dalam bentuk uraian kata-kata bukan angka-angka.
Berkaitan dengan penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
A.
Persiapan Penelitian.
B.
Laporan Pelaksanaan Penelitian.
C.
Hasil Penelitian.
D.
Pembahasan
E.
Keterbatasan.
Adapun
penjelasan masing-masing langkah adalah sebagai berikut:
A. Persiapan
Penelitian
Persiapan penelitian
yang dilakukan penulis dalam hal ini menyangkut perijinan penelitian, yaitu:
1. Mengurus
surat pengantar dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD), surat tersebut dikeluarkan
pada tanggal 27 Desember 2010. Surat pengantar
tersebut digunakan untuk mendapatkan surat izin dari SMPN 3 Depok Sleman, dan
tembusannya ke seluruh instansi terkait dengan judul penelitian.
2.
Menuju ke BAPPEDA Yogyakarta, memohon
izin penelitian. Kemudian menyerahkan surat
izin dari kampus dan menyerahkan surat izin tersebut penelitian yang telah
disetujui BAPPEDA ke seluruh instansi terkait dengan judul penelitian.
3.
Menemui kepala sekolah SMPN 3 Depok
Sleman, untuk konfirmasi bahwa akan melaksanakan penelitian dan memberikan
surat izin dari kampus untuk mengadakan penelitian.
4.
Mengambil surat keterangan bukti
penelitian kepada kepala sekolah SMPN 3 Depok Sleman. Surat bukti penelitian
dikeluarkan pada tanggal
17 Maret 2011. Surat izin penelitian dan surat bukti penelitian dapat
diperiksa pada (lampiran 1).
B. Laporan
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di SMPN 3 Depok Sleman, pada tanggal 17 Januari 2011 sampai dengan tanggal 7 Februari 2011. Selama melakukan
penelitian, penulis dibantu oleh guru bimbingan dan konseling dan masing-masing
guru pembimbing kegiatan ekstrakurikuler serta siswa-siswi kelas VII peserta
kegiatan ekstrakurikuler. Sekolah yang berlokasi di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman
Yogyakarta ini termasuk sekolah Negeri yang berkareditasi A. Sekolah menengah
ini didirikan oleh GBPH H. Hadikusumo, SH secara resmi pada tanggal 30 Juli
1980.
Pada saat ini SMPN 3
Depok dipimpin oleh bapak Drs.
H. Burham, yang menjabat sebagai kepala sekolah dan bapak
Supriyana, S.Pd, sebagai wakilnya. Guru-guru yang ada di SMPN 3 Depok Sleman
sebagian besar adalah Sarjana yang sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Bahkan ada yang bergelar S2 dan hanya sebagian kecil saja yang lulusan D3. Sekolah
ini memiliki bangunan yang asri dan ruang-ruang belajar yang nyaman bagi
siswanya. Begitulah sekilas profil sekolah SMPN 3 Depok Sleman sebagai lokasi
yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini.
Data penelitian ini
diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dokumentasi dan dilengkapi dengan angket.
Wawancara mendalam dilakukan penulis dalam penelitian ini untuk memperoleh
informasi sebanyak-banyaknya dari narasumber. Wawancara dengan model ini
dilakukan dengan tanya jawab langsung dalam obrolan santai namun tetap mengacu
pada pedoman penelitian yang telah dibuat sebelumnya. Model wawancara ini
memungkinkan narasumber untuk mengungkapkan informasi sebanyak-banyaknya dengan
nyaman, tidak merasa sedang diwawancarai atau bahkan merasa diinterogasi.
Narasumber utama dalam penelitian adalah guru bimbingan dan konseling, pembina
ekstrakurikuler dan sebagian siswa-siswi kelas VII yang aktif mengikuti
kegiatan ektrakurikuler.
Adapun narasumber
sekunder yang melengkapi data adalah kepala sekolah. Selain wawancara, penulis
selama penelitian ini juga melakukan observasi terkait dengan kegiatan
ekstrakurikuler yang sedang berlangsung. Selain wawancara dan observasi, penulis juga melengkapi
data dengan dokumentasi dan angket. Dokumentasi berupa catatan-catatan, arsip,
dan lainnya yang dimiliki sekolah serta foto-foto saat pelaksanaan penelitian.
Sementara karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif maka angket yang
disebar kepada siswa adalah angket pengungkapan untuk mengetahui minat siswa
mengikuti kegiatan esktrakurikuler. Angket disebar kepada satu kelas sebagai
perwakilan dengan julah 35 siswa. penyebaran angket siswa ini dilakukan pada
tanggal 24 Januari 2011 di kelas VII A.
C.
Hasil
Penelitian
Berdasarkan pada pertanyaan penelitian, maka diperoleh hasil penelitan
yang diuraikan sebagai berikut:
1.
Hasil
Angket
Dalam penelitian ini untuk mengatahui minat siswa kelas VII
untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler juga dilakukan dengan cara menyebar
angket. Angket minat siswa yang disebar kepada satu kelas sebagai perwakilan
dengan jumlah siswa 35 orang. Hasil dari angket diketahui siswa kelas VII
kurang berminat mengikuti kegiatan esktrakurikuler.
Dari hasil angket juga dapat terungkap bahwa siswa hanya
berminat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PRAMUKA dengan alasan diwajibkan
bagi kelas VII. Alasan lain yang terungkap dalam angket mengapa kegiatan
ekstrakurikuler PRAMUKA diminati siswa adalah agar siswa mendapat nilai bagus
di raportnya (Data diambil dari angket siswa,24 Januari 2011). Namun untuk
kegiatan esktrakurikuler yang lain, dari hasil angket terungkap bahwa siswa
kelas VII kurang berminat mengikutinya.
Selain itu, hasil dari
angket siswa terungkap bahwa siswa kurang berminat mengikuti kegiatan dikarenakan
informasi kurang jelas dan tidak menarik. Dari sekian banyak siswa yang
berjumlah 35 orang anak terungkap bahwa siswa kurang memahami tentang
ekstrakurikuler yang mereka ikuti. (Data dari hasil angket siswa, 24 Januari
2011).
Terungkap dalam dari angket
siswa bahwa kurangya minat siswa mengikuti kegiatan esktrakurikuler ditunjukkan
dengan sikap antra lain tidak mengikuti kagiatan sama sekali, mengikuti hanya
iseng, malas latihan, banyak bercanda, banyak mengobrol, tidak konsentrasi saat
mengikuti kegiatan dan mengikuti kegiatan hanya kadang-kadang saja kalau ada
lomba. (Data dari hasil angket siswa, 24 Januari 2011).
2.
