TUGAS SEMINAR BK
UPAYA
MENINGKATAN KETERAMPILAN
MENCATAT MELALUI TEKNIK MIND MAPPING PADA
SISWA
KELAS VII SMP NEGERI 1 BUKATEJA
TAHUN AJARAN 2012/2013
Dosen Pengampu
: Dra. Erni Hestiningrum, M. A.
Oleh :
Nama : Leni Setianingrum
NIM : 09001175
Prodi : Bimbingan dan Konseling
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Ahmad Dahlan
YOGYAKARTA
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan proses komunikasi
yang di dalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan-keterampilan. Tujuan pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya
manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam pembangunan bangsa khususnya
di bidang pendidikan. Upaya meningkatkan sumber daya manusia dilakukan melalui
upaya sadar yaitu jalur pendidikan formal mencakup pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Dalam pendidikan terjadi suatu proses
pembelajaran yang akan memberikan ilmu pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan. Pada dasarnya pembelajaran adalah upaya sistematis
dan sistemik untuk menginisiasi, menfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar.
Nasution dalam (Sugihartono, 2007: 80), mendefinisikan
pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses
belajar. Dalam melakukan pembelajaran individu satu dengan yang lainnya
mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Keragaman karakteristik individu dalam
pembelajaran berimplikasi terhadap kecepatan, hasil dan dinamika proses
pembelajaran individu.
Keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran didalam kelas tidak hanya partisipasi yang
ditunjukkan dalam perilaku bertanya, berdiskusi, berdemonstrasi, praktik, dan
lain sebagainya tetapi juga bagaimana siswa dapat membuat catatan yang baik.
Oleh karena itu, kesuksesan proses pembelajaran akan ditunjang salah satunya
oleh faktor membuat catatan yang baik. Mencatat merupakan proses menyimpan
informasi dengan bentuk tulisan agar mudah diingat. Sejalan dengan hal
tersebut, DePorter & Mike Hernacki
(2007: 179) mendefinisikan mencatat sebagai aktivitas seluruh otak yang
menggunakan belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Dalam kelas,
pembelajaran tidak hanya mengandalkan buku teks saja. Guru sering kali
memberikan informasi lain untuk melengkapi materi yang ada dalam buku teks,
oleh karena itu, siswa dapat mencatatnya pada buku catatan. Catatan yang dibuat
merupakan bantuan untuk memahami buku teks yang sudah dimiliki oleh siswa.
Pada
dasarnya siswa usia sekolah harus mampu menguasai tiga keterampilan dasar yaitu
membaca, menulis dan berhitung. Keterampilan menulis merupakan salah satu
keterampilan yang penting untuk menunjang keberhasilan belajar siswa. Dalam
keterampilan menulis terdapat aktivitas mencatat yang berguna untuk menyimpan
informasi. Oleh karena itu, keterampilan mencatat harus dimiliki oleh setiap
siswa karena kemampuan otak untuk
mengingat bacaan atau informasi dari guru sangatlah terbatas. Untuk itu catatan
akan membantu otak untuk mengingat apa yang sudah didengar atau dibaca dan akan
melengkapi informasi yang ada di memori otak. Selain itu, catatan dapat
dibaca secara berulang-ulang sehingga dapat mengingatkan seseorang akan
informasi yang sudah pernah diperolehnya. Secara tidak langsung, keterampilan
mencatat dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu,
kemampuan untuk dapat mencatat dengan efektif merupakan keterampilan yang harus
dimiliki agar hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Dalam
proses pembelajaran di kelas, banyak siswa
yang jarang mencatat. Hal
ini dikarenakan siswa memiliki buku panduan materi pelajaran sendiri. Mereka
lebih banyak diam dan tidak mencatat ketika guru menjelaskan materi pelajaran.
Mereka mencatat apabila disuruh oleh guru sehingga
mereka mencatat tanpa ada dorongan dalam diri mereka sendiri. Banyak juga siswa yang masih belum terampil
dalam mencatat. Hal ini dibuktikan dengan bentuk catatan yang digunakan masih
sama seperti bentuk catatan yang diberikan oleh guru yaitu catatan standart
yang berupa kalimat-kalimat panjang atau siswa kurang berkreasi dalam membuat
catatan sehingga mereka sulit untuk memahami materi yang ada dalam catatan
tersebut. Selain itu, catatan mereka masih ada yang belum lengkap, catatan
mereka masih belum rapi dan tak jarang masih banyak coretan-coretan yang
membuat buku catatan mereka kotor dan tidak
dapat dibaca. Kebanyakan guru
juga jarang melihat catatan yang dibuat oleh
siswa, sehingga siswa yang tidak memiliki catatan pun merasa nyaman karena
mereka merasa tidak dipantau oleh guru. Selain
itu guru juga tidak pernah memberikan teknik / metode pencatatan khusus. Hal
ini secara tidak langsung berdampak pada prestasi belajar siswa. Siswa yang
tidak mempunyai catatan dari materi yang diberikan oleh guru, tidak dapat
belajar secara optimal karena hanya mengandalkan materi dari buku teks saja.
Selain itu, saat pelajaran berlangsung, siswa kurang memperhatikan penjelasan
guru dan mereka lebih banyak ramai sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti
mengambil mata pelajaran IPS khusunya
pelajaran Sejarah sebagai mata pelajaran yang akan
dijadikan materi penelitian dikarenakan pelajaran tersebut lebih banyak
mencatatnya.
Oleh
karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu metode yang
menarik agar siswa mampu meningkatkan keterampilan mencatatnya sehingga secara
tidak langsung akan meningkatkan pula prestasi belajarnya. .
Salah satu metode yang dapat digunakan adalah mind mapping (peta pikiran).
Mind mapping
adalah salah satu teknik yang dapat digunakan dalam mencatat. Teknik ini sudah
digunakan di bimbingan konseling namun belum popular. Sehingga teknik ini
diberikan dengan harapan akan membuat siswa tidak bosan dan lebih tertarik.
Menggunakan teknik mind mapping
berarti menempatkan siswa pada posisi inti. Siswa ditempatkan sebagai pelaku
aktif dalam teknik ini. Hasil pikiran-pikiran siswa kemudian dituangkan dalam
bentuk peta pikiran yang diberi warna-warni dan bentuk sesuai dengan
kreativitas mereka. Dengan mind mapping, individu dapat mengantisipasi derasnya
laju informasi dengan memiliki kemampuan mencatat yang memungkinkan terciptanya
“hasil cetak mental” (mental computer printout). Hal ini tidak hanya
dapat membantu dalam mempelajari informasi yang diberikan, tapi juga dapat
merefleksikan pemahaman personal yang mendalam atas informasi tersebut. Selain
itu Mind Mapping juga memungkinkan terjadinya asosiasi yang lebih
lengkap pada informasi yang ingin dipelajari, baik asosiasi antarsesama
informasi yang ingin dipelajari ataupun dengan informasi yang telah tersimpam
sebelumnya di ingatan (Yovan, 2008).
Dengan melihat fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai upaya meningkatkan keterampilan mencatat melalui teknik mind mapping pada siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Bukateja.
B.
Identifikasi Masalah
Sesuai
dengan latar belakang di atas, dapat di identifikasi masalah sebagai berikut :
1.
Siswa jarang
membuat catatan apabila tidak disuruh oleh
guru.
2.
Siswa masih belum
terampil membuat catatan.
3.
Guru jarang memantau
buku catatan siswa.
4.
Guru tidak pernah
memberikan suatu teknik / metode
pencatatan khusus seperti metode mind
maping.
5.
Siswa kurang
memperhatikan penjelasan guru ketika pelajaran
berlangsung.
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas dan mengingat keterbatasan peneliti dalam banyak hal, maka peneliti
hanya membatasi masalah terkait pada upaya meningkatkan keterampilan mencatat
melalui teknik mind mapping pada
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bukateja Tahun Ajaran 2012/2013.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan
batasan masalah di atas maka rumusan permasalahan yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana
efektifitas teknik mind mapping dalam
meningkatkan keterampilan mencatat siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bukateja Tahun
Ajaran 2012/2013?
