Skip to main content

Psikologi Kepribadian (kecemasan)

MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II
KECEMASAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi kepribadian II
Dosen Pengampu Dra.Alif Muarifah




Disusun oleh :
Nopiansah                   (08001083)
Aji ilham                     (08001091)
Iwan Subianto
Astria Agustina           (08001100)
Uswatun Khasanah     (08001103)
Moch. Chevy Pamuji  (08001104)
Yunita Megawati        (08001105)
Gandi Septiono           (08001113)
Mubarochul Romdhoni(08001126)


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2010




KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu meskipun masih jauh dari tingkat kesempurnaan. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian II  yang diampu oleh Dra. Alif Muarifah mengenai “Kecemasan”. Dengan tujuan agar Mahasiswa mengetahui seberapa pentingnya  pengetahuan tentang kecemasan sebagai kontrol diri.
Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan. Saran dan kritik yang membangun diharapakan demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sebagai calon tenaga kependidikan. Amin,,,,

Yogyakarta, Mei 2010
                                                                                                                                                                                                                                                                                                         Penyusun







BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Cemas merupakan sebuah emosi dan pengalaman subyektif dari seseorang terhadap suatu keadaan yang membuat seseorang tidak nyaman. Cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Menurut DepKes RI, 1990 ( dalam perawatpsikiatri.blogspot.com) kecamasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyengkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak di ketahui dan berasa dari dalam. Menurut Stuart and Sundeens,1998(dalam perawatpsikiatri.blogspot.com), kecemasan adalah didefinisikan suatu perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi  ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal.
Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktifitas sistem syaraf otonom. Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang normal (Kusuma W, 1997).Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual (Kaplan, Sadock, 1997).

Setiap orang memiliki tanda-tanda kecemasan masing-masing dalam realitanya kecemasan biasanya terjadi karena adanya reaksi individu terhadap ancaman, ketidak senangan dan pengrusakan yang dihadapinya yang menyebabkan dia menjadi cemas atau takut. Kecemasan atau ketakutan yang tidak dapat dikuasai oleh seseorang dengan tindakan-tindakan yang efektif akan membawa seseorang situasi ketidak berdayaan,oleh karena itu seseorang memerlukan adanya pengetahuan tentang kecemasan. Dan banyak kita lihat seseorang yang mengalami suatu kecemasan tidak mengetahui apa yang menjadi penyebab kecemasan itu sendiri. Ketika seorang mahasiswa di mintai suatu pendapat atau argument yang harus di sampaikan di depan kelas banyak dari mereka yang mengalami kecemasan, misalnya : jantung berdebar debar, gemetar, keluar keringat dingin , wajah pucat dan hilangnya konsentrasi dll.

B.     TUJUAN
Untuk mengetahui tentang kecemasan dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya, dan secara teori bagaimana kecemasan itu bisa terjadi.


C.    MANFAAT
Dengan mengetahui tentang kecemasan dan faktor yang dapat mempengaruhinya, maka kita dapat mengontrol diri untuk melakukan tindakan-tindakan yang positif ketika kecemasan itu muncul pada diri kita.





             











BAB II
LANDASAN TEORI

Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk mengambil aksi penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan rasa aman datang lagi. Namun bila konflik terus berkepanjangan, maka kecemasan ada pada tingkat tinggi. Mekanisme pertahanan diri dialami sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan tingkah laku ritualistik. Konsep psikodinamik menurut Freud ini juga menerangkan bahwa kecemasan timbul pertama dalam hidup manusia saat lahir dan merasakan lapar yang pertama kali. Saat itu dalam kondisi masih lemah, sehingga belum mampu memberikan respon terhadap kedinginan dan kelaparan, maka lahirlah kecemasan pertama.
Kecemasan berikutnya muncul apabila ada suatu keinginan dari Id untuk menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka terjadilah konflik dalam ego, antara keinginan Id yang ingin pelepasan dan sangsi dari super ego lahirlah kecemasan yang kedua. Konflik-konflik tersebut ditekan dalam alam bawah sadar, dengan potensi yang tetap tak terpengaruh oleh waktu, sering tidak realistik dan dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul ke permukaan melalui tiga peristiwa, yaitu : sensor super ego menurun, desakan Id meningkat dan adanya stress psikososial, maka lahirlah kecemasan-kecemasan berikutnya (Prawirohusodo, 1988). Kecemasan menurut freud di bagi menjadi 3 macam kecemasan :
a.       Kecemasan realistis
Adalah kecemasan atau ketakutan terhadap bahaya- bahaya dari dunia luar yang benar benar secara nyata menimbulkan ancaman bagi orang yang bersangkutan.
b.      Kecemasan neurotis
Adalah kecemasan yang berkaitan dengan insting insting yang kemungkinan tidak terkendalikan orang berbuat sesuatu yang di ancam dengan hukuman.