Pelaksanaan
Kegiatan
Ektrakurikuler di SMPN 3 Depok Sleman
Untuk
mengungkap pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMPN 3 Depok Sleman alat pengumpulan data berupa wawancara,
observasi dan dokumentasi. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
Macam-macam kegiatan dan jadwal pelaksanaan
dari semua kegiatan esktrakurikuler di SMPN 3 Depok dapat dilihat dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Jadwal dan Macam Kegiatan
Ekstrakurikuler
No.
|
Nama kegiatan
|
Pembina
|
Peserta
|
Pelaksanaan
|
|
Hari
|
Jam
|
||||
1.
|
PRAMUKA
|
SY
|
Kelas VII dan VIII
|
Jumat
|
15.00-17.00
|
2.
|
Tonti
|
ES
|
Kelas VII dan VIII
|
Senin
|
15.00-17.00
|
3.
|
Seni musik
|
SP
|
Kelas VII dan VIII
|
Selasa
|
14.00-15.00
|
6.
|
Voli
|
SR
|
Kelas VII dan VIII
|
Sabtu
|
15.00-17.00
|
7.
|
Basket
|
RS
|
Kelas VII dan VIII
|
Jumat dan Sabtu
|
15.00-17.00
|
8.
|
Seni Tari
|
DW
|
Kelas VII dan VIII
|
Sabtu
|
13.00-15.00
|
Pelaksanaan
dari kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMPN 3 Depok Sleman dalam pengamatan
peneliti dapat dijelaskan sebagai berikut:
a)
PRAMUKA
Kegiatan
ekstrakurikuler PRAMUKA di SMPN 3 Depok Sleman dilaksanakan setiap hari Jumat
(Program Kerja Ektrakurikuler PRAMUKA, 2010/2011: 2). Kegiatan ini dibimbing
oleh Bapak SY.
Dalam
pelaksanaannya kegiatan PRAMUKA dilakukan di halaman sekolah. Namun jika hujan
dilakukan di ruang seni tari. Kegiatan PRAMUKA dinilai sangat penting bagi
perkembangan mental siswa. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh pembimbing
bahwa PRAMUKA adalah sarana untuk melatih kedispilnan,
kerjasama, cinta tanah air dan
kerajinan (Wawancara dengan pembimbing PRAMUKA, 21 Januari, 2011).
Dalam pengamatan
peneliti saat kegiatan PRAMUKA berlangsung, karena hari itu hujan maka kegiatan
dilakukan di ruang Seni Tari. Para siswa disuruh mengatur jarak denga lencang
kanan. Setelah rapi kemudian diberi pengarahan dan memeriksa perlengkapan. Bagi
yang tidak lengkap disuruh bernyanyi di depan teman-temannya. Siswa diberi
tugas untuk memecahkan sandi rumput. Dalam pengerjaan ini siswa dilarang
membuka buku saku. Siswa kemudian mengoreksi hasil tugas bersama-sama. Setelah
selesai kegiatan dan pemberian materi siswa dibariskan dan mengatur jarak.
Kemuadian dilakukan evaluasi kegiatan, berdoa dan dipulangkan. Data ini
diperoleh berdasarkan observasi peneliti pada saat kegiatan PRAMUKA berlangsung
(Observasi, 21
Januari 2011).
b)
Tonti
Kegiatan
ekstrakurikuler Tonti (Pleton Inti) dilaksanakan setiap hari Senin (Program
Kerja, Tonti, 2010/2011: 2). Kegiatan ini dibimbing oleh Ibu ES. Kegiatan ini
memang tidak melibatkan semua siswa, karena hanya siswa yag terpilih saja yang
dapat mengikutinya. Untuk bisa masuk sebagai anggota Tonti SMPN 3 Depok Sleman,
harus mengikuti berbagai seleksi seperti keadaan fisik, pengetahuan baris
berbaris, kedisiplinan dan pengetahuan cinta tanah air. Kegiatan ini dinilai
sangat penting sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan bakat dan minat
siswa, meningkatkan kedisiplinan dan cinta tanah air (Wawancara dengan
pembimbing Tonti, 24 Januari, 2011).
Dalam
pelaksanaanya, kegiatan ini dimulai tepat jam 15.00 ibu ES meniup peluit
sebanyak tiga kali yang menendakan bahwa kegiatan Tonti akan segera dimulai.
Setelah berkumpul, siswa disiapkan dan mengatur jarak dengan lencang kanan.
Siswa kemudian diberi pengarahan oleh pembimbing. Sebelum kegiatan
baris-berbaris dimulai siswa disuruh untuk memeriksa tali sepatu masing-masing.
Setelah itu, siswa diberi materi mengenai langkah tegap, cara hadap kanan dan
kiri, cara serong kanan dan serong kiri dan cara berbalik. Setelah selesai siswa disuruh mengatur jarak
antara siswa satu dengan yang lainnya. Ketika kegiatan hampir berakhir,
diadakan evaluasi, kemudian berdoa dan siswa dipulangkan. Data ini diperoleh
berdasarkan observasi peneliti (24 Januari, 2011).
Sejauh ini
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Tonti diakui oleh guru pembimbing sudah
berjalan sesuai dangan program yang sudah ada (Wawancara dengan pembimbing
Tonti, 24 Januari, 2011). Kegiatan ini memang tidak memiliki tempat latihan
khusus karena membutuhkan ruang yang luas, sehingga biasa dilaksanakan di
halaman sekolah atau lapangan.
c)
Seni Musik
Kegiatan
ektrakurikuler seni musik dilaksanakan satu kali seminggu yaitu pada hari
setiap Selasa (Program Kerja Seni Musik, 2010/2011: 2). Kegiatan ekstrakurikuler
ini dibimbing oleh Bapak SP. Seni musik dinilai sangat penting bagi
perkembangan siswa dan untuk menumbuhkan disiplin siswa.
Dalam
pelaksanaannya, siswa yang sudah berkumpul di ruang Seni Musik disuruh duduk
dan mendengarkan pengarahan dari pembimbing. Siswa kemudian mengambil alat
musik dan bersiap memainkannya. Pada saat penelitian ini pembimbing menulis
lagu Bubuy Bulan lengkap
dengan Notnya di white board. Guru menghitung sampai tiga kemudian siswa mulai
memainkannya dengan serentak. Jika dirasa irama musik kurang pas, dan belum
kompak maka siswa di suruh mengulangi lagi. Setelah kegiatan selesai, guru
pembimbing memberi pengarahan dan melakukan evaluasi, mempimpin doa kemudian
siswa dipulangkan. Data ini diperoleh berdasarkan observasi peneliti saat
kegiatan Seni Musik berlangsung (Observasi, 1 Februari 2011).
d)
Voli
Kegiatan
ekstrakurikuler voli dilaksanakan di setiap hari Sabtu (Program Kerja Kegiatan
Ektrakurikuler Voli 2010/2011: 2). Kegiatan ini dibimbing oleh Bapak SR.