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana efektifitas teknik mind mapping dalam meningkatkan keterampilan
mencatat pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bukateja Tahun Ajaran 2012/2013.
F.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai
berikut :
1.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan
khasanah dalam rangka mengembangkan teori dan ilmu pengetahuan di bidang
pendidikan khususnya bimbingan dan konseling terutama terkait dengan layanan
bimbingan belajar.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi siswa
Bagi siswa hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan kepada siswa agar dapat meningkatkan keterampilan mencatat
dengan menggunakan teknik mind mapping
sehingga akan menunjang kreativitas dan kesuksesan dalam belajar.
b.
Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan yang lebih bagi para guru dalam upaya meningkatan keterampilan
mencatat melalui penerapan teknik mind mapping serta dapat memberikan
manfaat bagi sekolah dalam pengembangan dan implementasi bimbingan di SMP terutama dalam
bimbingan belajar.
c.
Bagi orang tua
siswa
Dapat menambah wawasan orang tua untuk memotivasi putra
putrinya dalam rangka memaksimalkan proses belajarnya serta membantu putra
putrinya dalam mencapai pembelajaran yang efektif.
d. Bagi peneliti
Peneliti
dapat mengembangkan pengetahuan dan
kemampuan
dalam bidang penelitian dan peneliti lebih memahami
dan mampu menerapkan teori tentang keterampilan mencatat dan teknik mind
mapping (tidak hanya sampai pada tataran
teoritis saja).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Keterampilan
Mencatat
1.
Pengertian
Keterampilan Mencatat
Keterampilan
membuat catatan merupakan salah satu dari lima keterampilan yang
merangsang belajar. Mencatat juga merupakan suatu aktivitas belajar. Syaiful B.
Djamarah (2002: 40) menjelaskan bahwa mencatat yang termasuk aktivitas belajar
adalah apabila dalam mencatat itu orang menyadari kebutuhan dan tujuannya,
serta menggunakan seperangkat tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi
pencapaian tujuan belajar. Mencatat merupakan keterampilan berpikir yang tidak
dapat dipisahkan dan turut berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar siswa. Menurut DePorter & Mike Hernacki (2011: 146), mencatat yang efektif adalah salah satu kemampuan terpenting yang
pernah dipelajari orang.
Jika
metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran, teknik / keterampilan mencatat dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode melalui aktifitas menulis.
2.
Tujuan
Membuat Catatan
Abu
Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 134) mengemukakan tujuan mencatat adalah
mendapatkan informasi penting dan menulisnya untuk keperluan belajar di
masa-masa selanjutnya. Tujuan
mencatat adalah mendapatkan poin-poin kunci dari buku-buku, laporan, sekolah
dan lain-lain. DePorter &
Mike Hernacki (2011:
146) menjelaskan
tujuan mencatat adalah membantu diri
memgingat apa yang tersimpan dalam memori.
Berdasarkan
beberapa pendapat ahli mengenai tujuan mencatat di atas dapat diperoleh
kesimpulan bahwa tujuan mencatat adalah menuliskan kembali informasi-informasi
penting yang berguna untuk keperluan belajar di masa-masa selanjutnya.
3.
Bentuk-bentuk
Catatan
Bentuk catatan menurut
The Liang Gie (1995: 23-26) adalah
a.
Catatan dengan buku
notes yaitu mencatat materi dari buku pelajaran dan bahan lainnya dengan
menggunakan lembaran-lembaran kertas yang berurutan dan dipersatukan.
b.
Kartu catatan (Karcas)
yaitu sebuah kartu dengan ukuran tinggi 7,5cm dan lebar 12,5 cm yang digunakan
untuk mencatat materi pelajaran.
Sehubungan dengan hal
tersebut, Bobby DePorter dan Mike Hernacki (2007: 148-164) menjelaskan tentang bentuk-bentuk catatan
adalah sebagai berikut :
a.
Catatan Standar / Linier.
Teknik Mencatat Standar
merupakan teknik pencatatan yang lazim dan telah lama digunakan. Teknik
mencatat ini adalah bentuk catatan dengan pola memanjang kebawah mengikuti alur
garis pada kertas. Beberapa gaya pencatatan
standar diantaranya : (a) gaya kalimat / naratif yang terdiri
dari tulisan apapun yang akan dikomunikasikan dalam bentuk naratif, (b) gaya
daftar yang menyertakan menuliskan ide ketika ide itu muncul, dan (c) gaya
garis besar / alpabet yang terdiri
dari membuat catatan dalam urutan hierarki yang terdiri dari kategori utama dan
subkategori.
b.
Catatan TS adalah
singkatan dari Catatan : Tulis dan Susun.
Bentuk catatan ini
membantu siswa berkonsentrasi dengan memanfaatkan tulisan-tulisan tentang pikiran-pikiran
dan menyadarinya sebagai bagian dari proses belajar serta menyertakan
asosiasi yang terkait dengan emosi yang
bermanfaat dalam proses pengingatan. Secara anatomis Catatan TS membagi kertas
dengan garis menjadi 2 kolom, yaitu kolom kiri dan kolom kanan. Kolom kiri dibuat lebih luas yang berfungsi untuk daerah
menulis catatan. Pada kolom ini siswa dapat menulis tanggal, nama, dan
informasi penting lainnya selama mendengarkan penjelasan guru, merangkum, membaca
dan sebagainya. Sedangkan kolom kanan dibuat lebih sempit yang berfungsi untuk
menyusun catatan. Pada kolom ini siswa dapat menuliskan pemikiran asosiasi yang
muncul dalam benak mereka. Bisa berupa pendapat, reaksi dari apa yang didengar,
pertanyaan, perasaan, dan sebagainya.
c.
Peta Pikiran merupakan
salah satu dari bentuk pencatatan dalam bentuk organijer grafik. Teknik ini
lahir dari ide tentang sifat kerja otak yang memiliki karakteristik dan pola
tertentu dalam memproses setiap informasi. Peta pikiran merekam informasi ke
dalam bentuk kata kunci, gambar, simbol dan sebagainya membetuk pola informasi
yang memetakan.
Berdasarkan
pendapat ahli tentang bentuk-bentuk catatan dapat ditarik kesimpulan bahwa
bentuk-bentuk catatan antara lain Catatan Standar Linier yaitu catatan dengan
mengikuti pola garis pada buku notes; Kartu Catatan yaitu sebuah kartu dengan
ukuran tinggi 7,5 cm dan lebar 12,5 cm yang dapat digunakan untuk mencatat
materi kunci dari suatu mata pelajaran; Catatan TS yaitu teknik mencatat dengan
membagi kertas menjadi
dua kolom yang dapat membantu siswa berkonsentrasi dengan memanfaatkan
tulisan-tulisan tentang pikiran-pikiran pokok sehingga membantu dalam mengingat
materi pelajaran; dan Peta Pikiran yaitu suatu teknik pencatatan dengan
menggunakan gambar, warna, simbul dan kata kunci dari materi pelajaran yang
digunakan untuk membantu mengingat informasi.
4.
Manfaat
Membuat Catatan
Menurut
Martinis Yamin (2010:
153) manfaat membuat catatan adalah sebagai berikut :
a.
Melengkapi materi.
b.
Membantu daya ingat
seseorang terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru.
c.
Memudahkan seseorang
memahami dan mengingat materi.
Sedangkan
menurut Sudarmanto dalam (Martinis Yamin, 2010: 154) menegaskan manfaat catatan
dan ringkasan adalah sebagai berikut :
a.
Membantu mengingat
ide atau fakta.
b.
Membedakan ide atau
gagasan yang berlawanan.
c.
Mempertanyakan
kebenaran dan ketepatan pernyataan.
d.
Menaruh perhatian
pada bagian yang memiliki bobot dan makna penting.