c.       Kecemasan moral
Adalah keemasan kata hati, superego berkembang baik sehingga cenderung memiliki rasa kecemasan tinggi jika melakukan sesuatu atau bahkan baru berfikir melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma moral yang berlaku.

Kecemasan bisa timbul pada anak, remaja dan dewasa. Kecemasan dapat disebabkan karena efek dari kegelisahan dan kesedihan. Hal itu bisa muncul karena adanya satu domain (misalnya di tempat kerja) akan mempengaruhi keputusan lain (misalnya di rumah), mekanisme informasi juga mempengaruhi perasaan cemas yang diartikan bahwa lingkungan yang tidak tepat dan tidak terkendali akan menyebabkan kesedihan dan menyebabkan rasa cemas (Raghunathan dan Pham 1999) dalam Journal Of Consumer Research. Kecemasan secara khusus memainkan peran sentral dalam gejala panik. Kegelisahan mengacu pada ketakutan berlebih dan sensasi kecemasan, didasarkan pada keyakinan bahwa sensasi itu berbahaya (Reiss 1987, 1991) dalam The Spanish Journal of Psychology. Kepekaan terhadap kecemasan juga memprediksi gejala panik terhadap tantangan sensasi tidak nyaman (Messenger & Shean, 1998) dalam The Spanish of Journal of Psychology. Data empiris juga menunjukan bahwa subyek yang memiliki gangguan panik skornya lebih tinggi terhadap kecemasan dibandingkan dengan kecemasan gangguan lain (Taylor & Cox, 1998; Taylor, Koch & McNally, 1992) dalam The Spanish Journal of Psychology.
Kecemasan juga bisa terjadi pada anak-anak dan remaja, Eric Macnaughton. Menyatakan bahwa banyak dari orang yang sama berjuang dengan mereka sebagai anak-anak. Bahkan gangguan kecemasan sebagai sebuah kelompok adalah gangguan mental yang paling umum pada orang muda. Surgeon General Amerika Serikat dalam laporannya baru-baru ini mencatat bahwa 13% remaja berusia 9-17 tahun memiliki beberapa bentuk kecemasan dan mencatat bahwa untuk sebuah minorotas kecil tapi signifikan dari remaja, kondisi ini disebut “severely disabling” artinya bahwa gejala memiliki dampak signifikan berlangsung di sekolah dan pada hubungan percintaan.
Ketidakpastian akan menimbulkan kecemasan pada seseorang yang diikuti dengan emosi yang tidak stabil dan juga penyakit-penyakit yang diderita oleh seseorang. Dalam hal ini kecemasan juga dapat dinetralisir dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT dan juga dukungan dari keluarga dan orang terdekat.