Dalam pelaksanaanya,
kegiatan Voli dimulai dengan pembimbing yang mengumpulkan siswa di lapangan,
dibariskan, berhitung kemudian berdoa. Siswa kemudian melakukan pemanasan.
Setelah itu siswa diberi materi cara melakukan passing atas dan passing bawah,
service atas dan service bawah. Untuk mempraktekkanya siswa dibagi beberpa
kelompok masing-masing dua orang dan mulai melakukan passing atas dan passing
bawah bergantian, melakukan service atas dan service bawah bergantian. Kemudian
siswa dibagi dalam dua kelompok besar dan tanding. Setelah selesai latihan
dilakukan pendinginan dengan jalan santai mengelilingi lapangan dan peregangan
otot. Selanjutnya siswa dibariskan, pembimbing melakukan evaluasi, memimpin doa
kemudian siswa dipulangkan. Data ini diperoleh berdasarkan observasi peneliti
saat kegiatan voli berlangsung (Observasi, 22 Januari, 2011).
Prestasi yang
pernah diraih regu voli SMPN 3 Depok Sleman memang belum pernah menjadi juara
di tingkat Kabupaten akan tetapi juara antar sekolah sudah pernah diraih (Wawancara
dengan Pembimbing kegiatan ekstrakurikuler Voli, 22 januari 2011).
e)
Basket
Kegiatan
ekstrakurikuler basket dilaksanakan setiap hari Jumat (Program Kerja Kegiatan
Ekstrakurikuler Basket, 2010/2011: 2).
Dalam
pelaksanaannya kegiatan ekstrakurikuler basket dimulai dengan siswa yang
dikumpulkan di lapangan basket, dibariskan, berhitung, berdoa kemudian diberi
pengarahan. Siswa melakukan pemanasan yaitu lari lari mengelilingi lapangan
basket sebanyak tiga putaran. Kemudian siswa diajarkan bagaimana memasukkan bola
dari garis pinalti ke dalam ring basket, setiap siswa diberi kesempatan lima
kali. Setelah itu siswa dibagi dalam dua kelompok dan disuruh bertanding.
Setelah selesai dilakukan pendinginan. Pembimbing kemudian melakukan evaluasi,
berdoa dan siswa dipulangkan. Data ini diperoleh berdasarkan observasi peneliti
saat kegiatan basket berlangsung (Observasi, 5 Februari, 2011). Kegiatan ekstrakurikuler basket ini
dibimbing oleh Bapak RS.
f)
Seni Tari
Kegiatan
ekstrakurikuler seni tari dilaksanakan setiap hari Sabtu (Program Kerja Seni
Tari 2010/2011: 2). Kegiatan ini dibimbing oleh Ibu Dw. Tujuan dari kegiatan
ini adalah para siswa yang mengikuti dapat memperagakan tari tunggal maupun
tari kelompok daerah.
Dalam pelaksanaannya,
kegiatan ini dimulai dengan siswa yang dibariskan di ruang Tari, berdoa bersama
dan diberi pengarahan oleh pembimbing. Siswa disuruh melakukan tarian yang
dipimpin oleh ibu Dw. Saat melakukan tarian siswa diiringi musik dari DVD yang
disambungkan ke TV, sehingga siswa selain bisa melihat pembimbing juga bisa
melihat contoh ke layar TV. Pada saat peneliti melakukan
observasi, tarian yang dipilih adalah tarian
kontemporer dengan judul Kuch Kuch Hota Hai. Tarian tersebut diulang sampai
lancar. Setelah selasai siswa duduk bersila dan pembimbing kemudian melakukan
evaluas, berdoa dan siswa dipulangkan. Data ini diperoleh berdasarkan observasi
peneliti saat kegiatan Seni Tari berlangsung (Observasi, 29 Januari, 2011).
3.
Sarana dan Prasarana Kegiatan
Esktrakurikuler di SMPN 3 Depok Sleman
Jalannya kegiatan ektrakurikuler di SMPN 3 Depok Sleman tidak akan berjalan dengan
baik jika tidak ada sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan tersebut. Sekolah dalam hal ini juga telah
menyediakan sarana dan prasarana kegiatan esktrakurikuler agar pengembangkan
bakat dan minat bagi siswa dapat terlaksana dengan baik.
Untuk mengetahui sarana dan prasarana kegiatan
ekstrakurikuler di SMPN 3 Depok Sleman alat pengumpul data berupa wawancara
dan observasi. Dalam penelitian ini
terungkap bahwa sarana dan prasarana yang disediakan oleh
sekolah untuk kegiatan PRAMUKA berupa buku saku ada lima buah namun hanya untuk
pembinanya saja. Bendera regu ada dua belas yang terdiri dari regu putra
Rajawali, Harimau, Singa, Scorpio, Elang, laba-Laba dan regu putri Sakura,
dahlia, Anggrek, Matahari, Melati, Bougenville. Peluit ada lima buah. Tempat
menyimpan tongkat disediakan di sebalah ruang musik. Untuk fasilitas lain
seperti seragam, selengan leher, bed yang ada pada pakaian diusahakan oleh
siswa sendiri. Data tersebut diperoleh berdasarkan wawancara dengan pembina PRAMUKA dan observasi (tanggal 21 Januari 2011).
Untuk kegiatan Tonti, sarana dan prasarana
yang diberikan sekolah antara lain seragam yang digunakan saat lomba, almari
tempat menyimpan seragam dan dua buah peluit. Sekolah juga terkadang mendatangkan pelatih dari luar yang merupakan alumni anggota
PASKIBRAKA. Data ini diperoleh berdasarkan wawancara dengan pembimbing Tonti dan observasi (tanggal 24 Januari, 2011).
Sarana dan prasarana yang dimiliki
oleh kegiatan ektrakurikuler seni musik ini antara lain Gitar ada enam buah,
satu bas, satu melodi, satu ritem dan tiga buah akustik. Satu Keyboard listrik,
empat buah pianis dan satu set drum. Sound Sistem berjumlah empat buah terdiri
tiga buah sound kecil dan satu buah sound besar. Mikropon ada empat buah, kursi
ada dua belas buah, meja enam buah dan satu set meja dan kursi untuk guru.
Mengenai ruangan, kegiatan ekstrakurikuler Seni Musik dilakukan di ruang khusus
musik yang terletak di pojok kiri belakang sekolah. Data ini berdasarkan observasi pada saat kegiatan ekstrakurikuler
berlangsung (tanggal
1
Februari 2011).
Untuk
kegiatan ektrakurikuler Voli
sarana dan prasarana yang dimiliki antara lain bola voli
ada delapan buah, net ada tiga buah, peluit dua buah, stop watch. Sementara
kostum hanya dipergunakan saat lomba saja. Untuk latihan biasa dilakukan di
lapangan voli yang
terletak di pojok kanan belakang. Untuk menyimpan alat-alat ini disediakan
gudang yang digunakan
juga untuk menyimpan alat-alat basket.