Lebih lanjut, Bobbi DePorter
dan Mike Hernacki (2011:
148) juga menjelaskan
manfaat mencatat adalah menghemat waktu
dengan membantu menyimpan informasi secara mudah dan mengingatnya kembali jika
diperlukan.
Berdasarkan pendapat
ahli di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat membuat catatan adalah catatan
membantu meningkatkan daya ingat; dapat menghemat waktu dalam membantu
menyimpan informasi dan dengan
mencatat dapat membantu mempermudah dalam memahami materi pelajaran.
5.
Tahap-tahap
Membuat Catatan
Bobbi DePorter dan Mike
Hernacki (2011: 167) menjelaskan
beberapa tahapan dalam membuat catatan antara lain:
a.
Dengarkan dengan aktif
informasi yang diberikan.
b.
Amati dengan cermat
petunjuk-petunjuk yang disampaikan seperti judul, kata yang dicetak tebal atau
miring, dan sebagainya.
c.
Berpartisipasi seperti
menanyakan apabila ada informasi yang kurang jelas.
d.
Tinjauan awal yaitu
mempelajarai materi sebelum materi tersebut dibahas agar mengetahui gambaran
awal dari materi tersebut.
e.
Membuat yang auditorial
menjadi visual dengan membuat bentuk gambar dari materi yang dicatat.
f.
Jadikan mengulang itu
mudah.
g.
Bersikap teguh dalam
mencoba.
Sehubungan dengan hal
tersebut Suharyanto (2011) menjelaskan beberapa tahapan dalam membuat catatan
yaitu sebagai berikut :
a.
Mendengarkan/membaca secara
aktif; yaitu mengaitkan materi yang sedang didengar/dibaca dengan beberapa
pertanyaan mengapa, bagaimana, kapan, apa, siapa dan dimana serta hubungannya
dengan arti penting keberadaan/arti pentingnya kita mendengarkan kuliah atau
membaca buku.
b.
Memperhatikan secara
aktif; yaitu dengan mengetahui petunjuk-petunjuk awal dari suatu materi apakah
dalam bentuk outline, makalah. Hand out dan lain-lain
c.
Berpartisipasi;
Bertanya, menjawab, dan merespon seperlunya adalah bentukj partisipasi.
d.
Tinjauan awal; yaitu
mengetahui konsep dasar dan gambaran awal tentang suatu materi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara-cara
sebagaimana telah disebutkan di atas.
e.
Membuat yang auditorial
menjadi visual; yaitu membuat catatan agar mudah dikenali secara langsung
materi yang ditulis sebelumnya.
f.
Menjadikan pengulangan
itu mudah; yaitu catatan dapat disusun kembali pada kertas-kertas lepas,
misalnya karton, plano, dll yang dapat digantung didinding, atau tempat lain
sehingga memudahkan kita untuk melihatnya.
Atau menyalin catatan pada kartu-kartu berukuran 3 X 5 cm agar mudah
membawanya ke mana-mana. Tentu saja yang
disalinkan adalah hal-hal penting dan pokok saja.
Berdasarkan pendapat
ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tahapan dalam membuat catatan adalah
mendengarkan secara aktif, mengamati dengan cermat, berpartisipasi aktif,
melakukan tinjauan awal terhadap suatu materi, membuat yang auditorial menjadi
visual, menjadikan mengulang itu mudah, dan selalu berusaha dalam mencoba
membuat catatan yang baik.
B.
Bimbingan
dan Konseling
Teknik
mind mapping
termasuk dalam layanan bimbingan
belajar dan layanan ini terdapat pada layanan
bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan
yang sistematis dan kontinu dari pembimbing
atau konselor kepada seseorang maupun sekelompok orang. Layanan
bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan membantu siswa mengatasi kesulitan
yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas perkembangannya, baik dari
perkembangan pendidikan, pekerjaan, maupun pribadinya, yang diharapkan siswa
pada akhirnya dapat meningkatkan kreativitas dalam dirinya untuk dapat
meningkatkan kualitas hidupnya.
1.
Pengertian
Bimbingan dan Konseling
Bimbingan
dan konseling terdiri dari dua kata yaitu “bimbingan” dan “konseling” yang
memiliki arti tidak jauh berbeda. Berdasarkan pasal 25 peraturan pemerintah
Nomor 28/90, bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam
rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa
depan.
Menurut
Walgito (2004: 5-6)
“Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu yang
mengalami kesulitan di dalam kehidupannya agar individu atau sekumpulan
individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya”.
Bimbingan
merupakan proses pemberian bantuan, bantuan disini bukan bantuan yang bersifat
materiil (seperti uang, sumbangan,
hadiah, dan lain-lain), melainkan bantuan yang bersifat menunjang bagi
pengembangan pribadi individu yang dibimbing.
Menurut
Crow & Crow dalam (Prayitno, 2008: 94) bimbingan adalah
bantuan yang diberikan oleh seseorang laki-laki atau perempuan, yang memiliki
kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu
setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan
pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya
sendiri.
Menurut
Sukardi (2000: 20)
“Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada seseorang atau
sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh konselor agar individu
atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri”.
Proses bimbingan yang teratur dan
sistematik dapat membantu pertumbuhan anak dalam menentukan dan mengarahkan
hidupnya sendiri, yang pada akhirnya dapat menjadi pribadi yang mandiri dan
dapat memperoleh pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi
masyarakat.
Kemandirian
yang menjadi tujuan dalam usaha bimbingan ini mencakup lima fungsi pokok yang
hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu (a) mengenal diri sendiri dan
lingkungannya sebagaimana adanya, (b) menerima diri dan lingkungan secara
positif dan dinamis, (c) mengambil keputusan, (d) mengarahkan diri sendiri, (e)
mewujudkan pribadi mandiri.
Dari
pengertian di atas bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh yang ahli (pembimbing) kepada orang lain (klien) yang sedang
bermasalah agar klien dapat mengembangkan kemampuan yang ada dalam dirinya dan
mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada serta dapat
mencapai penyesuaian diri yang baik dengan lingkungannya.
Menurut
Prayitno (2008: 105) “Konseling adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
oleh klien”.
Proses mengenai individu yang
sedang mengalami masalah dibantu untuk merasa dan bertingkah laku dalam suasana
lebih menyenangkan melalui interaksi dengan konselor.
Walgito (2004: 07) “Konseling adalah
bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya
dengan wawancara, dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi
individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya”.
Jadi konseling adalah proses
pemberian bantuan dari konselor kepada klien secara face to face untuk membantu dalam menyelesaikan masalah.
Dari
pengertian di atas dapat diartikan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu
proses bantuan yang dilakukan oleh konselor dengan klien baik perorangan maupun
kelompok untuk menyelesaikan suatu masalah dalam memperbaiki tingkah laku untuk mencapai
kebahagiaan dan merencanakan masa depan.
2.
Fungsi
Bimbingan dan Konseling
Pelayanan
bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan bimbingan
dan konseling. Menurut Prayitno (2008: 196-217) fungsi
bimbingan dan konseling di sekolah adalah sebagai berikut :
a.
Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman adalah
fungsi bimbingan dan konseling, yang akan menghasilkan pemahaman tentang
sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan
peserta didik.
b.
Fungsi pencegahan
Fungsi pencegahan
yaitu, fungsi bimbingan dan konseling, yang akan menghasilkan tercegahnya atau
terhindarnya peserta didik dari berbagi permasalahan yang mungkin timbul yang
akan dapat mengganggu, menghambat atau menimbulkan kesulitan, kegiatan-kegiatan
tertentu dalam proses perkembangannya.
c.
Fungsi pengentasan
Melalui
fungsi pengentasan ini pelayanan bimbingan dan konseling akan teratasinya berbagai permasalahan yang di alami peserta didik.
d.
Fungsi pemeliharan dan pengembangan
Fungsi
ini adalah fungsi bimbingan dan konseling, yang akan menghasilkan
terpeliharanya dan berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik , dalam rangka
perkembangannya secara terarah, mantap, dan
berkelanjutan.
Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
mencapai hasil sebagaimana terkandung dalam masing-masing fungsi itu.
Setiap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan harus secara langsung mengacu pada satu atau lebih fungsi-fungsi
tersebut agar hasil yang hendak dicapainya secara jelas dapat diidentifikasi
dan dievaluasi.
3.
Tujuan
Bimbingan dan Konseling
Tujuan
umum dari pelayanan
bimbingan dan konseling adalah sama dengan tujuan pendidikan, sebagaimana
dinyatakan dalam UU No.2 Sistem Pendidikan Nasional, yaitu terwujudnya manusia
Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri, serta
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Menurut
Nurihsan (2006: 43)
“bimbingan dan konseling mempunyai dua tujuan yaitu (a) tujuan umum dan (b)
tujuan khusus”. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
a.
Tujuan umum
1)
Memahami, menerima,
mengarahkan, dan mengembangkan minat, bakat, serta kemampuan siswa seoptimal
mungkin.
2)
Menyesuaikan diri
dengan keadaan lingkungan, keluarga, sekolah, dan masyarakat.
3)
Merencanakan kehidupan
masa depan siswa yang sesuai dengan tuntutan dunia pada saat ini ataupun masa
yang akan datang.
4)
Merencanakan kehidupan
masa depan siswa yang sesuai dengan
tuntutan dunia pada saat ini ataupun masa yang akan datang.
b.
Tujuan Khusus
Secara
khusus, layanan bimbingan dan konseling bertujuan membantu para siswa mencapai
tugas-tugas perkembangannya yaitu :
1)
Mengembangkan keimanan
dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2)
Mengembangkan hubungan
sosial yang mantap dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita. Mampu bekerja
sama dalam kelompok, menerima teman dari lawan jenis yang berbeda, dan tidak
memaksakan kehendak pada kelompoknya.
3)
Mengembangkan peran
sosial sebagai pria untuk siswa pria atau peran perempuan untuk siswa perempuan
sesuai dengan norma masyarakat.
4)
Menerima keadaan diri
dan menerapkannya secara efektif.
5)
Memiliki sikap dan
perilaku emosional yang mantap.
6)
Mempersiapkan kearah
kemandirian ekonomi.
7)
Memilih dan
mempersiapkan suatu pekerjaan.
8)
Memiliki sikap positif
terhadap perkawinan dan hidup berkeluarga.
9)
Memiliki ketrampilan
intelektual dan memahami konsep-konsep yang diperlukan untuk menjadi warga
negara yang baik.
10)
Memiliki sikap dan
perilaku sosial yang bertanggung jawab.
11)
Memahami nilai-nilai
dan etika hidup bermasyarat
Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan dan konseling pada
dasarnya adalah membantu siswa dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki,
pencegahan terhadap timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangannya, dan
membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, baik sekarang maupun
masa yang akan datang, sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan
berkomunikasi secara baik dan benar.
Dengan
memperhatikan tujuan bimbingan dan konseling diatas, penelitian ini
dipergunakan untuk membantu siswa yang mengalami hambatan dalam mengembangkan
kreativitasnya dan hambatan untuk berfikir kreatif.
4.
Jenis
Layanan Bimbingan dan Konseling
Berbagai
jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan sebagai wujud penyelenggaraan
pelayanan bimbingan terhadap sasaran layanan, yaitu siswa.
Menurut Prayitno (2003: 255-328)
layanan bimbingan dan konseling yang ada disekolah antara lain yaitu : a) Layanan Orientasi,
b) Layanan Informasi, c) Layanan Penempatan dan Penyaluran, d) Layanan Bimbingan Belajar,
e) Layanan Konseling Perorangan, f) Layanan Bimbingan
dan Konseling Kelompok, dan g) Kegiatan Penunjang
Adapun
penjelasan dari kutipan diatas adalah sebagai berikut :
a.
Layanan Orientasi
Layanan
orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan
untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang
baru dimasukinya.
b.
Layanan Informasi
Layanan
informasi bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada individu yang
berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani tugas atau
kegiatan, atau untuk menekankan arah suatu tujuan atau rencana
yang dikehendaki.
c.
Layanan Penempatan dan
Penyaluran
Individu sering
mengalami kesulitan dalam menentukan
pilihan, sehingga tidak sedikit individu yang bakat, kemampuan minat dan
hobinya tidak tersalurkan
dengan baik. Individu seperti itu tidak
mencapai perkembangan secara optimal. Mereka memerlukan bantuan atau bimbingan
dari orang-orang dewasa, terutama konselor dalam menyalurkan dan mengembangkan
dirinya.
d.
Layanan Bimbingan Belajar
Layanan Bimbingan belajar dilaksanakan melalui tahap-tahap : a)
pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, b) pengungkapan sebab-sebab
timbulnya masalah belajar, dan c) pemberian bantuan pengentasan masalah
belajar.
e.
Layanan Konseling
Perorangan
Merupakan bentuk
pelayanan khusus berupa hubungan langsung tatap muka antara konselor dengan
klien.
f.
Layanan Bimbingan dan Konseling
Kelompok
Layanan konseling
kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang mengarahkan layanan kepada
sekelompok individu.
g.
Kegiatan Penunjang
Pelaksanaan
berbagai jenis layanan bimbingan konseling memerlukan sejumlah kegiatan
penunjang. Konselor perlu diperlengkapi dengan berbagai data, keterangan dan
informasi, terutama tentang kliendan lingkungannya.
Setiap layanan yang ada
dalam bimbingan dan konseling seperti yang tertera di atas memiliki teknik-teknik / metode-metode
tersendiri. Dari berbagai macam layanan yang telah disebutkan, layanan
bimbingan belajar terutama teknik mind mapping dapat
diberikan kepada siswa dalam upaya untuk
meningkatkan keterampilan mencatat.
C.
Teknik Mind Mapping
1. Pengertian Mind Mapping
Maurizal Alamsyah (2009: 20) mendefinisikan mind mapping sebagai suatu teknik visual
yang dapat membantu menyelaraskan proses belajar dengan cara kerja alami otak.
Lebih lanjut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2011: 152) menjelaskan Peta pikiran merupakan
teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan
prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu kesan yang lebih dalam. mind map
adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil
informasi ke luar otak mind map
adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan”
pikiran-pikiran kita. (Tonny Buzan, 2011: 4). Menurut Sutanto Windura
(2008: 16), mind map adalah suatu
teknis grafis yang dapat membantu dalam mengeksplorasi seluruh kemampuan otak
kita untuk keperluan berpikir dan belajar.
Berdasarkan beberapa pengertian mind mapping di atas maka dapat disimpulkan bahwa mind mapping merupakan metode pencatatan melalui media tulisan,
gambar, warna, dan tata ruang untuk mengoptimalkan kemampuan otak baik otak
kanan maupun otak kiri secara seimbang.
2. Keuntungan Metode Mind Mapping
Keuntungan
mind mapping menurut Tony Buzan (2011: 5)
adalah :
a.
Memberi pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas.
b.
Memungkinkan kita
merencanakan rute atau membuat pilihan-pilihan dan mengetahui ke mana kita akan
pergi dan di mana kita berada.
c.
Mengumpulkan sejumlah
besar data di
satu tempat.
d.
Mendoronga memecahkan masalah
dengan membiarkan kita melihat
jalan-jalan terobosan kreatif baru.
e.
Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna dan
diingat.
Pendapat
yang sama mengenai keuntungan penggunaan metode Mind Maping dijelaskan oleh
Maurizal Alamsyah (2009: 23).
a.
Dapat melihat gambaran
secara menyeluruh dengan jelas.
b.
Dapat melihat detilnya
tanpa kehilangan benang merah antar topik.
c.
Terdapat pengelompokkan
informasi.
d.
Menarik perhatian mata
dan tidak membosankan.
e.
Memudahkan kita
berkonsentrasi.
f.
Proses pembuatannya
menyenangkan karena melibatkan gambar-gambar, warna dan lain-lain.
g.