BAB III
PEMBAHASAN

Dalam teorinya  Freud mengartikan kecemasan itu adalah sebagai suatu keadaan tegang yang memaksa kita untuk berbuat sesuatu. Kecemasan ini berkembang dari konflik antara sistem id, ego dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada. Yang berfungsi mengingatkan adanya bahaya yang datang. Kecemasan akan timbul karena ego tidak bisa mengontrol antara id dan superego. Ketidaksadaran yang ada dalam diri individu yang sebenarnya ingin dimunculkan tetapi karena adanya desakan dari superego mengakibatkan tidak bisa dimunculkan dalam kesadaran. Apa yang dirasakan oleh individu dan yang ingin dilakukan tidak sesuai dengan kenyataan.
Ketika seorang individu berada pada situasi yang sebenarnya tidak dia inginkan maka dia akan mengalami kecemasan dalam dirinya, lemahnya ego akan menyebabkan ancaman yang memicu kecemasan. Sumber ancaman terhadap ego tersebut berasal dari dorongan yang bersifat insting dari id dan tuntutan tuntutan dari superego. Ego tersebut sebagai eksekutif kepribadian, karena ego mengontrol pintu pintu ke arah tindakan, memilih segi segi lingkungan kemana ia akan memberikan respon dan memutuskan insting insting manakah yang akan di puaskan dan bagimana caranya. Dalam melaksanakan fungsi fungsi eksekutif ini, ego harus berusaha mengintegrasikan tuntutan id, superego dan dunia luar yang serimg bertentangan. Hal ini sering menimbulkan tegangan berat pada ego dan menyebabkan timbulnya kecemasan.
Maka ketika seorang individu berada pada situasi yang tidak diinginkan, sebenarnya ego yang di miliki lemah padahal dia mendapat tuntutan untuk mengkondisikan diri berada di situasi tersebut. Munculnya kecemasan di sebabkan oleh bagaimana individu memikirkan situasi yang kenungkinan- kemungkinan bahaya yang mungkin dapat muncul. Pikiran pikiran tersebut kadanh tidak realistik. Individu cenderung untuk menambahkan tingkat bahaya tersebut di bandingkan pada orang normal yang menilai ” tidak begitu bahaya". Akibatnya individu meningkatkan tingkat kewaspadaan secara berlebihan ( tentunya dengan adanya rasa cemas berlebihan ) dan mencari-cari tanda bahaya. Parahnya tingkat kecemasan sangat tergantung pada individu bagaimana melakukan obsesi kecemasanya.

Rasa khawatir, gelisah, takut, waswas, tidak tenteram, panik dan sebagainya merupakan gejala umum akibat cemas. Namun sampai sebatas mana situasi jiwa berupa cemas itu dapat ditoleransi oleh seorang individu sebagai kesatuan utuh. Kecemasan pada umumnya berhubungan dengan adanya situasi yang mengancam atau membahayakan. Dengan berjalannya waktu, keadaan cemas tersebut biasanya akan dapat teratasi sendiri. Namun, ada keadaan cemas yang berkepanjangan, bahkan tidak jelas lagi kaitannya dengan suatu faktor penyebab atau pencetus tertentu. Hal ini merupakan pertanda gangguan kejiwaan yang dapat menyebabkan hambatan dalam berbagai segi kemampuan dan fungsi sosial bagi penderitanya. Tidaklah mudah untuk membedakan cemas yang wajar dan cemas yang sakit. Karena keduanya merupakan respons yang umum dan normal dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan cemas yang wajar merupakan respons terhadap adanya ancaman atau bahaya luar yang nyata jelas dan tidak bersumber pada adanya konflik. Sedangkan cemas yang sakit (anxietas) merupakan respons terhadap adanya bahaya yang lebih kompleks, tidak jelas sumber penyebabnya, dan lebih banyak melibatkan konflik jiwa yang ada dalam diri sendiri.