Sarana dan prasarana kegiatan
ekstrakurikuler basket yang disediakan oleh sekolah seperti lapangan, bola
basket berjumlah enam buah, boks lompat, peluit, stopwatch. Kostum hanya
digunakan jika ada pertandingan, untuk mlatihan biasanya siswa menggunakan baju
olahraga. Tempat penyimpanan alat-alat juga disediakan gudang yang digunakan
bersama untuk menyimpan alat-alat voli. Data ini diperoleh berdasarkan
wawancara dengan pembimbing kegiatan ekstrakurikuler Basket dan observasi (tanggal 5 Februari 2011)
Kegiatan
Seni tari memiliki sarana
dan prasarana kegiatan antara lain berupa ruangan khusus Seni
Tari, satu buah TV, DVD, tape, dua meja dan kursi dan almari untuk menyimpan
barang. Kostum ada dua belas buah yang hanya digunakan jika sedang pentas atau
mengikuti lomba. Data diperoleh berdasarkan wawancara dengan dengan Pembimbing
kegiatan Seni Tari dan observasi
(tanggal
29 Januari, 2011).
4. Faktor
yang Mendukung Pelaksanaan Kegiatan Ektrakurikuler di SMPN 3 Depok Sleman.
Untuk mengetahui apa saja faktor yang mendukung
pelaksanaan kegiatan esktrakurikuler di SMPN 3 Depok Sleman alat
pengumpul data berupa wawancara dan observasi.
Pada dasarnya kegiatan
ekstrakurikuler yang ada di SMPN 3 Depok Sleman merupakan kegiatan yang
dirancang untuk menyalurkan bakat dan minat siswa. Sebagaimana diakui oleh
kepala sekolah bahwa kegiatan ekstrakurikuler keberadaannya sangat penting
untuk mengembangkan bakat dan minat para siswa (wawancara dengan kepala
sekolah, 17 Januari, 2011).
Kepala
sekolah juga
mengungkapkan bahwa untuk mendukung kegiatan ekstrakurikuler dapat berjalan
dengan baik sekolah juga menyediakan sarana dan prasarana kegiatan. Dalam observasi peneliti kondisi sarana dan prasana
kegiatan ekstrakurikuler masih dalam kondisi baik ada pula yang sudah dalam
kondisi kurang layak.
Selain
itu juga dana untuk menunjang kegiatan. Dana ini digunakan
terutama menunjang kegiatan
seperti mengadakan pertandingan persahabatan atau membeli alat-alat baru.
Agar siswa dapat mengembangkan bakat dan minatnya
debgan sempurna melalui kegiatan ektrakurikuler, sekolah juga telah menunjuk pembimbing
yang sesuai dengan
bidangnya. Pembimbing yang sesuai dengan bidang keahliannya ini ditunjuk oleh
sekolah dengan harapan dapat membantu siswa menyalurkan bakatnya melalui
kegiatan esktrakurikuler.
Dari uraian tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa
faktor yang mendukung pelaksanaan kegiatan eskstrakurikuler di SMPN 3 Depok.
Sleman berupa adanya sarana dan prasarna kegiatan,
dana dari sekolah dan adanya pembimbing yang sesuai dengan bidang keahliannya.
5.
Faktor yang Menghambat Pelaksanaan
Kegiatan Ektrakurikuler di SMPN 3 Depok
Sleman
Untuk mengetahui faktor yang menghambat pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 3 Depok Sleman alat pengumpul data berupa wawancara
dan observasi.
Faktor siswa dinilai menjadi kendala dalam pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler itu sendiri. Sebagaimana dikatakan oleh pembimbing
kegiatan sebagaimana diungkapkan pembimbing PRAMUKA bahwa
para siswa sering ribut atau main-main sendiri, sehingga tidak konsentrasi
dalam memperhatikan apa yang diajarkan oleh kakak pembina (Wawancara dengan
pembimbing PRAMUKA, 21
Januari, 2011). Hal ini kemudian berakibat siswa mengalami kesulitan ketika
berkemah, seperti mendirikan tenda atau mengikat tali temali.
Kendala
dalam pelaksanaan kegiatan Tonti
salah
satunya dari siswa sendiri seperti malas latihan, kurang disiplin dan tidak
konsentrasi. (observasi
kegiatan ekstrakurikuler tonti, 24 Januari, 2011).
Seperti diakui oleh pembimbing seni musik, kendala
dari kegiatan ini adalah dari siswa sendiri, seperti perbedaan kemampuan antara
yang berbakat dan berminat dengan siswa yang hanya sekedar mencoba.
Kendala
dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler voli ini adalah berasal dari siswa
sendiri terutama masalah kemauan dan minat. Sementara dalam kegiatan yang ada
di sekolah ini banyak siswa yang hanya ikut-ikutan saja (Wawancara dengan
Pembimbing kegiatan ekstrakurikuler Voli, 22 Januari 2011).
Dalam
kegiatan ekstrakurikuler Basket, kendala dari pelaksanaan kegiatan ini adalah
faktor minat siswa, sebagaimana diungkapkan oleh pembimbing bahwa faslitas
sebenarnya sudah tersedia dengan cukup tapi siswa terlihat kurang berminat,
terlihat latihan tidak serius dan banyak bergurau.
Begitu halnya dengan
kegiatan ekstrakurikuler Seni tari kendala pelaksanaan juga berasal dari siswa
itu sendiri yang kadang malas latihan dan kurang konsentrasi, sehingga untuk
menguasai satu jenis tarian harus diulang-ulang. Data ini diperoleh berdasarkan observasi pada saat
kegiatan seni tari (tanggal 29 Januari 2011).
Masalah informasi kegiatan juga menjadi kendala dari
pelaksanaan kegiatan eksrakurikuler. Kepala sekolah menilai bahwa kurangnya
informasi yang detail dan menarik dari kegiatan-kegiatan esktrakurikuler yang
ada berakibat pada kurangnya jumlah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
bahkan ada beberapa kegaitan yang tidak dapat berjalan. Di karenakan jumlah
siswa yang mengikuti sangat sedikit.
Selain itu, guru pembimbing kagiatan juga menilai bahwa jumlah fasilitas kegiatan masih kurang. Seperti net
kondisinya bagus tapi
kualitasnya yang
kurang bagus dan bola juga masih kurang, idealnya satu bola untuk dua anak.
Data ini diperoleh berdasarkan wawancara dengan Pembimbing kegiatan
ekstrakurikuler voli (22 Januari 2011).