Mudah mengingatnya
karena ada penanda-penanda visualnya.
Menurut
Sutanto Windura (2008: 18-24) menyebutkan keunggulan mind maping adalah sebagai berikut :
a.
Peta Pikiran
memungkinkan melihat gambaran keseluruhan dan detil permasalahan pada saat yang
bersamaan.
b.
Penggunaan kata kunci
yang kuat.
c.
Penggunaan
gambar dapat mengaktifkan otak kanan.
d.
Penggunaan
warna dapat menyenangkan otak.
e.
Terdapat
pengelompokkan informasi sehingga akan mudah diingat.
f.
Menggunakan
hierarki antara informasi sehingga tingkat kepentingan informasi juga
diperhatikan.
g.
Peta pikiran
menggunakan prinsip asosiasi informasi sehingga hubungan antarinformasi menjadi
jelas dan sistematis.
h.
Penggunaan tata ruang
yang menarik perhatian akan menyebabkan pemusatan perhatian otak.
i.
Peta pikiran bersifat
unik sehingga mudah diingat.
Sedangkan
menurut Iwan Sugiarto (2004: 78), keuntungan menggunakan mind mapping adalah:
a.
Lebih dapat
berkonsentrasi dan mengembangkan pemikiran melalui penggunaan kata-kata kunci.
b.
Mind
mapping sangat cocok untuk mengulang kembali
apa yang telah dipelajari. Melalui pemikiran dasar yang sudah ada,
direkonstruksi dan diingat kembali lalu dikaitkan dengan kata-kata kunci yang
telah dipergunakan.
c.
Dapat meringkas
beberapa lembar bahan yang dipelajari menjadi satu halaman saja.
d.
Mudah mengingat.
e.
Mind
mapping memberikan langkah pertama menuju era
persaingan. Berdasarkan beberapa
pendapat di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa keuntungan metode mind mapping adalah dapat membantu dalam
memusatkan perhatian dan konsentrasi, memudahkan dalam mengingat suatu
informasi, membantu meringkas beberapa lembar materi menjadi satu halaman saja
dan membuat belajar menjadi menyenangkan dan tidak membosankan.
3. Hal-hal yang Harus
Diperhatikan dalam Membuat Mind Mapping
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam membuat mind
mapping menurut Iwan Sugiarto (2004: 78-79) sebagai berikut :
a.
Kertas yang dipakai
harus kosong, berukuran A4 atau A3 (atau lebih besar bila diperlukan).
b.
Posisi kertas harus
tidur (landscape).
c.
Mulailah dari tengah
kertas untuk menggambar tema utamanya (sedapat mungkin berbentruk gambar bukan
tulisan).
d.
Penggunaan tiga atau
empat warna dalam menggambar tema utama yang berukuran kurang lebih 4-5 cm.
e.
Tulisan kata-kata dalam
membuat mind mapping harus berbentuk huruf cetak.
f.
Panjang kata tersebut
sama panjangnya dengan cabang atau garisnya.
g.
Cabang utama dibuat
lebih tebal, dan melengkung supaya tidak kaku.
h.
Pakailah satu kata
dalam satu cabang.
i.
Kata kunci tersebut
biasanya berupa kata benda atau kata kerja.
j.
Garis yang satu
berhubungan dengan garis lain dengan tidak terputus.
k.
Pergunakanlah gambar-gambar,
kode-kode, dan simbol-simbol bila memungkinkan, supaya lebih mudah diingat dan
warnailah.
l.
Buatlah mind mapping
anda indah, unik, artistik, lucu, aneh, berwarna-warni penuh dengan daya
khayal, spesial dan menyenangkan.
Sedangkan
menurut Sutanto Windura (2008: 34-35)
hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat mind mapping sebagai berikut :
a.
Pusat mind mapping berupa gambar dan
diletakkan di tengah-tengah kertas.
b.
Cabang utama memancar
dari pusat mind mapping ke segala
arah.
c.
Gunakan warna yang
berbeda untuk cabang utama yang berbeda.
d.
Panjang cabang sesuai
dengan panjang kata kunci di atasnya.
e.
Kata yang ditulis di
atas cabang berupa kata kunci.
f.
Tambahkan gambar dan
warna sebanyak-banyaknya dalam membuat Mind Mapping.
g.
Jangan menggunakan
kertas bergaris-garis.
Lebih
lanjut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2007: 157) menyebutkan
hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan Mind Mapping adalah
a.
Di tengah kertas,
buatlah lingkaran dari gagasan utamanya.
b.
Tambahkan sebuah cabang
dari pusatnya untuk tiap-tiap poin kunci dan gunakan pulpen warna-warni.
c.
Tulislah kata kunci / frase pada tiap-tiap
cabang, kembangkan untuk menambahkan detail-detail.
d.
Tambahkan simbol dan
ilustrasi.
e.
Gunakan huruf kapital.
f.
Tulislah gagasan
penting dengan huruf yang lebih besar.
g.
Garis bawahi kata-kata
penting dan gunakan huruf tebal.
h.
Bersikap kreatif dan
berani.
i.
Gunakan bentuk-bentuk
acak untuk menunjukkan poin-poin atau gagasan-gagasan.
j.
Buatlah peta pikiran
secara horizontal.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menbuat mind maping adalah menggunakan kertas
polos dan dibuat dalam posisi horizontal, gagasan utama materi berada di
tengah-tengah kertas, menggunakan banyak warna dan gambar pada setiap cabang
yang berisi kata kunci, cabang dibuat meliuk dan semakin jauh dari pusat
semakin tipis, serta bersikap kreatif dalam membuat mind mapping.
4. Elemen-elemen Mind Maping
Elemen-elemen
mind maping menurut Maurizal Alamsyah (2009: 25-30) adalah
a.
Pusat peta pikiran
merupakan ide atau gagasan utama yang ditulis dalam bentuk teks ataupun suatu
gambar dan diletakkan di tengah-tengah kertas.
b.
Cabang utama adalah
cabang tingkat pertama yang langsung memancar dari pusat peta pikiran yang
disebut Basic Ordering Ideas (BOI). Dalam prakteknya, jika meringkas buku,
cabang utama ini dapat berupa bab-bab buku tersebut.
c.
Cabang merupakan
pancaran dari cabang utama dan ditulis ke segala arah dengan bentuk dibuat
meliuk dan panjangnya sesuai dengan panjang kata kunci yang ada di atasnya.
d.
Kata merupakan kata
kunci. Pada setiap cabang terdiri dari satu kata kunci dan ditulis di atas
cabang. Semakin
menjauhi pusat peta pikiran semakin kecil hurufnya.
e.
Gambar merupakan
visualisasi kata kunci dari cabang. Tidak ada aturan baku tentang penggunaan
gambar. Penggunaan gambar sangat subyektif.
f.
Warna dianjurkan
menggunakan warna-warna yang menarik.
Lebih
lanjut Sutanto Windura (2008: 34-35)
menyebutkan elemen-elemen mind mapping
adalah sebagai berikut:
a.
Pusat Mind mapping merupakan ide / gagasan utama, biasanya
merupakan judul bab suatu pelajaran atau permasalahan pokoknya. Pusat peta
pikiran harus berupa gambar yang disertai dengan tulisan dan terletak di
tengah-tengah kertas.
b.
Cabang Utama sering
disebut dengan BOI (Basic Ordering
Ideas), merupakan cabang tingkat pertama yang langsung memancar dari pusat
peta pikiran. Setiap cabang utama yang berbeda sebaiknya menggunakan warna yang
berbeda.
c.
Cabang diusahakan
meliuk, bukan sekedar melengkung atau lurus. Pangkal mulai dari tebal lalu
menepis dan semakin jauh dari pusat semakin tipis. Panjang cabang sesuai dengan
panjang kata kunci/gambar di atasnya dan memancar ke segala arah.
d.
Kata berupa satu kata
kunci dan ditulis di atas cabang. Semakin ke luar, semakin kecil ukuran
hurufnya dan kata ditulis tegak.
e.