Respon  terhadap kecemasan :
1.      Respon Fisiologis terhadap Kecemasan
ü  Kardio vaskuler : peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain lain.
ü  Respirasi : nafas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.
ü  Kulit : rasa panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkerinagt seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkerinagt dan gatal gatal.
ü  Gastro intestinal: anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare.
ü  Neuromuskuler : refrlek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedi kedip, insomnia, tremor, kejang, wajah tegang, gerakan lambat.
2.      Respon Psikologis terhadap Kecemasan
ü  Perilaku : gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar.
ü  Kognitif : gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, khawatir  yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati, dll.
ü  Afektif : tidak sabar, tegang, neurosis, gugup yang luar biasa, sangat gelisah,dll.
Munculnya gangguan kecemasan bisa dicegah dengan berbagai cara, yaitu :
1.      Kontrol Pernafasan yang Baik
Rasa cemas membuat tingkat pernafasan semakin cepat, hal ini disebabkan otak bekerja memutuskan fight or flight ketika respon stres diterima oleh otak. Akibatnya kebutuhan oksigen untuk jaringan tubuh semakin meningkat. Ketidakseimbangan jumlah oksigen dan karbondioksida di dalam otak membuat tubuh gemetar, kesulitan bernafas, tubuh menjadi lemah dan gangguan visual.
Cara untuk mengontrol pernafasan yang baik yaitu ambil dalam-dalam nafas sampai memenuhi paru-paru, lepaskan dengan perlahan-lahan maka akan membuat tubuh menjadi nyaman, mengontrol pernafasan juga dapat menghindari serangan panik.
2.      Melakukan Relaksasi
Kecemasan meningkat tension otot, tubuh menjadi pegal terutama pada leher, kepala dan rasa nyeri pada dada. Cara yang dapat dilakukan dalam teknik relaksasi yaitu dengan cara duduk atau berbaring, lakukan teknik pernafasan, usahakanlah menemukan kenyamanan selama 30 menit.
3.      Intervensi Kognitif
Kecemasan timbul akibat ketidakberdayaan dalam menghadapi permasalahan, pikiran-pikiran negatif secara terus menerus berkembang dalam pikiran. Cara untuk menghindarinya yaitu dengan melakukan intervensi pikiran negatif dengan pikiran positif, sugesti diri dengan hal yang positif, singkirkan pikiran-pikiran yang tidak realistik. Bila tubuh dan pikiran dapat merasakan kenyamanan maka pikiran-pikiran positif yang lebih konstruktif dapat muncul. Ide-ide kreatif dapat dikembangkan dalam menyelesaikan permasalahan.

4.      Pendekatan Agama
Pendekatan agama akan memberikan rasa nyaman terhadap pikiran, kedekatan terhadap Tuhan dan doa-doa yang disampaikan akan memberikan harapan-harapan positif.
Dalam islam, shalat dan metode dzikir di tengah malam akan memberikan rasa nyaman dan rasa percaya diri lebih dalam menghadapi masalah.
5.      Pendekatan Keluarga
Dukungan keluarga efektif mengurangi kecemasan. Cobalah menceritakan atau terbuka tentang permasalahan yang sedang dihadapi kepada  anggota keluarga. Ceritakan bahwa keadaan Anda saat ini sangat tidak menguntungkan dan membutuhkan dukungan keluarga. Sebagai anggota keluarga pasti mereka akan berusaha bersama-sama untuk memecahkan masalah Anda atau mungkin hanya sekedar menghibur dan memberi Anda semangat dan motivasi.
6.      Olahraga
Olahraga tidak hanya baik untuk kesehatan. Olahraga akan menyalurkan stress secara positif. Lakukan olahraga yang tidak memberatkan dan memberikan rasa nyaman.

BAB IV
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
Cemas merupakan sebuah emosi dan pengalaman subyektif dari seseorang terhadap suatu keadaan yang membuat seseorang tidak nyaman. Cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Dalam teorinya  Freud mengartikan kecemasan itu adalah sebagai suatu keadaan tegang yang memaksa kita untuk berbuat sesuatu. Kecemasan ini berkembang dari konflik antara sistem id, ego dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada. Yang berfungsi mengingatkan adanya bahaya yang datang. Kecemasan akan timbul karena ego tidak bisa mengontrol antara id dan superego.
Rasa khawatir, gelisah, takut, waswas, tidak tenteram, panik dan sebagainya merupakan gejala umum akibat cemas. Namun sampai sebatas mana situasi jiwa berupa cemas itu dapat ditoleransi oleh seorang individu sebagai kesatuan utuh. Kecemasan pada umumnya berhubungan dengan adanya situasi yang mengancam atau membahayakan.
Respon terhadap kecemasan dapat berupa : peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock, nafas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik,  rasa panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkerinagt seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkerinagt dan gatal gatal, gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar, dll.

B.     SARAN
Untuk meminimalkan rasa cemas, kita bisa melakukan beberapa hal misalnya dengan berolahraga, berfikir positif, berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan, mendekatkan diri secara spiritual.