Begitu juga dengan fasilitas untuk kegiatan seni
musik, jumlahnya masih kurang, sehingga banyak siswa yang harus menunggu
giliran untuk bermain musik. Dalam pengamatan peneliti pada
waktu kegiatan seni musik berlangsung
terlihat siswa
yang belum mendapat giliran menunggu sambil bercanda (Observasi, 1 Februari,
2011). Masalah keterbatasan fasilitas ini juga diakui siswa yang aktif
mengikuti kegiatan Seni Musik bahwa keterbatasan jumlah alat yang dimiliki
membuat sebagian siswa harus menunggu giliran. Selain itu ruang yang belum ada
peredam suara menjadikan suasana kurang nyaman.
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa yang menjadi faktor terhambatnya pelaksanaan kegiatan
esktrakurikuler di SMPN 3 Depok Sleman di antaranya faktor siswa itu sendiri berupa
malas berlatih, tidak konsentrasi, banyak bergurau dan tidak konsentrasi dalam
latihan. Faktor informasi yang dibuat bimbingan dan konseling yang kurang
lengkap dan kurang menarik tentang kegiatan juga dinilai sebagai hambatan.
Selain itu keterbatasan
jumlah sarana
kegiatan yang ada terutama pada ekstrakurikuler seni musik, basket dan voli
juga dinilai menghambat pelaksanan kegiatan.
6.
Minat Siswa Kelas VII di SMPN 3
Depok Sleman dalam Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler
Untuk
mengungkap hal ini alat pengumpul data berupa angket minat siswa wawancara dan observasi. Berkaitan dengan minat siswa
kelas VII mengikuti kegiatan esktrakurikuler dalam penelitian ini diperoleh
hasil sebagai berikut:
Minat
siswa untuk mengikuti kegiatan PRAMUKA ini, dinilai oleh guru pembimbing minatnya
tinggi terutama kelas VII. Sementara untuk kelas VIII justru rendah minatnya.
Tingginya minat siswa kelas VII mengikuti kegiatan PRAMUKA dikarenakan untuk
kelas VII adalah wajib mengikuti PRAMUKA.
Dalam pengamatan peneliti siswa kelas VII
dalam mengikuti kegiatan PRAMUKA ini juga terlihat dalam jumlah yang banyak dalam mengikuti
kegiatan (Observasi, 21 Januari, 2011).
Kenyataan ini juga diakui oleh salah satu siswa yaitu ZA siswi kelas
VIID yang mengikuti kegiatan PRAMUKA karena merasa sudah diwajibkan bagi kelas
VII jadi harus ikut oleh semua
siswa kelas VII (Wawancara dengan siswa, 21 Januari,
2011).
Tingginya minat kelas VII untuk mengikuti
kegiatan PRAMUKA tidak hanya bisa diukur dari banyaknya siswa yang mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler semata.
Diakui oleh guru pembimbing bahwa hanya ada sebagian dari siswa kelas VII yang
benar-benar serius dan
sungguh-sungguh berminat dengan kegiatan PRAMUKA. Upaya yang dilakukan pembimbing
PRAMUKA untuk meningkatkan minat siswa kelas VII mengikuti kegiatan
ektrakurikuler PRAMUKA adalah dengan memberikan banyak permainan dalam kegiatan
(Wawancara dengan pembimbing PRAMUKA, 21 Januari, 2011). Di sisi lain Bimbingan dan
Konseling dinilai tidak berperan, karena hal ini menjadi tugas dari pembimbing
PRAMUKA sepenuhnya.
Dalam kegiatan ekstrakurikuler Tonti, minat
siswa khususnya kelas VII diakui oleh guru pembimbing memang sedang-sedang saja untuk mengikuti
kegiatan Tonti. Hal ini dikarenakan
yang
mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler tonti ini selain yang memilih juga sekolah melakukan pemilihan
kepada siswa.
upaya
yang dilakukan oleh pembimbing untuk meningkatkan minat siswa mengikuti
kegiatan Tonti salah satunya adalah dengan mengikutsertakan lomba dan
mengundang pelatih dari luar. Pelatih yang diundang ini adalah mantan Pakibraka
baik tingkat kabupaten, propinsi maupun
nasional. Hal ini dilakukan untuk lebih memacu minat siswa kegiatan Tonti. (Wawancara dengan pembimbing
Tonti, 24 Januari, 2011)
Dalam
pengamatan peneliti saat mengamati latihan terlihat ada yang kurang semangat,
terlambat dan salah mengikuti aba-aba, sehingga mendapat hukuman lari
(Observasi, 24 Januari 2011). Di waktu lain
peneliti mengamati bahwa siswa sangat semangat
mengikuti latihan karena pembimbing mengundang pelatih yang merupakan mantan
anggota Paskibraka Kabupaten Sleman (Observasi, 31 Januari 2011). Kenyataan ini juga
diakui oleh AS siswa kelas VIIB yang menjadi anggota Tonti dalam petikan
wawancara memang
kadang malas dan bosan. Akan tetapi jika ada pelatih dari luar dirirnya mengaku senang dan
bangga bisa dilatih mereka yang sudah berprestasi. Situasi ini tentu bisa menambah semangat latihan.
Mengenai
peran Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan minat siswa kelas VII diakui
oleh guru pembimbing memang berperan. Terutama dalam memberikan informasi mengenai perekrutan
anggota Tonti pada awal tahun ajaran baru. Hal ini biasanya dilakukan melalui
papan pengumuman atau informasi saat orientasi.
Minat
siswa dalam mengikuti kegiatan seni musik diakui oleh pembimbing seni musik
memang pada awal semester sangat tinggi namun seiring waktu akan semakin
menurun (Wawancara dengan pembimbing seni musik, 1 Februari 2011). Berkurangnya
minat ini selain karena terbatasnya fasilitas juga karena bakat siswa itu
sendiri. Mengenai prestasi kegiatan seni musik memang belum nampak. Hal ini
terkendala masalah biaya untuk mengikuti lomba-lomba musik.
Upaya
pembimbing untuk meningkatkan minat siswa mengikuti kegiatan ektrakurikuler
seni musik adalah melibatkan siswa dalam acara-
acara sekolah.
Biasanya siswa yang mengikuti ekstrakurikuler seni musik akan diberikan waktu
pentas seperti saat ulang tahun sekolah, clas meeting atau
perpisahan sekolah Di sisi lain peran
bimbingan dan konseling dalam meningkatkan minat siswa untuk megikuti kegiatan
ekstrakurikuler seni musik ini hanya bersifat pengarahan saja (Wawancara dengan
pembimbing seni musik, 1 Februari 2011).
Minat
siswa kelas VII untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler voli ini memang pada
awalnya cukup tinggi namun seiring waktu akan menurun (Wawancara dengan pembimbing
kegiatan ekstrakurikuler Voli, 22 Januari 2011). Dalam
pengamatan peneliti saat kegiatan esktrakurikuler voli berlangsung memang
terlihat banyak anak-anak malas latihan dan banyak bergurau serta tidak
memperhatikan petunjuk pelatih (Observasi, 22 Januari 2011).