Gambar digunakan
sebanyak mungkin.
f.
Warna digunakan
sebanyak mungkin dan dibuat seperti hidup.
g.
Tata Ruang disesuaikan
dengan besar kertas.
Elemen-elemen
mind mapping dari pendapat ahli di
atas dapat diambil kesimpulan yaitu terdiri atas pusat peta pikiran yang
merupakan gagasan utama, cabang utama yang merupakansubbabdari materi yang
diringkas, cabang merupakan perpanjangan dari cabang utama, kata berupa kata
kunci dan ditulis di atas cabang, gambar yang dalam penggunaannya tidak
dibatasi, warna digunakan sesuai kreatifitas masing-masing individu, dan tata
ruang yang disesuaikan dengan besarnya kertas yang digunakan.
5.
Peralatan
yang digunakan dalam Membuat Map
Mapping
Alat-alat
yang perlu dipersiapkan pada saat membuat Mind Mapping menurut Tony Buzan (2011: 14) adalah :
a.
Kertas kosong tak bergaris
b.
Pena dan pensil warna
c.
Otak
d.
Imajinasi
6. Langkah-langkah Membuat
Mind Mapping
Dalam
membuat mind mapping terdapat
beberapa langkah menurut Tony Buzan (2011:
15-16) antara lain :
a.
Mulai dari bagian
tengah kertas
kosong yang sisi panjangnya diletakkan
dalam mendatar. Hal ini dikarenakan
memulai dari tengah memberi kebebasan
kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan mengungkapkan dirinya lebih bebas dan alami.
b.
Gunakan gambar atau foto ide sentral, karena sebuah gambar bermakna seribu
kata serta membantu menggunakan imajinasi. Selain itu, sebuah gambar sentral
akan lebih menarik, membuat tetap fokus, membantu berkonsentrasi dan
mengaktifkan otak.
c.
Gunakan warna, karena
bagi otak, warna
sama menariknya dengan gambar sehingga peta pikiran lebih hidup, lebih kreatif
dan menyenangkan.
d.
Hubungkan cabang-cabang
utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke
tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Hal ini dikarenakan, otak bekerja menurut
asosiasi. Bila menghubungkan cabang-cabang akan lebih mudah mengerti dan
mengingat.
e.
Buatlah garis hubung
yang melengkung bukan
garis lurus. Hal ini dikarenakan garis lurus akan membosankan otak.
f.
Gunakan satu kata kunci
untuk setiap garis. Hal ini dikarenakan, kata kunci tunggal memberi lebih
banyak daya dan fleksibilitas pada mind
mapp.
D.
Kerangka Berpikir
Keterampilan
mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar dan
turut berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar siswa. Mencatat yang termasuk
aktivitas belajar adalah apabila dalam mencatat itu orang menyadari kebutuhan
dan tujuannya, serta menggunakan seperangkat tertentu agar catatan itu nantinya
berguna bagi pencapaian tujuan belajar. Penulisan catatan bertujuan untuk
mendapatkan poin-poin kunci dari buku-buku, laporan, sekolah dan lain-lain yang
kemudian ditulis kembali agar berguna untuk keperluan belajar di masa-masa
selanjutnya. Kegiatan mencatat dapat ditunjukkan dengan adanya minat membuat
catatan, kebenaran
ejaan dalam penulisan, kelengkapan catatan yang dibuat, kreativitas dalam
membuat catatan dan kerapian catatan. Catatan yang baik dan efektif dapat
membantu dalam mengingat detail-detail tentang poin-poin kunci, memahami konsep
utama dan melihat kaitannya. Oleh karena itu, keterampilan mencatat sangat
penting keberadaannya dalam pembelajaran.
Keterampilan
mencatat harus dimiliki oleh setiap siswa karena kemampuan otak untuk mengingat bacaan atau informasi
dari guru sangatlah terbatas. Oleh karena itu, adanya metode pencatatan menarik
dan kreatif sangat diperlukan untuk meningkatkan keterampilan mencatat siswa. Teknik mind
mapping merupakan salah satu metode yang
kreatif dan menarik. Selain itu, mind
mapping juga akan mempermudah siswa mengingat suatu materi dan dapat
mempercepat proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan metode mind mapping dapat dibuat oleh guru dan
siswa. Dengan gambar yang telah dibuat sendiri maka siswa akan termotivasi
untuk membuka bukunya dan mempelajarinya kembali. Dengan mind mapping pelajaran yang materinya banyak dan rumit dapat
diringkas menjadi diagram warna-warni, teratur dan mudah diingat dan bekerja
sesuai dengan cara kerja alami otak. Mind mapping akan membawa siswa dari
pencatatan tradisional menuju pencatatan yang lebih fokus dan sistematis. Hanya
dengan gambar atau catatan kecil, siswa dapat memahami suatu materi secara
keseluruhan tanpa harus membawa buku. Dengan begitu siswa akan mudah memahami
dan mengingat materi yang telah disampaikan oleh guru.
E.
Hipotesis
Tindakan
Menurut
Suharsimi Arikunto (2010: 110)
hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban
yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti
melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan
teori yang telah diuraikan di atas maka dapat diajukan hipotesis dari penelitian
tindakan ini adalah ”Teknik mind mapping
dapat meningkatkan keterampilan mencatat pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bukateja Tahun Ajaran 2012/2013.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Identifikasi
Variabel Penelitian
Menurut
Sugiyono (2010: 61) variabel adalah suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Berdasarkan judul penelitian maka peneliti mengidentifikasi variabel
penelitiannya yaitu keterampilan mencatat.
Variabel ini diungkap dengan menggunakan teknik mind mapping.
B.
Definisi
Operasional Variabel Penelitian
Adapun
definisi operasional variabel pada penelitian ini yaitu keterampilan mencatat dijelaskan sebagai
berikut :
Mencatat
yang termasuk aktivitas belajar adalah apabila dalam mencatat itu orang
menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta menggunakan seperangkat tertentu agar
catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan belajar. Keterampilan mencatat
dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan
suatu metode melalui aktifitas menulis.
Pada penelitian ini keterampilan mencatat siswa diungkap melalui teknik mind mapping. Mind mapping
merupakan metode pencatatan melalui media tulisan, gambar, warna, dan tata
ruang untuk mengoptimalkan kemampuan otak baik otak kanan maupun otak kiri
secara seimbang. Mind mapping pada penelitian ini akan
diberikan kepada siswa yang memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut :
a)
Minat membuat catatan
rendah.
b)
Adanya kesalahan dalam
menulis suatu kalimat.
c)
Catatan yang dibuat
belum lengkap.
d)
Kurang berkreasi dalam
membuat catatan.
e)
Catatan yang dibuat
belum rapi.
C.
Pendekatan
Penelitian
Pendekatan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) atau Classroom
Action Research (CAR). Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 4) menjelaskan penelitian
tindakan kelas merupakan penelitian yang dilaksanakan tidak hanya sebatas di
kelas saja, tetapi bisa juga dilakukan di lapangan dan tempat-tempat lain yang
sesuai dengan bidang tugas masing-masing”.
Penelitian
tindakan lazimnya dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan atau pendekataan
baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung pada ruang kelas
atau ajang dunia kerja (Suwarsih Madya, 1994: 120). Pelaksanaan
penelitian tindakan kelas diharapkan dapat menghasilkan beberapa peningkatan
dan perbaikan dalam hal :
1.
Kualitas
penggunaan media, alat bantu mengajar, dan lainnya.
2.
Kualitas
prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil
belajar siswa.
3.
Masalah
pendidikan anak disekolah.
4.
Kualitas
penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa.
5.
Kinerja
siswa belajar disekolah.
6.
Mutu
pembelajaran di kelas.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka alasan peneliti
menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah untuk meningkatkan keterampilan mencatat pada
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bukateja Tahun Ajaran 2012/2013.
D.
Subjek Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 188) subyek penelitian subjek yang
dituju untuk diteliti oleh peneliti. Jika kita bicara tentang subjek penelitian, sebetulnya kita berbicara
tentang unit analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran
peneliti.
Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1
Bukateja dimana subyek penelitian diambil melalui purposive
sampling yaitu teknik menentukan
sampel dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara
maksimal (Suharsimi Arikunto, 2010: 33). Pada penelitian ini kriteria adalah sebagai
berikut:
1)
Minat membuat catatan rendah.
2)
Adanya kesalahan dalam menulis suatu kalimat.
3)
Catatan yang dibuat belum lengkap.
4)
Kurang berkreasi dalam membuat catatan.
5)
Catatan yang dibuat belum rapi.
E.
Tempat
Dan Waktu Penelitian
1.
Tempat penelitian
Tempat penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah SMP
Negeri 1 Bukateja.
2.
Waktu penelitian
Waktu penelitian akan
dilaksanakan pada bulan
..............
F.
Rancangan Penelitian
Sebenarnya ada beberapa yang mengembangkan model
penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar
terdapat empat tahapan yang akan dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian ini akan
menggunakan model penelitian Kemmis
dan Taggart, dapat
digambarkan sebagai berikut :
Keterangan gambar :
1.
Perencanaan
2.
Perlakuan &
Pengamatan
3.
Refleksi
4.
Perencanaan
5.
Perlakuan &
Pengamatan
6.
Refleksi
Gambar 1.
Model Penelitian Tindakan Kemmis dan MC Taggart
(Suharsimi
Arikunto, 2010: 132)
Berdasarkan gambar 1. model penelitian tindakan kelas
menurut Kemmis dan MC Taggart, maka dalam penelitian ini dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1.
Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan
ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan fokus penelitian. Selanjutnya
guru merenung dan mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran yang telah berlangsung
sebelumnya, mendata kelemahan-kelemahannya diidentifikasi dan dianalisis
kelayaknnya untuk diatasi dengan PTK.
2.
Perlakuan / Pelaksanaan
tindakan (Action)
Dalam tahap ini untuk
mengatasi masalah-masalah yang telah terpilih, peneliti melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan strategi-strategi yang sesuai. Dalam hal ini
adalah metode mind mapping. Kolaborator mengamati dan membuat catatan-catatan
mengenai jalannya pembelajaran.
3.
Observasi (Observation)
Kolaborator mengamati,
mencatat dan kemudian mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan
berlangsung dengan maksud untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan
tindakan dengan rencana tindakan yang telah ditetapkan. Pengamatan yang
dilakukan secara komprehensif dengan memanfaatkan panduan observasi.
4.
Refleksi (Reflection)
Dalam tahap refleksi
peneliti bersama dengan kolaborator mendiskusikan hasil pengamatan yang telah
dilakukan, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata
dalam pemberian tindakan. Kelemahan dan
kekurangan yang telah ditemukan pada siklus terdahulu dapat digunakan sebagai
dasar penyusunan rencana tindakan pada siklus berikutnya. Sehingga siklus
selanjutnya akan menjadi lebih baik daripada siklus sebelumnya.
Berdasarkan
tahapan dalam penelitian tindakan tersebut, maka dalam satu kelas akan
diberikan beberapa kali tindakan untuk membuktikan hipotesis tindakan.
Banyaknya siklus yang dilaksanakan dalam penelitian ini tidak ditentukan.
Siklus akan selesai jika peneliti sudah merasa puas atau berhasil meningkatkan
keterampilan mencatat siswa dengan tindakan yang dilakukan sesuai dengan
ketercapaian kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
G.
Rancangan Tindakan
1.
Rencana Pra tindakan
Sebelum melakukan
rencana tindakan, terlebih dahulu peneliti melakukan beberapa langkah pra
tindakan yang akan mendukung pelaksanaan tindakan agar dapat berjalan lancar
dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Adapun langkah-langkah tersebut
adalah sebagai berikut :
a.
Peneliti melakukan
wawancara terhadap wali kelas, guru sejarah
(karena mata pelajaran sejarah mencatatnya paling banyak) dan berbagai pihak serta
observasi untuk mengetahui keadaan dari siswa sebagai subyek dalam penelitian
tindakan ini.
b.
Peneliti melatih guru sejarah tentang cara membuat
dan menyampaikan materi dengan metode mind
mapping yang dilaksanakan selama satu minggu.
Adapun
langkah-langkah yang harus dilakukan, antara lain:
1)
Peneliti dan guru
mempersiapkan materi yang akan dibuat mind mapping
dan peralatan yang akan digunakan seperti kertas dan spidol warna-warni.
2)
Penjelasan tentang
maksud dan tujuan penggunaan mind maping.
3)
Penjelasan tentang
elemen-elemen mind mapping dan
hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat mind maping.
4)
Penjelasan tentang
langkah-langkah membuat mind maping.
5)
Guru membuat mind mapping sesuai dengan materi yang
telah dipersiapkan. Bentuk mind mapping
yang dibuat sesuai dengan keinginan guru.
6)
Peneliti melihat hasil mind mapping buatan guru dan memberikan
saran /
masukan.
7)
Peneliti dan guru
melihat dan merefleksikan kemudahan dan kesulitan selama pembuatan mind maping.
8)
Guru dikatakan telah
menguasai metode mind mapping apabila
telah berhasil membuat mind mapping sesuai dengan ketentuan, mampu memahami mind mappingnya, dan dapat menjelaskan
materi yang ada dalam mind mapping
yang dibuatnya.
9)
Peneliti melakukan
studi dokumentasi pada buku catatan siswa untuk mengetahui keterampilan
mencatat yang dimiliki siswa.
2.
Siklus Tindakan
a.
Perencanaan (Planning)
Sebelum melaksanakan tindakan
yaitu penerapan teknik mind mapping
untuk meningkatkan keterampilan mencatat siswa. Ada beberapa rencana yang harus
dilakukan kepada siswa, antara lain:
1)
Guru menyiapkan materi
yang akan disampaikan dengan teknik
mind mapping.
2)
Peneliti membagikan
peralatan yang akan digunakan untuk membuat mind mapping. Alat-alat yang
dibagikan adalah kertas dan spidol warna-warni.
3)
Guru menjelaskan
tentang maksud dan tujuan penggunaan metode mind mapping.
4)
Guru menerangkan cara
membuat mind mapping.
b.
Pelaksanaan tindakan (Action)
Peneliti mempersiapkan
materi yang akan digunakan dengan metode mind mapping. Adapun langkah-langkah
dalam siklus tindakan sebagai berikut :
1)
Guru kelas sebagai fasilitator
yang menggunakan teknik mind mapping
untuk menjelasakan materi.
2)
Siswa membuat mind mapping sesuai dengan materi yang disampaikan oleh guru.
Bentuk mind mapping yang dibuat
sesuai dengan keinginan siswa.
3)
Guru dan peneliti
mengkondisikan siswa untuk merefleksikan kesulitan dan kemudahan yang ditemui
dalam proses pembelajaran.
4)
Guru, peneliti dan
siswa merefleksi proses pembelajaran.
c.
Observasi (Observasion)
Pengamatan terhadap
proses pembuatan mind mapping dilakukan untuk mengetahui keberhasilan apakah
mind mapping yang telah dibuat oleh siswa dapat meningkatkan keterampilan
mencatat siswa, serta sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan refleksi.
Observasi didukung dengan pedoman observasi yang telah dirancang sebelumnya.
Dalam observasi atau pengamatan ini mempunyai dua tujuan yaitu : 1) untuk mengetahui
kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan, 2) untuk mengetahui
seberapa besar pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat meningkatkan
perubahan yang diharapkan.
d.
Refleksi (Reflection)
Refleksi dilakukan
dengan melihat proses dan hasil yang didapat dari tindakan pertama. Pada proses
refleksi pertama melihat keberhasilan
proses penggunaan teknik mind mapping.