DAFTAR PUSTAKA
Raghunathan, Rajagopal. (2006, Maret). Informational Properties of Anxiety and Sadness, and  Displaced Coping. Journal of Consumer Research, 57(4), 445-555.
Brown, Timothy A and Barlow, David H. (1992). Comorbidity Among Anxiety Disorder: Implications for Treatment and DSM-IV. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 60(6), 835-844.
Berrocal, Carmen. Moreno, Francisca Ruiz and Cano, Josefina. (2007). Anxiety Sensitivity and Panic Symptomatology: The Mediator Role of Hypochondriacal Conserns. The Spanish Journal of Psychology, 10(1), 159-166.
Blote, Anke W.dkk. (2009). The Relation Between Public Speaking Anxiety and Social Anxiety: A Review. Journal of Anxiety Disorder, 23, 305-313.
Spielberger, CD.dkk. (1973). Emotional Reaction to Surgery. Journal Consult Clin Psycho, 40(1), 33-38.
http://id.wikipedia.org/wiki/Anxiety_neurosis






Comments

Popular posts from this blog

MEMBUAT POPUP CARD PERMAINAN TRADISIONAL

Popup card adalah jenis kartu kreatif yang memiliki elemen atau gambar yang muncul secara tiga dimensi (3D) saat kartu dibuka. Biasanya digunakan untuk berbagai kesempatan, seperti ulang tahun, pernikahan, ucapan terima kasih, atau perayaan lainnya. Keunikan popup card terletak pada efek kejutan yang muncul saat kartu dibuka, membuatnya lebih menarik dibandingkan kartu biasa. Bahan yang Dibutuhkan : Setiap siswa membawa: Kertas karton atau kertas tebal 3 jenis warna bebas Gunting atau cutter. Lem atau perekat. Pensil, penghapus, penggaris Buatlah POPUP Card seperti video dibawah ini Kemudian pada setiap sisinya di beri gambar print Egrang Engklek Lompat karet Gobak sodor Bakiak Lompat bambu CATATAN ! SETIAP KELOMPOK MEMBUAT 4 MACAM POPUP CARD SEPERTI VIDEO DIATAS BOLEH MENCARI REFERENSI LAIN DI YOUTUBE  SATU ANGGOTA KELOMPOK MEMBUAT VIDEO PROSES PEMBUATAN POPUP CARD KEMUDIAN DI EDIT DAN DI POST DI TIKTOK MENGGUNAKAN HASHTAG #spenskes #p5kearifanlokal #p5permainantradisional

Sosialaisasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

TEMA KEARIFAN LOKAL TOPIK PERMAINAN TRADISIONAL           Kearifan lokal merupakan suatu bentuk kearifan lingkungan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat berupa tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan tempat atau daerah hidupnya. Sebagai salah satu bentuk perilaku manusia, kearifan lokal bukanlah suatu hal yang statis, melainkan berubah sejalan dengan waktu atau dinamis, tergantung dari tatanan dan ikatan sosial budaya yang ada di masyarakat.           Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah 34 provinsi yang kaya dengan keberagaman budaya seperti kesenian, rumah adat, senjata perang, pakaian tradisional, hingga permainan tradisional. Permainan tradisional merupakan salah satu bentuk budaya yang memiliki kaitan erat dengan masyarakat. Permainan tradisional juga memiliki kandungan filosofi dan nilai-nilai sejarah tertentu tergantung masing-masing daerah di seluruh Indonesia. Beragam c...

ASESMEN DIAGNOSTIK P5 - KEARIFAN LOKAL

 ASESMEN DIAGNOSTIK PROYEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) TEMA KEARIFAN LOKAL TOPIK PERMAINAN TRADISIONAL Asesmen Diagnostik adalah sebuah penilaian yang dilakukan secara khusus untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, dan kelemahan peserta didik. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui di mana letak kesulitan atau kesalahpahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran, sehingga guru dapat memberikan pembelajaran yang lebih tepat dan efektif. Mengapa Asesmen Diagnostik Penting? Mempermudah Proses Pembelajaran: Dengan mengetahui area yang belum dikuasai siswa, guru dapat menyusun rencana pembelajaran yang lebih tertarget. Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran: Pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa akan lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman dan prestasi. Memberikan Umpan Balik yang Lebih Baik: Hasil asesmen diagnostik dapat memberikan umpan balik yang spesifik kepada siswa, sehingga mereka mengetahui area yang perlu diperbaiki. Membantu...