Selama
ini upaya yang dilakukan pembimbing untuk meningkatkan minat siswa kelas VII
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler voli adalah dengan mengikutsertakan dalam
perlombaan atau mendatangkan pelatih dari luar. Hal ini juga diakui oleh siswa
yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler voli yang terkadang merasa malas
berlatih dan bosan jika tidak ada pertandingan.
Peran
Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan minat siswa kelas VII mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler voli dinilai oleh pembimbing
hanya sebatas pengarahan saja. Hal ini
dilakukan dengan pendataan melalui angket kemudian melakukan pengarahan bagi
yang ingin mengikuti kegiatan volli, selebihnya adalah tugas pembimbing
ektrakurikuler (Wawancara dengan Pembimbing kegiatan ekstrakurikuler Voli, 22
januari 2011).
Minat siswa kelas VII untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
basket akan tinggi jika ada pertandingan. Hal ini bisa diukur dari jumlah siswa
yang mengikuti kegiatan. Sejauh ini upaya yang dilakukan oleh
pembimbing agar para siswa terutama siswa kelas VII berminat mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler basket salah satunya dengan sering melakukan pertandingan
persahabatan dengan sekolah lain). Pertandingan persahabatan yang tidak formal
ini menjadikan siswa lebih semangat latihan. Hal ini juga diakui oleh AW siswa yang aktif mengikuti
kegiatan basket bahwa pertandingan persahabatan dengan sekolah lain bisa membuat siswa yang ikut
ekstrakurikuler basket menjadi semngat latihan.
Di
sisi lain, peran dari bimbingan dan konseling untuk meningkatkan minat siswa
kelas VII mengikuti kegiatan ekstrakurikuler basket ini dinilai oleh pembimbing
kegiatan hanya sebatas mengarahkan siswa terutama pada saat orientasi
pengenalan sekolah saja
Adapun minat siswa kelas VII untuk mengikuti kegiatan esktrakurikuler Seni Tari
diakui oleh guru pembimbing memang naik turun. Pada awal tahun pasti pesertanya
banyak tapi kemudian menurut hingga tinggal beberapa siswa saja. Kurangnya
minat siswa juga dapat diketahui dari ketekunan dalam berlatih, terlihat bosan,
malas dan tidak semangat
Sejauh
pengamatan peneliti, dalam pengamatan
siswa kelas VII yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seni tari tidak semua anak yang mengikuti kegiatan mengikutinya dengan
keseriusan. Situasi ini juga diakui oleh siswa sendiri yang
aktif mengikuti kegiatan seni tari bahwa di awal-awal banyak siswa yang ikut, tapi
lama kelamaan berkurang karena bosan latihan tidak cepat bisa
Sejauh
upaya yang dilakukan pembimbing untuk meningkatkan minat siswa mengikuti
kegiatan seni tari adalah dengan mengikutsertakan dalam lomba-lomba tari.
Prestasi yang pernah diraih oleh kegiatan ekstrakurikuler ini pernah juara
tingkat Kabupaten untuk tari kreasi baru
(Wawancara dengan Pembimbing kegiatan Seni Tari, 29 januari, 2011).
Sementara
peran bimbingan dan konseling dalam meningkatkan minat siswa mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler Seni Tari diakui oleh pembimbing sejauh ini hanya terbatas pada
pengarahan saja terutama dilakukan pada saat pengenalan sekolah.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa minat siswa kelas VII dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dinilai
masih kurang. Hal ini dapat dilihat dalam kurangnya jumlah siswa kelas VII yang
ikut kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu Kurangnya minat siswa
juga dapat diketahui dari ketekunan dalam berlatih, terlihat bosan, malas dan
tidak semangat, banyak
bercanda dan tidak konsentrasi.
7.
Bentuk
Layanan Informasi Untuk Meningkatkan Minat Siswa Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler
Untuk mengetahui bagaimana bentuk layanan informasi
sebagai upaya guru bimbingan dan konseling untuk meningkatkan minat siswa kelas
VII mengikuti kegiatan ekstrakurikuler alat pengumpul data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Berkaitan dengan hal ini
diperoleh hasil sebagai berikut:
a.
Layanan
Informasi di SMPN 3 Depok Sleman
Layanan informasi diadakan oleh bimbingan dan konseling untuk
membekali peserta didik dengan pengetahuan tentang data dan fakta di bidang sekolah, karier, perkembangan
pribadi dan sosial. Layanan ini diadakan agar peserta didik dapat belajar
tentang lingkungan hidupnya dan lebih mampu mengatur dan merencanakan
kehidupannya sendiri. Begitu halnya dengan layanan
informasi yang ada di SMPN 3 Depok Sleman yang ditujukan untuk memberikan
informasi kepada siswa sehingga dapat menentukan atau memilih sesuatu.
Seperti yang diungkapkan oleh guru Bimbingan
dan Konseling di atas bahwa layanan informasi yang ada di SMPN 3 Depok Sleman
ada tiga macam yaitu informasi mengenai pendidikan yang berkaitan dengan jadwal
pelajaran, jadwal ujian dan info beasiswa. Informasi ini biasanya dilakukan
dengan media papan bimbingan yang ada di depan ruang BK. Informasi bidang
pribadi seperti informasi pengembangan bakat minat melalu kegiatan
ekstrakurikuler. Inormasi ini biasa disampaikan melalui papan bimbingan atau
pengarahan langsung secara lisan pada saat mengisi jam kosong. Sedangkan
informasi bidang sosial bidang sosial meliputi tata tertib warga sekolah dan
problem remaja seperti penyuluhan bahaya narkoba. Informasi ini biasa diberikan
oleh guru BK melalui media papan bimbingan atau disampaikan secara lisan pada
saat mengisi jam pelajaran kosong.
b.
Layanan
Informasi untuk Meningkatkan Minat Siswa Kelas VII Mengikuti Kegiatan
Esktrakurikuler
Adapun layanan
informasi yang diberikan oleh Guru BK dalam rangka untuk meningkatkan minat
siswa mengikuti kegiatan ektrakurikuler di SMPN 3 Depok Sleman termasuk dalam
jenis layanan bidang pribadi. Layanan pribadi terutama
menyangkut pemahaman dan pengembangan bakat dan minat siswa. Hal ini dilakukan
BK agar para siswa mengetahui apa saja kegiatan yang ada
di SMPN 3 depok Sleman yang
sesuai dengan bakat dan minatnya. Dengan pemahaman ini diharapkan siswa dapat
memilih kegiatan sesuai dengan kegiatan yang disenanginya di sekolah untuk
mengembangkan bakatnya.
Dengan kata lain, layanan informasi bidang
pribadi khususnya pemahaman dan pengembangan bakat dan minat juga ditujukan
untuk membekali siswa mengenai kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.