Keberhasilan penggunaan mind maping
dapat dilihat dari ketepatan guru menggunakan teknik mind
mapping. Refleksi kedua dilaksanakan dengan
melihat hasil dari pembuatan mind mapping
siswa serta pemahaman siswa terhadap catatannya. Studi dokumentasi akan
berfungsi sebagai post test I yang selanjutnya untuk menemukan bukti nyata dan
menilai seberapa tingkat perbedaan keterampilan mencatat siswa setelah diberi
tindakan. Jika rata-rata subyek penelitian telah mencapai kriteria baik maka
penelitian dihentikan. Adapun kriteria keberhasilan keterampilan mencatat
tersebut adalah
a)
Tulisan jelas, semua
benar,dan mudah dibaca.
b)
Catatan bersih dan
rapi.
c)
Isi catatan sesuai
dengan informasi yang diterima
d)
Kreativitas tinggi.
e)
Catatan lengkap.
f)
Mind mapping yang
dibuat jelas, dapat dibaca, dan kreatif.
H.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh penelitian untuk mengumpulkan
atau memperoleh data. Metode
yang dipakai dalam penelitian ini adalah dokumentasi, observasi, wawancara.
1.
Dokumentasi
Menurut
Suharsimi Arikunto (2010:
274) metode dokumentasi
adalah metode pencarian data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, makalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain
sebagainya.
Di
dalam penelitian ini, dokumentasi dilaksanakan dengan meneliti buku catatan
siswa untuk mengetahui keterampilan mencatat siswa. Dokumentasi dilakukan
berdasarkan pada pedoman dokumentasi yang telah dibuat.
2.
Observasi atau Pengamatan
Menurut
Suharsimi Arikunto (2010: 272)
observasi atau pengamatan adalah kegiatan yang meliputi pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.
Observasi
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis yaitu dengan
menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Observasi dalam penelitian
ini dilaksanakan untuk mengamati proses pelaksanaan pencatatan yang dilakukan
oleh siswa.
3.
Wawancara (interview)
Menurut
Suharsimi Arikunto (2010: 270)
interview atau wawancara adalah suatu percakapan yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Wawancara
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin. Wawancara
bebas terpimpin dipilh sebagai teknik pengumpulan data dikarenakan siswa kelas VII yang menjadi subyek
penelitian masih memerlukan arahan dan belum dapat mengemukakan jawabannya
dengan baik sehingga dalam melaksanakan wawancara masih diarahkan dan
terpimpin. Dalam penelitian kali ini, wawancara ditujukan kepada siswa untuk
mengetahui persepsi siswa terhadap keterampilan mencatat sebelum diberikan
tindakan. Selain itu, untuk mendukung data hasil wawancara dari siswa, peneliti
juga melakukan wawancara kepada guru kelas terutama kepada guru Sejarah.
I.
Instrumen Penelitian
Suharsimi Arikunto (2006: 160) mendefinisikan “Instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”. Berikut ini akan diuraikan
tentang instrumen yang digunakan dalam penelitian.
1.
Pedoman Dokumentasi
Pedoman
dokumentasi berisi tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan hal-hal yang ada
pada dokumen yang diamati. Pada pedoman dokumentasi ini, di buat tabel kisi-kisi dokumentasi keterampilan mencatat
dan tabel kisi-kisi dokumentasi mind mapping
yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi Keterampilan Mencatat
No.
|
Indikator
|
Sub indikator
|
Deskripsi Data
|
1.
|
Kebenaran ejaan
|
Catatan yang dibuat tidak terdapat kesalahan penulisan huruf
|
|
Catatan berupa kata / kalimat baku
|
|
||
Terdapat kata-kata yang disingkat
|
|
||
2.
|
Kebenaran isi catatan
|
Isi catatan benar dan sesuai
dengan informasi yang diterima
|
|
3.
|
Kelengkapan catatan
|
Catatan yang dibuat berisi semua informasi yang diberikan oleh guru
|
|
Mencatat dengan runtut sesuai dengan informasi yang diterima
|
|
||
Halaman buku penuh dengan catatan
|
|
||
4.
|
Kreativitas dalam membuat catatan
|
Menggunakan gambar, warna dan simbol dalam membuat catatan
|
|
Mengatur penulisan catatan dengan baik
|
|
||
Membuat catatn sesuai dengan catatan materi yang diberikan guru.
|
|
||
5.
|
Kerapian catatan
|
Catatan yang dibuat tampak bersih
|
|
Menulis identitas pribadi pada buku catatan
|
|
||
Tulisan jelas dan mudah dibaca
|
|
||
Terdapat coretan / tipe-x pada catatan
|
|
Tabel 2.
Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi Mind Mapping
No.
|
Indikator
|
Sub Indikator
|
Deskripsi Data
|
1.
|
Penggunaan Mind Mapping
|
a)
Pemilihan gambar
b)
Penggunaan warna
c)
Letak pokok materi
d)
Kesesuaian panjang cabang dan
kata
e)
Penggunaan kata kunci
f)
Penggunaan kertas
|
|
2.
Pedoman Observasi
Dalam
penelitian ini berisi tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan hal-hal yang
akan diobservasi. Pada lembar observasi ini, aspek yang akan diobservasi adalah
proses pelaksanaan pencatatan siswa dengan mind
mapping dengan kajian teori beserta sub indikatornya yang dapat diamati
dengan panca indra yang kemudian di
buat tabel kisi-kisi observasi yaitu sebagai berikut :
Tabel
3. Kisi-kisi Pedoman Observasi Kelas
No.
|
Aspek yang diamati
|
Indikator
|
Kualifikasi
|
||
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
|||
1.
|
Keaktifan siswa di kelas
|
a)
Mendengarkan penjelasan guru
b)
Perhatian siswa ketika pelajaran
berlangsung
c)
Mencatat materi pelajaran
|
|
|
|
2.
|
Keterampilan mencatat siswa
|
a)
Bentuk catatan yang dibuat
b)
Kebenaran ejaan
c)
Kebenaran isi catatan
d)
Kelengkapan isi catatan
e)
Kreatifitas dalam membuat catatan
f)
Kerapian catatan
|
|
|
|
3.
|
Penggunaan metode mind mapping
|
a)
Ketepatan siswa dalam membuat mind mapping
b)
Kendala siswa dalam membuat mind mapping
|
|
|
|
Skala penilaian :
a.
Baik : 3
b.
Cukup : 2
c.
Kurang : 1
3.
Pedoman wawancara
Pedoman wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini berisi daftar pertanyaan
yang diajukan kepada siswa sebagai subyek utama penelitian dan guru kelas
sebagai data pendukung untuk mengetahui bagaimana keterampilan
mencatat siswa sebelum dilakukan tindakan,
yang kemudian dibuat tabel kisi-kisi wawancara yaitu sebagai berikut :
Tabel
4. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Siswa
No.
|
Aspek yang dicari
|
Indikator
|
Deskripsi Data
|
1.
|
Motivasi membuat catatan
|
a)
Senang mencatat
b)
Sadar akan pentingnya
mencatat
c)
Mencatat atas
inisiatif sendiri
|
|
2.
|
Penggunaan teknik mind mapping
|
a)
Ketertarikan pada
teknik mind mapping
b)
Kendala yang dihadapi
dalam membuat mind mapping
|
|
Tabel
5. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru
No.
|
Aspek yang dicari
|
Indikator
|
Deskripsi Data
|
1.
|
Keaktifan siswa di kelas
|
a)
Perhatian siswa
ketika guru menyampaikan materi
b)
Kegiatan yang
dilakukan siswa selama pelajaran berlangsung
|
|
2.
|
Keterampilan mencatat siswa
|
a)
Keajegan guru dalam
memberikan catatan
b)
Keinginan siswa
mencatat materi
c)
Bentuk catatan siswa
d)
Keajegan guru
memantau buku catatan siswa
|
|
3.
|
Penggunaan metode mind mapping
|
a)
Ketertarikan siswa
terhadap teknik mind mapping
b)
Kendala yang dihadapi
selama penyampaian materi dengan teknik mind
mapping
|
|
Comments
Post a Comment
Tinggalkan Komentar Anda