Informasi ini dimaksudkan agar para siswa berminat dan mau untuk mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah sesuai dengan bakat dan kemampuan
yang dimiliki oleh siswa.
8.
Pelaksanaan
Layanan Informasi untuk Meningkatkan Minat Siswa Kelas VII Mengikuti Kegiatan
Ekstrakurikuler
Cara yang digunakan oleh guru BK dalam
memberikan informasi mengenai kegiatan ekstrakurikuler sebagai wadah
pengembangan bakat dan minat siswa dilakukan dengan cara tertulis dan lisan. Penyempaian
informasi dengan cara tertulis dalam bentuk papan bimbingan yang di tempel di
ruang BK (lampiran). Pada papan bimbingan ini siswa dapat melihat informasi
yang diberikan kepada siswa meliputi jenis kegiatan, jadwal kegiatan dan
pembimbing. Papan bimbingan ini hanya bisa dilihat jika siswa masuk ke ruang BK
Sementara
informasi yang dilakukan dengan cara lisan berupa pengarahan guru BK pada saat
orientasi atau saat mengisi jam kosong.
Pada saat orientasi guru BK akan menjelaskan
kepada siswa baru apa saja kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah sebagai
sarana yang disediakan sekolah untuk mengembangkan bakat dan minat siswa. Hal
serupa juga dilakukan guru BK jika sedang mengisi jam kosong di kelas untuk
meginformasikan dan mengarahkan siswa pada kegaitan-kegiatan ektrakurikuler
yang ada di sekoah. Pada saat ini guru BK akan menguraikan mengenai jalannya
kegiatan, jadwal, pembimbing, maupun prestasi yang pernah diraih. Dengan informasi
ini guru BK berharap siswa kemudian mengikuti kegiatan yang sesuai dengan
bakatnya.
Namun
cara dan bentuk penyampaian informasi melalui papan bimbingan atau secara lisan
diakui oleh guru BK belum mampu menarik minat siswa terutama kelas VII untuk
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Diungkapkan oleh guru
BK bahawa sebenarnya penyampaian informasi kegiatan ektrakurikuler berbentuk
buletin, leaflet, brosur, booklet, buku-buku pedoman atau bahkan menggunakan
audio visual akan lebih efektif. Hal ini disadari sebagai kekurangan yang
mengakibatkan siswa kelas VII kurang berminat mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler. Pengumuman hanya ada di papan Bimbingan itu saja, dan memang
tidak semua siswa melihatnya kecuali yang ada keperluan ke ruangan BK.
Selain
kurangnya minat dari siswa Kelas VII mengikuti kegiatan, cara penyampaian
informasi seperti ini juga diduga menjadi sebab
beberapa kegiatan ekstrakurikuler tidak
berjalan. Kegiatan yang tidak berjalan ini contohnya adalah kegiatan
ekstrakurikuler SBAQ, Karya Ilmiah Remaja (KIR), Pencak Silat dan Seni hal ini disebabkan karena jumlah siswa yang mengikuti
sangat kurang.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa upaya bimbingan dan konseling di SMPN 3 Depok
Sleman untuk meningkatkan minat siswa kelas VII mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler dapat dikatakan belum maksimal. Layanan informasi bidang
pribadi khususnya pemahaman dan pengembangan bakat dan minat hanya dilakukan
dengan papan bimbingan dan secara lisan pada saat orientasi dan pengarahan saat
guru BK mengisi jam kosong.
D.
Pembahasan
Dari hasil penelitian
sebagaimana diuraikan di atas
dapat diuraikan pembahasan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Minat Siswa Kelas VII Mengikuti
Kegiatan Ektrakurikuler
Kurangnya minat
siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah dapat dilihat
dalam dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif dalam
penelitian ini terungkap bahwa pemahaman siswa mengenai kegiatan ektrakurikuler
yang ada di sekolah masih kurang. Hal ini terutama dari minimnya informasi
mengenai kegiatan ekstrakurikuler. Sebagaimana diakui oleh guru BK bahwa penyampaian
hanya melalui papan bimbingan yang ditempel di ruang BK. Papan bimbingan ini
hanya bisa dilihat jika siswa berkepentingan ke ruang BK. Selain itu
penyampaian informasi yang kurang kreatif seperti melalui leaflet, brosur atau
buku pedoman juga dinilai oleh guru BK menyebabkan kurangnya informasi mengenai
kegiatan ekstrakurikuler.
Kurangnya
pemahaman siswa mengenai kegiatan ektrakurikuler berimbas pada kurangnya minat
siswa terutama kelas VII untuk mengikuti kegiatan esktrakurikuler. Aspek
afektif kurangnya minat siswa kelas VII berkaitan dengan sikap siswa dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler. Hal ini terlihat pada kebosanan, malas berlatih, bergurau,
tidak konsentrasi atyau bahjkan tidak mengikuti kegiatan.
Minat pada diri
seseorang tidak ada dengan sendirinya namun melalui proses. Suryabrata (2002:
233) menilai bahwa minat dipengaruhi dua faktor yaitu faktor intern dan
ekstern. Faktor intern meliputi faktor-faktor kebutuhan pribadi, keinginan dan
cita-cita individu. Kebutuhan menuntut untuk dipenuhi, sehingga minat terhadap
suatu kegiatan ekstrakurikuler atau kreatifitas akan muncul, begitu juga dengan
keinginan dan cita-cita yang harus dicapai menjadikan individu selalu
mendekatkan diri dengan tujuan dan minatnya. Faktor ekstern meliputi pengaruh
kebudayaan, pengalaman dan kemungkinan, lingkungan sekitar, orang tua, teman
sebaya dan informasi yang diperoleh dari guru pembimbing di sekolah. Pengalaman
atau informasi menarik yang diterimanya akan menggugah anak-anak tersebut
berbuat sesuatu.
2.
Layanan Informasi Untuk
Meningkatkan Minat Siswa Kelas VII Mengikuti Kegiatan Esktrakurikuler
Pemberian
informasi mengenai kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 3 Depok Sleman adalah upaya
guru Bk untuk memberikan pengetahuan serta membantu siswa membuat pilihan dan
keputusan yang tepat berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler. Akan tetapi
dalam penelitian ini terungkap bahwa informasi yang diberikan kepada siswa
hanya melalui papan bimbingan dan secara lisan berupa pengarahan pada saat
orientasi sekolah atau saat guru BK mengisi jam kosong. Pemberian informasi
dengan cara ini dinilai oleh guru BK masih kurang sempurna untuk meningkatkan
minat siswa kelas VII mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa dalam pemberian informasi sangat tergantung pada kualitas
dan kuantitas informasi yang diberikan sehingga dapat menarik minat siswa
mengikuti kegiatan yanga ada. Pemberian layanan informasi kegiatan
ekstrakurikuler, jika dibuat secara kreatif dan menarik, baik dari segi
tampilan maupun isinya dan cara penyampainnya, maka dapat meningkatkan minat
siswa kelas VII untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
Pemberian
informasi kegiatan ekstrakurikuler sebenarnya dapat memanfaatkan metode dan
media seperti leaflet, brosur, buku pedoman atau penggunaan audio visual.
Pemanfaatan metode melalui seminar dengan menghadirkan pembicara yang kompeten
akan sangat membantu dalam meingkatkan minat siswa kelas VII untuk mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler. Pemutaran film tentu akan menjadi cara kreatif untuk
menarik minat siswa mengikuti kegiatan esktrakurikuler.
Informasi yang
daisampaikan dengan melalui media leaflet, brosur atau buku pedoman yang
dikemas secara menarik dan kreatif pada dasarnya mampu meningkatkan minat siswa
kelas VII untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Karena dengan cara tertulis
seperti ini akan memudahkan siswa kelas VII mengetahui informasi setiap saat.
Adanya informasi yang jelas akan sangat membantu siswa kelas VII untuk dapat
membuat pilihan secara tepat untuk mengembangkan bakat, minat dan potensinya
melalui kegiatan ekstrakurikuler.
E. Keterbatasan
Peneliti sudah
berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan penelitian, namun jika terdapat
data yang kurang, maka hal tersebut dikarenakan keterbatasan peneliti semata.
Keterbatasan itu meliputi hal-hal sebagai berikut:
- Kondisi
narasumber yang saat dilakukan wawancara seusai kegiatan ekstrakurikuler
maka siswa ada yang merasa capai dan terburu-buru ingin pulang. Ada juga
siswa yang merasa malu saat diwawancara. Karena itu penulis berusaha
menemui siswa yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pada saat
istirahat sekolah.
- Keterbatasan
dokumen-dokumen ataupun catatan-catatan yang dimiliki sekolah mengenai kegiatan ekstrakurikuler dan layanan
informasi berkaitan kegiatan ektrakurikuler.
- Keterbatasan data yang dimiliki guru BK khususnya
mengenai layanan informasi. Hal ini dikarenakan memang di SMPN 3 Depok
Sleman informasi mengenai kegiatan ekstrakurikuler hanya dilakukan melalui
lisan pada saat orientasi. Selain itu juga hanya melalui papan bimbingan
yang di pasang di tembok ruang bimbingan dan konseling yang hanya bisa
dilihat saja.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan mengemukakan kesimpulan dan saran yang didasarkan pada
hasil penelitian mengenai upaya bimbingan dan konseling untuk meningkatkan
minat siswa kelas VII mengikuti kegiatan ekstrakurikuler melalui layanan
informasi di SMPN 3 Depok Sleman.
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pembahasan-pembahasan pada bab
yang lalu, maka diperoleh kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah yaitu
sebagai berikut:
1.
Upaya guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan
minat siswa kelas VII mengikuti kegiatan ektrakurikuler di sekolah dilakukan
dengan memberi pengarahan pada waktu orientasi dan pada saat mengisi jam
kosong. Selain itu juga dilakukan dengan memasang informasi kegiatan di papan
bimbingan.
2.
Faktor yang mendukung kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 3
Depok Sleman adalah sarana yang meliputi alat-alat olah raga, alat musik, ruangan
khusus, kostum, TV, DVD dan gudang penyimpanan alat. Selain itu pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler juga didukung oleh pembimbing yang sesuai dengan
bidang keahliannya.
3.
Faktor penghambat di SMPN 3 Depok Sleman dalam penelitian
ini terungkap adalah faktor dari dalam diri siswa itu sendiri seperti malas latihan,
tidak konsentrasi, banyak bercanda, bergurau dan tidak semangat. Selain faktor
dari dalam diri siswa faktor dari luar yaitu informasi yang dibuat guru BK
mengenai kegiatan ektrakurikuler yang kurang menarik menjadi penghambat
pelaksanaan kegiatan esktrakurikuler.
4.
Minat siswa kelas VII untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler dalam penelitian ini terungkap bahwa minat
siswa kelas VII dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dinilai masih kurang
terutama kegiatan esktrakurikuler Basket, Voli, Seni Musik, Tonti dan Seni Tari.
Namun untuk kegiatan ekstrakurikuler PRAMUKA minat siswa sangat tinggi. Hal ini
dikarenakan kegiatan tersebut adalah wajib bagi kelas VII. Kurangnya minat
siswa dalam mengikuti kegiatan esktrakurikuler dapat dilihat dalam kurangnya
jumlah siswa kelas VII yang ikut kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu kurangnya
minat siswa juga dapat diketahui dari ketekunan dalam berlatih, terlihat bosan,
malas dan tidak semangat, banyak bercanda dan tidak konsentrasi.
5.
Layanan informasi yang dibuat guru Bimbingan dan
Konseling dalam meningkatkan minat siswa kelas VII untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler di SMPN 3 Depok dapat dikatakan belum maksimal. Hal
ini terlihat dari informasi mengenai kegiatan esktrakurikuler yang dilakukan BK
pada saat orientasi atau saat mengisi jam kosong. Informasi mengenai kegiatan
esktrakurikuler hanya disajikan dengan papan bimbingan yang di pasang di depan
ruang bimbingan. Selain itu guru BK belum membuat buku profil masing-masing
kegiatan esktrakurikuler yang disajikan dengan menarik.
B.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1.
Bagi Siswa
a.
Siswa disarankan untuk berupaya
mencari informasi dengan mendatangi guru bimbingan dan konseling untuk
memperoleh informasi kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan bakat dan minatnya.
b.
Siswa hendaknya lebih sering
dan aktif dengan memberi saran kepada bimbingan dan konseling untuk pemberian
informasi kegiatan ekstrakurikuler.
3.
Bagi Guru Bimbingan dan
Konseling
a.
Diharapkan bagi guru bimbingan
dan konseling dapat bekerja sama dengan guru pembimbing kegiatan ekstrakurikuler
untuk menentukan upaya meningkatkan minat siswa mengikuti kegiatan.
b.
Diharapkan guru bimbingan dan
konseling dapat mengembangkan metode penyampaian informasi kegiatan
ekstrakurikuler melalui leaflet atau buku panduan dengan penyampaian materi
yang singkat, mudah dipahami dan diterima siswa sehingga berminat mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler.
c.
Jika masih menggunakan bentuk
layanan informasi yang lama yaitu cara lisan dalam wujud ceramah hendaknya
didukung pula dengan penggunaan audio visual mengenai kegiatan ekstrakurikuler
yang dimaksud. Selain itu juga perlu memberikan informasi mengenai prestasi
yang pernah diraih, sehingga siswa kelas VII berminat meningikuti kegiatan
ekstrakurikuler.
Comments
Post a Comment
Tinggalkan Komentar Anda